Minggu, 18 Agustus 2013

Utang Cimol Part 16

di 08.31
                Sachy Series :
                Saat itu.. rasanya dunia seperti berhenti berputar. Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba detik seperti berhenti di depanku. Aku terpaku.. meskipun tidak mengingatnya, tapi tubuhku rasanya sudah pernah mengalaminya, rasanya begitu hangat..

                                                                                                ***

                Sachy membuka matanya, tidak berapa lama dia kembali menutupnya lalu tiba-tiba dia membuka matanya lagi, kemudian menutupnya lagi.. begitulah yang terus ia lakukan sepanjang pagi ini tepatnya setelah ia bangun dari tidurnya.

                Hari telah berjalan seperti biasanya, kejadian kemarin adalah masa lalu yang telah terlewat tapi entah mengapa Sachy merasa kejadian kemarin masih dapat ia rasakan. Sachy bingung sekali tentang apa yang sedang terjadi dengan dirinya. Sachy kembali menerawang, tiba-tiba saja dia memegangi bibirnya..
                “Argtttt!!” Sadar bahwa dia sedang mengingat kembali kejadian dimana dia mencium kening Nala, Sachy langsung membangunkan tubuhnya dan terduduk. Sachy menutup wajah bingungnya dengan kedua telapak tangannya, sampai sekarang ia masih belum bisa menjawab pertanyaannya, “mengapa ia bisa melakukan itu?”
Sachy  mencoba mengingat sesuatu, apa saja. Dia berharap ada suatu petunjuk yang dapat membantunya. Sachy berusaha sekuat mungkin untuk mengingat, tetapi.. hasilnya tetap saja Nihil. Sachy menghela nafasnya.
“Trttt..Trttt..” Tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Sachy tahu ada sebuah pesan masuk. Sachy pun segera mengambil ponselnya dan melihat isinya. Tapi kemudian..tiba-tiba saja Sachy mematung di tempatnya. Sachy tahu bahwa ada suatu masalah lagi yang menimpanya. Belum selesai masalah kemarin, datang masalah baru lagi. Ya! Sachy harus bingung berkali-kali lipat sekarang karena entah kenapa tiba-tiba saja jantungnya berdetak dengan cepat saat dia tahu bahwa pesan itu dari seorang bernama ‘Nala’.
                                                                               
                                                                                ***

From : Nala

Sachy.. nnt pergi bareng yuk? Mau gak?


                Sachy memandangi layar ponselnya tanpa berkedip. Namun sedetik kemudian tiba-tiba dia langsung berubah panik, “Omma!!” Sachy menoleh kesana-kemari seperti meminta bantuan, tapi dia sadari bahwa tidak ada siapa-siapa di sampingnya, “Ottokke...ottokke...” Sachy tidak sadar bahwa dia terlihat seperti orang bodoh sekarang.

Reply
To : Nala

Mau banget.. kapan?

                Sachy tidak sadar saat menulisnya tapi saat dia akan mengirimnya tiba-tiba saja Sachy langsung tersadar, dan saat itu juga dia langsung berteriak, “Omma! , bagaimana mungkin aku menulis seperti ini??”
                Sachy pun langsung menghapusnya saat itu juga


Reply
To : Nala

                Hm..sepertinya aku sibuk..

                Sachy pun kembali mengamati tulisannya sebelum ia menekan pilihan ‘send’ di layar ponselnya. Namun sepertinya dia merasa ada yang salah dengan tulisannya, tulisannya itu seolah ia menolak padahal sebenarnya dia pun mau. Sachy menggeleng sambil menghapus tulisannya lagi.

Reply
To : Nala

                Oke, kapan?

                Dan Sachy merasa ini adalah tulisan yang paling baik di antara tulisan-tulisannya sebelumnya. Sachy menahan nafasnya saat mengirim pesan itu, dan saat pesan itu akhirnya terkirim, Sachy pun mengeluarkan nafasnya.
                “Oh Tuhan.. sepertinya aku benar-benar tidak waras sekarang.” Ujar Sachy di dalam hatinya.

