Ruangan itu tampak begitu asing. Hanya ada gambaran warna putih dan aroma yang terasa menusuk hidung. Udara dingin merayap masuk melalui dinding-dinding tebal yang sunyi. Tidak ada suara kehidupan, hanyalah bunyi mesin pendetak jantung yang saling bersahutan.
Seseorang perlahan membuka
matanya. Masih dapat ia rasakan denyutan di kepalanya yang membuatnya sedikit
merasakan sakit. Belum separuh matanya terbuka, ia dapat melihat sesosok
bayangan hitam berada didepannya. Sosok bayangan itu semakin lama semakin
jelas, meskipun butuh waktu untuk menghilangkan samar-samar bentuk wajahnya,
tapi orang itu yakin bahwa dia adalah manusia “Aku belum mati.” Kata-kata itu
terucap lewat hatinya. Entah bagaimana kata-kata itu muncul, yang jelas ia
merasakan bahwa dirinya seperti bukan berada di dunia yang jelas. Dia seperti
berada di antara mimpi atau nyata dan dia bingung apakah ia masih hidup atau
sudah mati. Namun semua itu sudah terjawab sekarang.
Orang itu kembali melihat sosok
manusia yang sedang berdiri di depannya dengan wajah yang begitu sangat sedih.
Air mata telah membanjiri seluruh pipinya, dan dia menutup mulutnya seolah
ingin menahan teriakannya atau terkejut yang amat sangat sehingga membuatnya
nyaris tidak percaya.
“Ka-u..su-su-dah sadar?” Tanya
orang yang sedang menangis itu berusaha untuk menyembunyikan perasaannya. Bahagia,
kaget, terharu, lega mencampur jadi satu dan itu membuatnya susah untuk bicara.
Orang itu terus menerus
menjatuhkan air mata, penyesalannya yang amat besar membuat dirinya menderita
selama ini. Setelah menyadari semua perasaannya, orang itu kini hanya ingin
memperbaiki semuanya dan itu harus diawali bersama orang yang ada di depannya
ini, orang yang baru saja membuka matanya, seseorang yang amat sangat
dicintainya, tapi...
“Kau ...siapa?” Jawab orang yang
baru membuka mata itu dengan sangat bingung. ***
“Keadaan Sachy saat ini bisa
dikatakan cukup baik, kita bisa berharap Sachy cepat pulih. Kendalanya Cuma
satu, yaitu Sachy tidak bisa mengingat kejadian-kejadian yang baru saja terjadi
padanya. Entah kejadian setahun yang lalu, dua tahun yang lalu, untuk
memastikannya kita sama-sama menunggu perkembangan Sachy selanjutnya. Mungkin
ini disebabkan karena stress yang dia alami sebelum kecelakaan itu terjadi.
Tapi mungkin ini bersifat sementara, jadi anda tenang saja.” Ucap dokter
menjelaskan tentang kondisi Sachy sekarang pasca ia sadar dari komanya.
“Lalu..kapan ingatannya kembali
pulih, dok?” Tanya Nala dengan penuh kecemasan. Dia benar-benar Syok saat Sachy
tidak mengenalinya, dan itu membuatnya takut setengah mati. Tere mendekati
Nala, dan dia memegang pundak Nala, mencoba menenangkan Nala yang sedang kalut.
“Kalau itu saya tidak bisa memastikannya.
Kita tunggu saja kondisi Sachy selanjutnya.” Jawab dokter kemudian segera
berlalu.
Nala langsung lemas seketika. Tiba-tiba
perasaan menyesal itu datang lagi, seakan jatuh dari atas, menimpa tubuhnya,
dan membuatnya hancur seketika. Nala tidak tahu apa yang harus ia lakukan
sekarang, seandaikan waktu bisa diulang kembali...
“Sabar Nala..mungkin ini cobaan
dari Sang Kuasa untuk cinta kalian berdua. Kamu harus kuat dan jangan pernah
menyerah. Bukankah cinta itu butuh pengorbanan dan perjuangan? Tegarkan hatimu
ya?” Ujar Tere memberi nasihat, Nala tersenyum dan mengangguk. Meskipun ini
berat, tapi ia bertekad akan melalui ini semua.
“Terimakasih, paman.” Ucap Nala
dengan tulus. Tere tersenyum, dan mengusap kepala Nala sejenak. Lalu dia
menepuk lengan Nala dan mengajaknya, “Ayuh kita lihat Sachy.”
***
“Sekarang aku ada dimana Paman?”
Tanya Sachy kepada Tere dengan menggunakan bahasa Korea. Nala yang tidak
mengerti Bahasa Korea hanya bisa diam.
