Awal Mula..
“Saat itu.. aku menganggap
bahwa seorang sahabat hanyalah seorang teman yang selalu ada saat kita ada.
Tapi saat ini aku sadar bahwa sahabat yang sebenarnya adalah seorang teman yang
selalu ada di saat kita ada dan tidak ada...”
Perjumpaanku
dengan seorang gadis bernama Ainul Khasanah dimulai saat aku baru berumur 1
hari di Pondok Pesantren Syech Said Bin Armia. Hari itu aku sudah banyak
berkenalan dengan teman baru dan aku baru melihat dia.. Betapa masih lekat di
ingatanku, saat itu dia sedang berdiri di depan pintu kamar 3 (Kamar ku dan
juga kamarnya). Dia menatapku sembari ingin menghulur senyum sedangkan aku
menatapnya sembari menyembunyikan senyum.
Hari
semakin berlalu.. dan aku hanya mengenal nama panggilannya, “Ainul”. Tidak ada
yang aku tahu tentangnya selain dia gadis yang putih, ada tahi lalat di atas bibirnya,
dan.. cantik.
Dia
memiliki seorang saudara bernama Fitri, dan saat itu aku lumayan dekat dengan
saudaranya. Seiringnya waktu .. aku mulai mengamati tingkah lakunya yang tidak
seperti kebanyakan orang pada umumnya yang baru mencicipi status menjadi
seorang santri.
Dia
orang yang tidak ada malu, selalu tersenyum, tertawa, meledek bahkan memeluk seseorang
yang baru di kenalnya. Bukan hal yang mudah melakukan itu, karena butuh
kehati-hatian yang super untuk menjaga ‘imej’ kita di depan orang yang baru
mengenal kita. Menurutku pandangan orang pertama tentang kita itu adalah
sesuatu yang sangat penting dan sakral, aku sangat menjaga diriku di depan
orang yang baru mengenalku. Tapi dia.. seolah menolak pemikiranku. Dia bersikap
apa adanya, tidak peduli apa pandangan pertama orang tentangnya. Sifatnya
itulah yang baru ku sadari.. adalah sifat menjadi diri sendiri. Tidak di
buat-buat apalagi di lebih-lebihkan..
Suatu
hal lagi yang membuatku tiba-tiba berubah menjadi kagum padanya adalah sifatnya
yang sabar..
Sampai
detik ini pun aku tidak pernah melihatnya marah-marah, hanya sekilas kemudian
kemarahannya itu dengan cepatnya hilang begitu saja..
Lalu
muncullah keinginanku.. untuk lebih dekat dengannya. Dengan keberadaanku
disini, aku sadar bahwa aku membutuhkan seseorang yang bisa aku percaya untuk
dijadikan seorang sahabat..
Dan
pilihanku jatuh pada sosoknya. Aku sudah begitu kagum dengan keramahannya,
sifat polosnya, sabarnya, dan semua itu membuatku merasa aku tidak akan
kesepian berada di Pondok ini jika bersahabat dengannya.
Malam
itu, malam ‘ta’liman’ (Pengajian yang diisi langsung oleh Kyai ku) aku
mengatakan padanya tentang apa yang aku inginkan. Dan dia pun tersenyum sembari
mengangguk. Aku membalas senyumnnya. Lalu aku menghulurkan tanganku, dan dia
langsung menerimanya.
Jabatan
tangan malam itu.... kami artikan sebagai awal mula persahabatan kami....
0 komentar on "Awal Mula..."
Posting Komentar