                                                                                                ***

                “Kita.. mau ngapain di sini?” Tanya Sachy heran sekaligus sedikit kecewa karena rupanya Nala mengajaknya ke sebuah Mall. Sachy kira dia akan pergi ke sebuah tempat yang asyik seperti pantai, taman, atau mungkin ke tempat yang sejuk di daerah Bandung tapi rupanya hanya ke sebuah Mall yang terletak di kawasan Ibu Kota. Sachy memandangi Nala dengan mata yang menyipit, ‘Jangan-jangan gadis ini ingin aku menemaninya berbelanja ?’ Pikiran buruk Sachy kepada Nala.
                “Kita mau ke Rumah Hantu.” Jawab Nala dengan senyum yang lebar. Seperti habis memenangkan sebuah undian, Nala tampak bahagia. Sachy hanya bisa melongo melihatnya. Tapi-tiba-tiba saja perasaan itu muncul lagi, perasaan yang membuat masalah bagi Sachy..
                “Sachy.. kamu kenapa? Dada kamu sakit ya?” Tanya Nala dengan ekspresi kawatir, kebahagiannya langsung hilang berganti dengan wajah yang pucat.
                “Gak apa-apa kok.” Jawab Sachy sembari berusaha tersenyum. “Ayuh.. kita kesana,” Ujar Sachy lagi mengalihkan perhatian Nala, karena Nala sepertinya tidak mempercayainya. Sachy juga tidak mungkin menceritakan pada Nala bahwa dia sepertinya.. mulai menyukainya.
                “Oke.” Meskipun masih tidak percaya, Nala pun akhirnya memutuskan untuk mengikuti perintah Sachy. Dengan sengaja Nala menggenggam tangan Sachy, meskipun ia tahu Sachy nampak terkejut setengah mati, tapi Nala tidak peduli.
                Sachy pun hanya bisa terkejut tapi dia tidak berusaha melepaskannya. Tanpa mereka sadari, mereka berduapun sama-sama tersenyum. Rupanya sebuah taman yang indah tumbuh mekar di hati mereka berdua.

                                                                                                ***


                “Hi...Hi...Hi...” Hantu wanita itu berjalan mendekati, dengan rambut panjang yang menutupi sebagian wajahnya. Sebelah matanya yang terlihat tampak begitu menyeramkan. Belum wajahnya yang penuh luka dan suara cekikikan yang terdengar menggema di seluruh ruangan membuat bulu kuduk berdiri.
                “AAARRRGTT!” Seseorang berteriak tanpa bisa ia tahan lagi. Ke dua tangannya ia gunakan untuk menutupi seluruh wajahnya. Kakinya pun mulai gemetaran.
                “Sachy!!” Nala sama sekali tidak mempercayai dengan apa yang di lihatnya. Dia berteriak memanggil nama orang yang sedang ketakutan itu. Rasanya dia ingin sekali..
                “HAHAHAHA!” Tawa Nala pecah dengan kencangnya. Mengalahkan suara cekikikan dari Mba Kuntilanak tadi. Hampir seluruh pengunjung melihatnya aneh.
                “Mwo?” Sachy bertanya heran, dia merentangkan sedikit jarinya agar dapat melihat Nala.
                “Kamu.. cowok kan Sachy? Kenapa kamu menjerit ketakutan seperti seorang cewek?” Nala memegangi perutnya yang terasa mulai sakit akibat tawanya yang melebihi batas orang normal.
                “Yya! Ini begitu menakutkan tahu! Apa kau tidak lihat wajahnya tadi? Bahkan dengan monster saja masih menakutkan itu.” Ujar Sachy tersinggung dengan ucapan Nala yang mengejeknya.
                “Ok! Ok! Maaf..” Nala meminta maaf karena sudah membuat Sachy tersinggung tapi bibirnya terlihat masih ingin tertawa. Sachy mengerucutkan bibirnya.
                “Mba..Mba..” Tiba-tiba saja ada yang mencolek pundak Nala dari arah belakang. Nala pun tanpa curiga langsung menoleh. Saat dia menoleh,.. wajah pocong sudah berada di dekat wajahnya. Dengan mata melotot, muka seputih tembok, bibir yang rusak, dan gigi yang meringis..
                “ARGTTTT!!!” Sontak Nala pun berteriak histeris. Bahkan dia melakukan hal yang lebih parah di banding Sachy.