“Kita di Indonesia Sachy, dan
sudah hampir 3 tahun kita disini.” Jawab Tere sembari sekilas menoleh ke arah
Nala dan seolah berkata bahwa ia akan menceritakan semua apa yang tadi Sachy
katakan. “Lalu..” Sachy sekilas melirik
ke arah Nala, “Siapa dia?”
Tere tampak bingung menjelaskan
kepada Sachy, karena dia sendiripun tidak tahu status hubungan mereka berdua.
Nala yang merasa dirinya sedang dibicarakan, menoleh ke arah Tere.
“Dia..dia...” Tere tampak
bingung mengatakannya, jika dia mengatakan bahwa Nala temannya itu tidak benar
karena dia tahu perasaan mereka berdua lebih dari sekedar teman, namun jika
Tere mengatakan bahwa Nala adalah pacarnya itu juga sama ajah bohong karena
mereka belum resmi berpacaran. “Apakah dia orang yang dekat
denganku? Karena aku melihatnya menangis saat pertama kali aku membuka mataku.”
Tebak Sachy sambil menunjuk Nala. Nala yang tahu dirinya ditunjuk, langsung
menoleh ke arah Tere. Dia benar-benar penasaran apa yang dikatakan Sachy
barusan.
Tere yang benar-benar tidak tahu
harus menjawab apa, langsung mengangguk mendengar tebakan Sachy yang bisa
dikatakan benar.
Sachypun mengangguk mengerti.
Namun dia tidak membahas masalah itu lagi. Tiba-tiba matanya menerawang, ada
sesuatu yang ia ingat. Tapi sebelumnya dia bertanya lagi pada Tere,
“Kenapa aku bisa ada
disini?”
“Kau kecelakaan Sachy.” Jawab
Tere singkat. Sachy menggeleng pelan..
“Bukan! Maksudku kenapa aku bisa
ada di Indonesia? Dan kenapa aku tidak bisa mengingat kejadian sebelum aku
kecelakaan? Apa yang terjadi denganku, paman?” Tanya Sachy lagi dengan kebingungan
yang amat jelas, setiap dia ingin mengingatnya sendiri tiba-tiba saja kepalanya
terasa sakit dan itu membuatnya menyerah dan jalan pintasnya Tere harus
menceritakan semuanya padanya.
“Kau mengalami amnesia Sachy,
tapi tenang saja dokter mengatakan ingatanmu segera pulih. Lebih baik kau
istirahat saja, kondisimu masih sangat lemah, bukan? Jika keadaanmu sudah lebih
baik, pasti akan aku ceritakan semuanya. Oke?” Ujar Tere menyuruh Sachy untuk
beristirahat, dan Sachy pun mengangguk setuju. Terepun
mengajak Nala untuk keluar karena Sachy akan beristirahat, namun saat mereka
berdua baru saja berbalik, tiba-tiba dari arah belakang Sachy berkata lagi..
“Tunggu Paman,”
Tere dan Nala langsung
menghentikan langkah mereka dan spontan berbalik lagi ke arah Sachy. “Dimana Park Minho, kenapa aku
tidak melihatnya?” Tanya Sachy penasaran, dia baru menyadari bahwa ia merasa
ada sesuatu yang hilang dan tiba-tiba saja terlintas di benaknya bahwa itu
adalah Minho. Tere yang mendengar pertanyaan
Sachy langsung mematung seketika. Tidak menyangka bahwa Sachy akan mengingat
nama itu lagi bahkan menyebutnya. Tahu bahwa Tere sedang terkejut dengan
pertanyaan Sachy barusan, Nala menyikut pelan lengan Tere dan bertanya, “Siapa Park
Minho?”
“Dia...” Tere menjawabnya dengan
gugup, “Pacar Sachy di Korea dulu.”Mendengar jawaban Tere,
tiba-tiba saja Nala seperti dikejutkan oleh sengatan listrik 1000 Volt. Memang
Nala tidak bisa mengerti bahasa Korea, tapi dia tidak jarang melihat drama
Korea, dan nama Park Minho setahu Nala..bukankah itu nama laki-laki?Dan ketakutan yang amat besar
menerkam Nala, Nala menoleh ke arah Tere, “Maksudnya pacar Sachy...?” Nala
sengaja menggantungkan kalimatnya karena ia sendiripun takut untuk melanjutkannya.
“Ya!” Dengan amat menyesal, Tere
mengangguk lemas. Nala menutup mulutnya yang tiba-tiba terbuka lebar. Rasanya
dunia ini menjatuhi dirinya begitu saja, Nala yang belum siap seakan mau ambruk
seketika.
***
***
0 komentar on "Utang Cimol Part 13"
Posting Komentar