Apa yang membuat persahabatan
itu indah ?
Karena persahabatan memiliki
rasa kesal sekaligus maaf, juga benci sekaligus sayang..
Tidak
ada yang bisa lolos dari yang namanya pertengkaran. Pertengkaran itu akan
selalu ada, sekecil apapun. Tapi pertengkaran itu akan berubah menjadi indah
takala rasa maaf itu hadir di tengah-tengah memberikan kebahagian dan
menambahkan rasa sayang..
Sifat
egoisme selalu ada pada diri manusia tak luput bagi diriku yang termasuk
manusia. Kadang ada rasa ingin di hargai, di akui, di anggap, di pandang, di
rasa..
Seiring
bertambahnya usia persahabatan kami, tak luput juga pertengkaran hadir sebagai
bumbu penyedap.. Entah berapa kali kami bertengkar, 3, 4, 5 atau mungkin
lebih..
Di
setiap pertengkaran, seringnya lah aku yang menjadi tokoh yang marah.. sedangkan
Ainul adalah tokoh yang aku marahin..
Tidak
pernah ada kata-kata kasar dengan nada keras terlontar, hanya diam seribu
bahasa. Tapi meskipun hanya diam.. itu sudah begitu sangat menyakitkan, karena
yang tadinya selalu bersama, berbincang, sekarang hanya untuk sekedar menyapa
pun menjadi begitu sangat langka bagi kami..
Aku
adalah tipe orang yang kuat jika di suruh ‘ngambek’, meskipun sebenarnya itu
juga sangat menyiksaku karena aku juga tipe orang yang kalau marah
anget-angetan ta’i ayam..
Tidak
sulit bagi orang meminta maaf padaku, dan itulah mengapa aku begitu heran
padanya..
Sebenarnya
obat dari penyakit ‘ngambek’ku adalah kata ‘maaf’.. Ibuku sudah sangat
memahaminya.. tapi nampaknya bagi seorang Ainul Khasanah.. dia tidak bisa
memahaminya atau mungkin lebih tepatnya tidak mau memahaminya..
Entahlah,
dia pun ternyata kuat di ‘ngambek’ in orang. Terbukti pernah suatu ketika, kami
diem-diem-an hampir seminggu padahal kami tahu bahwa Kanjeng Nabi melarang
umatnya untuk diem-dieman lebih dari 3 hari.. Selama seminggu itulah aku merasa
begitu sangat kesepian meskipun rasa kesepian itu Aku sembunyikan rapat-rapat
di hadapannya.. Ingin aku meminta maaf padanya tapi rasa ‘gengsi’ ku langsung
protes dan menolak mentah-mentah. Pada akhirnya keinginan minta maaf terlebih
dahulu itu hanya bisa aku telan kembali...
Aku
akui, aku memiliki sifat egois dan gengsi yang tinggi.. itulah mengapa butuh
porsi kesabaran yang lebih untuk menghadapiku (*senyum kesadaran)
Syukurnya
Ainul memiliki perut yang besar untuk menampung porsi lebih itu.. (ehh bukan
perut tapi hati.). Seringnya dia yang akhirnya minta maaf padaku atau mengajak
aku ngobrol dulu atau mengirimku surat terlebih dahulu..
Pernah,
sekali.. kita bertengkar hebat, bahkan jika aku boleh lebay, aku menyebutnya
sebagai perang dunia ke-3. Aku begitu marah padanya meskipun aku tahu dia tidak
sepenuhnya salah. Tapi lagi-lagi Setan dalam diriku menang, aku pun mengetuk
palu 3 kali.. ‘bahwa aku tidak akan mengalah.’
Tapi
rupanya dia pun ‘membusungkan dada’ , seolah berkata padaku ‘tidak ada bendera
putih lagi kali ini’. Aku pun hanya tersenyum sinis, rupanya dia juga tidak mau
mengalah. “Oke.. kita lihat saja nanti, siapa yang akhirnya akan mengalah
terlebih dahulu..”
Lalu..
bagaimanakah akhirnya? Siapakah yang menang..?
Rupanya
aku dulu yang meminta maaf padanya, lewat surat yang aku titipkan pada temanku
yang bernama Aya. Dan ternyata.. dia pun juga akan melakukan hal yang sama. Dia
berkata, sebenarnya dia sudah niat akan mengirim surat untukku..
Dalam
balasan surat yang dia tulis untukku, dia berkata .. bahwa dia juga menyesal
dan menjelaskan semuanya padaku tentang perkara yang telah membuatku marah..
Dan..
aku baru tahu ternyata dia tidak seperti yang aku pikirkan, bukan! Bukan karena
dia ‘membusung dada’ atau tidak mau mengalah selama ini.. karena sebenarnya dia
tidak memiliki gengsi yang tinggi seperti ku,
dia
ikut mendiami ku karena dia tahu.. satu-satunya cara untuk berdamai adalah
membiarkan waktu,,
Membiarkan
waktu untuk membuatku berfikir dan memahami keadaan yang sebenarnya.. karena
jika kata ‘maaf’ itu langsung terlontar, aku tidak akan bisa berfikir dan
memahami keadaan yang sebenarnya..
Ya!
Kejadian itulah yang membuatku sadar.. bahwa aku bersyukur mengenalnya dan
menjadikannya sahabatku, karena dengannya yang memahamiku dan mengerti diriku
lebih dari diriku sendiri..
Untukmu..
“Terimakasih yaa”
0 komentar on "Terimakasih"
Posting Komentar