                                                                                                ***

                “Hhh...Hh..Hh..” Ke dua orang itu tampak kompak mengatur nafas mereka yang memburu tidak beraturan. Mereka berdua tampak duduk selonjor. Mereka tidak peduli dengan orang-orang yang melihat mereka sambil tersenyum-senyum. Yang ada dipikiran mereka adalah ‘capek’ dan mereka ingin meluruskan kaki mereka karena entah berapa jauh tadi mereka berlari.
                “Hh..Hh..Hh..jangan..per..hh..nah..hh..ajak...hh..aku...kesini..lagi...” Ujar Sachy di tengah nafasnya yang memburu. Nala hanya diam. Sachy pun melirik Nala.
                “HA..Hh..HAHA..hh..HAHAHA” Bahkan Sachy tidak peduli dengan suaranya yang terdengar aneh sekarang. Sachy memadukan antara tawa nya di tengah nafasnya yang masih ngos-ngossan. Tapi Sachy benar-benar ingin tertawa sekarang. Bagaimana tidak, jika dia melihat wajah Nala yang begitu lucu.
                “Kenapa ketawa?” Tanya Nala heran melihat Sachy yang tertawa dengan nada yang begitu aneh.
                “Wajah kamu putih banget kaya setan yang tadi ada di dalam.” Jawab Sachy dengan polosnya sambil tertawa.
                “Ini karena aku masih takut Sachy! Aku baru lihat wajah pocong sedeket itu!.” Ujar Nala.
                “Nah! Kamu kena karma kan? Tadi kamu ngetawain aku karena aku berteriak melihat Setan berambut panjang tadi.. lah kamu? Teriakan kamu seperti teriakan tarzan, udah gitu kamu makai manjat ke tubuh aku segala lagi, tadi kamu gak tahu gimana aku kesusahan karena aku lari sambil ngendong kamu yang berat! Kaki aku capek sekali!.” Sachy memegangi kakinya yang pegal-pegal. Nala melirik kaki Sachy sekilas, dan terlihat merasa bersalah.
                Nala mengingat kejadian tadi. Betapa memalukannya dia, Nala tidak sadar saking ketakutannya dia sampai manjat ke tubuh Sachy. Dia tidak mau turun dari tubuh Sachy. Dia bahkan memeluk leher Sachy dengan kencangnya. Nala yakin pasti Sachy tadi kerepotan sekali karena ulahnya.
                “Maaf...” Ujar Nala meminta maaf atas kesalahannya.
                “Gwenchana. Tapi aku senang kok..” Ujar Sachy sambil tersenyum lalu mengacak-ngacak rambut Nala. Nala terdiam, “Eh? Dia senang..?” Dalam hati Nala bersyukur.. gak apa-apa deh kalau dengan dikejar pocong, itu membuat Sachy senang. Bahkan Nala mau di kejar 10 pocong kaya tadi kalau itu bisa membuat Sachy tertawa. Tapi pastinya dengan syarat Sachy harus rela jika Nala minta digendong.
                Nala jadi tersenyum sendiri.
               
                                                                                                                ***
                “Makasih yah.. udah mau temenin aku jalan-jalan.” Ujar Nala sambil tersenyum kepada Sachy saat laki-laki itu sudah mengantarkannya sampai ke rumahnya.
                “Ya! Sama-sama.” Jawab Sachy sambil membalas senyum Nala. Dia melambaikan tangannya tanda ‘sampai jumpa’. Dia berharap bisa bertemu gadis itu lagi, besok dan seterusnya.
                Nala pun membalas lambaian tangan Sachy. Tidak berapa lama mobil Sachy melaju. Nala tidak mengalihkan tatapannya pada mobil Sachy sampai mobil Sachy berbelok. Dan di dalam mobil, Sachy pun tidak melepas tatapannya dari kaca spion mobilnya sampai dia sudah tidak bisa lagi melihat gadis itu terpantul dari dalam kaca spionnya.

                                                                                                ***

                Sachy merebahkan badannya di kasur empuknya. Sembari menatap langit-langit kamarnya, Sachy mengingat kejadian yang barusan terjadi dengannya. Dia mengingat bagaimana tubuhnya sedekat itu dengan Nala saat gadis itu memeluk dirinya dan dia menggendong tubuh gadis itu dengan jarak yang lumayan jauh. Mungkin Nala tidak begitu memerhatikannya karena dia begitu sangat ketakutan tadi, tapi bagi Sachy.. itu adalah hal paling menegangkan yang ia alami di banding ia bertemu wajah wanita berambut panjang itu tadi. Ketakutannya pun langsung hilang begitu saja, saat dia merasakan aroma sampo dari rambut Nala dan merasakan beban badan Nala yang dia angkat. Entah mengapa.. dia ingin terus mengangkat tubuh itu.
                Sachy tersenyum sendiri.. apakah dia mulai suka pada gadis itu? Apakah dia telah berubah menjadi laki-laki normal? Inikah rasanya menyukai seorang wanita? Sachy tidak tahu jawabannya sendiri, namun apapun namanya rasa yang sedang dia alami ini, Sachy hanya tahu sekarang dia begitu bahagia. Ya! Sachy merasa tidak pernah sebahagia ini di dalam hidupnya.
                Ah.. Bukankah aku memang mencintainya? Sachy ingat saat gadis itu berkata bahwa dia adalah gadis yang dicintai oleh seorang Sachy Saldheves. Tapi karena Sachy hilang ingatan, dia jadi lupa pada gadis itu. Rupanya sekarang Sachy menyadari, bahwa dia kembali jatuh cinta pada gadis itu. Dan gadis itu sukses besar membuat seorang laki-laki gay sepertinya jatuh cinta baik sebelum dia hilang ingatan maupun saat ia hilang ingatan.
                “Ini...unik.” Ujar Sachy sambil menerawang.

                                                                                                ***

                “Trtt..Trtt..Trtt..” Suara NeYo membangunkan Sachy dari mimpi indahnya. Dengan mata yang masih terpejam, Sachy berusaha menggapai Ponselnya. Namun karena tidak sadar ponselnya itu berada di ujung tempat tidurnya, Sachy pun tidak bisa menahan saat ponsel itu jatuh.
                “Prak!” Dan Sachy langsung terbangun saat dia mendengar suara ponselnya itu yang jatuh. Langsung saja Sachy mengambil ponselnya dari atas tempat tidurnya. Dia melihat cashing ponsel nya itu sudah terlepas. Baterainya pun sudah keluar dari tempatnya. Sachy pun memunguti benda-benda itu. Di saat dia sedang mencari baterai ponselnya yang ternyata masuk ke dalam kolong tempat tidurnya, tidak sengaja Sachy melihat sebuah kotak besar ada di dalam kolong tempat tidurnya itu.
                Penasaran dengan kotak itu, Sachy pun mengambil kotak itu. Dia baru melihat kotak itu, dan dia tidak mengingat kotak apa itu. Sachy yakin ini pasti kotak yang ia simpan saat dia belum hilang ingatan. Sachy pun membuka tutupnya untuk melihat isinya.
                Saat ia membuka kotak itu, kening Sachy langsung berkerut. Dia melihat sebuah botol kaca yang berisi uang-uang receh. Sachy heran, untuk apa ia menyimpan uang itu?
                Lalu Sachy melihat ada sebuah buku Dyari yang sudah tua. Sachy membuka halaman pertamanya.
                “Catatan Putri Naila..”
                Benak Sachy langsung menebak, ini pasti buku Nala. Sachy pun heran mengapa ia menyimpan buku dyari Nala. Sachy tidak berharap, dia mencuri buku ini dulu. Sachy pun membuka halaman selanjutnya..
                15 Mei 2011...
                Dyari, ini adalah pertama kalinya aku masuk sekolah. Sekolah baruku yang bernama SMA Nusa Bangsa. Sekolah impianku dan aku senang karena aku bisa masuk kesana karena beasiswa. Spt yang kau tahu Dyari...sebenarnya ini bukan Cuma impianku saja tapi ini juga harapan Ayah..
Dan sekali lagi ini berkat aku bertemu dengan takdir...Aku tidak menyangka ini benar-benar terjadi, Tuhan telah menggantinya Dyari.. kau percaya Tuhan tidak akan mengutang janji..dia pasti akan menepatinya...

                Sachy semakin mengkerutkan keningnya. Ini memang benar-benar sebuah Dyari. Lalu untuk apa dia menyimpannya? Sachy mencari tulisan terakhirnya..
               
1 Juli 2012
                Sally telah pergi...

                Sally? Siapa Sally? Batin Sachy bertanya.  Oh..rupanya di halaman terakhir ada sebuah tulisan lagi. Tapi Sachy tahu .. ini tulisan tangannya.

                Maafkan..Maafkan aku..
                Mungkin sebuah penyesalanku pun tidak akan pernah sanggup menebusnya..
                Aku tidak tahu harus bagaimana...
                Apa yang harus aku lakukan...
                Oh Tuhan.. tolonglah aku...
                Jika nyawa ku sanggup membuat dia memaafkanku, aku rela jika Engkau mengambilnya...

                Sachy terkejut membacanya. Benarkah ia menulis tulisan ini dengan tangannya? Mengapa ia menulis seperti ini? Apa yang telah ia perbuat di masa lampaunya?
                Lalu tanpa diminta oleh Sachy, sebuah kenangan melintas di pikiran Sachy. Sekilas namun Sachy dapat melihatnya dengan jelas. Sachy langsung tersadar. Dia tahu ini sebuah petunjuk untuknya. Ya! Petunjuk untuk mengembalikan lagi ingatannya yang hilang.
                Dengan cepat Sachy langsung membuka isi kotak itu lagi. Mencari barang-barang lainnya. Kini Sachy menemukan sebuah majalah. Diambilnya majalah itu, lalu di pandangnya dengan lekat.Dia melihat ada fotonya juga foto Nala. Sachy membaca perlahan tulisan yang ada di majalah tersebut. Dan matanya langsung melebar. Dengan cepat Sachy langsung membuka isi majalah tersebut. Dia membaca tulisan di artikel tersebut.
               
                “Sachy Saldheves mengaku kalau dia telah memiliki seorang pacar. Dia berkata pada penggemar-penggemarnya bahwa dia tidak ingin diganggu. “Maaf ya.. aku udah punya cewek.” Tuturnya kepada semua orang yang melihatnya.”

                Setelah Sachy membaca tulisan di paragraf pertama itu, tiba-tiba saja kenangan kembali melintas di pikirannya. Kenangan itu berupa potongan-potongan. Sachy melihat ada seorang gadis yang menatap benci ke arahnya, lalu dia menarik seorang gadis yang sedang naik sepeda, Sachy memberhentikannya, lalu dia menarik tangan gadis itu, gadis itu menatap Sachy lagi dengan benci.
                Sachy mengedipkan matanya. Dia mulai ingat sekarang.. ya! Itulah awal pertemuannya dengan Nala.
                Sachy semakin tertarik. Dia ingin tahu lebih banyak lagi. Sachy menemukan sebuah majalah lagi. Kali ini dia terkejut saat membaca tulisan di majalah tersebut. Tiba-tiba saja aliran darah nya seperti berjalan dengan cepat dan jantungnya langsung memompa dalam batas yang tidak wajar. Jantung Sachy seperti akan melompat keluar.

                                                                                                ***


                Sachy menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi. Dia tidak peduli hujan sedang mengguyur dengan begitu derasnya dan dia juga tidak peduli bahwa hari sudah larut.
                Sachy menaikan lagi gigi mobilnyanya, dan menginjak gasnya lebih kuat. Dia ingin lebih kencang lagi. Dia ingin mobil ini dapat sampai ke tempat tujuannya dengan secepat-cepatnya.
                Sachy menginjak remnya dengan kuat dan mobil itu berhenti mengikuti pengendaranya dengan suara decitan yang kencang. Sachy melepaskan sabuk pengamannya dan melihat ke rumah yang menjadi tempat tujuanya. Dengan cepat Sachy keluar dari mobilnya. Di tangannya dia membawa sesuatu.
                Kemudian Sachy mengetuk pintu rumah tersebut untuk meminta sang pemilik keluar. Sachy harap yang keluar adalah orang yang dia cari, jadi dia dapat bertanya langsung tanpa menunggu banyak waktu.
                “Sachy...” Seseorang terlihat terkejut saat dia membuka pintunya karena melihat Sachy berdiri di depannya dengan wajah yang sangat dingin. Orang itu benar-benar bingung melihat Sachy datang ke rumahnya di malam-malam seperti ini. Apakah..ada suatu hal yang terjadi? Tanya Orang itu di dalam hatinya. Entah mengapa tiba-tiba dia merasa cemas.
                “Bisa aku bertanya padamu?” Ujar Sachy tidak peduli dengan wajah terkejut orang yang ada di depannya itu.
                “Hmm..Bi..bisa..kamu..masuk dulu...” Ujar orang itu lagi dengan nada ketakutan karena melihat tatapan Sachy yang seperti akan membunuhnya, meskipun dia yakin itu tidak akan mungkin.
                “Tidak usah! Aku hanya punya waktu sebentar.” Ujar Sachy menolak. Orang itu tampak terpaku,
                “waktu sebentar? Maksudnya?” Tanya orang itu tidak mengerti.
                Sachy tidak menjawab, dia justru mengeluarkan sesuatu. Sebuah majalah. Sachy menyerahkan majalah tersebut kepada orang itu. Orang itu menerima majalah dari Sachy namun sedetik kemudian wajahnya berubah pucat. Dia tahu majalah apa ini.
                “Katakan padaku, apa kamu yang telah membuat aku melakukan itu?” Tanya Sachy dengan suara yang menakutkan. Orang itu terdiam. Lidahnya tiba-tiba saja kaku, dia tidak bisa mengeluarkan suaranya.
                “Jawab Nala!!” Tanpa sadar Sachy membentak. Nala terkejut setengah mati. Dia menatap Sachy dengan air mata yang langsung mengenak di pelupuk matanya.
                “Sachy... aku...” Nala tidak bisa berbicara. Tiba-tiba ada sesuatu yang mengunci bibirnya untuk berbicara..Nala tahu, itu adalah air matanya! Karena entah mengapa air matanya sudah ingin keluar dan dia menahannya sehingga tenggorokannya begitu sakit.

                “Sudahlah! Aku sudah tahu.” Sachy memotong ucapan Nala. “Aku tidak butuh penjelasanmu. Tapi yang jelas sebelum aku pergi.. aku ingin mengucapkan, ‘terimakasih untuk semua yang udah kamu perbuat pada aku Nala’. Terimakasih sudah membuat hidupku hancur seperti ini. Mengingatmu adalah sesuatu.. yang sangat aku sesali seumur hidupku.” Sachy mengucapkan itu kemudian langsung pergi. Nala pun hanya terpaku di tempatnya.
Dia sudah tidak sanggup lagi membendung air matanya yang tiba-tiba saja sudah meluap begitu derasnya membanjiri wajahnya. Nala tidak bisa melakukan apa-apa. Dia hanya menatap kepergian Sachy dengan perasaan yang tercabik-cabik. Nala terjatuh.. dia tidak kuat lagi berdiri. Di peluknya majalah itu sambil terisak.

                Di luar hujan masih mengguyur bumi dengan derasnya. Menemani tangisan Nala dan jeritan hatinya.
                Sachy telah pergi...

                                                                                                ***
               





Baca Yang Ini Juga Yah?:

0 komentar on "Utang Cimol Part 16"

Posting Komentar

Baca Juga Postingan Terbaru

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Catatan Sakura Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ways To Make Money Online | Surviving Infidelity by Blogger Templates