Minggu, 18 Agustus 2013

Utang Cimol Part 14

di 00.27

               



 Sachy mengamati dua orang yang ada di depannya secara bergantian. Ekspresi mereka berbeda, Tere yang tidak lain adalah manajernya berekspresi seperti orang yang tiba-tiba saja seperti membatu, sedangkan perempuan disampingnya menutup mulutnya dan matanya melotot seolah akan melompat keluar tapi meskipun begitu Sachy tahu ekspresi mereka menunjukkan ekspresi orang yang sedang terkejut, dan itu membuat Sachy bertanya heran,

              “Ada apa, paman?” Sachy bingung mengapa mereka berdua ketika mendengar nama Minho seperti orang melihat hantu, “Apa sesuatu terjadi dengan Minho?” Tanya Sachy lagi dengan kening berkerut.
                Tiba-tiba Tere langsung tersadar, dan ia segera berusaha mengembalikan keadaan dirinya kembali normal, “Tidak ada apa-apa Sachy, Minho baik-baik saja.”
             “Lalu, dimana ia? Mengapa ia tidak ada disini?” Tanya Sachy sembari mengedarkan pandangannya keselilingnya berharap tiba-tiba Minho muncul, namun tetap saja Minho tidak muncul karena memang Minho tidak ada.
          “Dia ada di Korea. Apa kau lupa? Minho kan seorang artis. Tentu saja dia sangat sibuk.” Jawab Tere sekenanya dan Sachy percaya begitu saja. Dia tampak mengangguk mengerti, lalu dia kembali terpejam. Tere bernafas lega karena Sachy tidak bertanya-tanya lagi. Namun tiba-tiba saja Sachy terbangun lagi.
        “Apa ada masalah dengannya?” Sachy menunjuk Nala yang rupanya belum kembali normal. Tere segera menyikut lengan Nala agar membuat gadis itu sadar.
           “Ah! Aku lupa..bukankah aku bisa bahasa Indonesia?” Ujar Sachy pada dirinya sendiri, lalu menoleh lagi ke arah Nala, “Apakah kau baik-baik saja? Karena dari ekspresimu tadi, ku kira kamu sedang terkena serangan jantung.” Ucap Sachy pada Nala. Nala yang sudah sadar hanya tersenyum kaku, dalam hati ia menjawab, “Memang aku terkena serangan jantung Sachy dan kau tahu bahkan aku kira jantungku akan segera melompat keluar saking terkejutnya aku.”
                                                                                                



                                                                                ***

               “Paman! Bagaimana ini ?! Apa yang harus kita lakukan? Sachy tidak mengingatku yang dia ingat hanyalah nama mantannya dan...OH! MY GOD!” Nala memegang kepalanya yang mulai berdenyut-denyut. Tidak bisa ia bayangkan, Sachy yang sudah sembuh dari kelainannya tiba-tiba kembali seperti dulu lagi. Bagaimana jika Sachy kembali ke jalan yang sesat dengan mencari orang yang bernama Minho itu? Nala tidak sanggup membayangkannya apalagi jika itu benar-benar terjadi.


              “Itu tidak akan terjadi.” Ujar Tere mencoba meyakinkannya kepada Nala dan terlebih pada dirinya sendiri. Tere memandang wajah Nala yang terlihat sangat mengenaskan, apa yang diinginkan Nala sama juga dengan apa yang dia inginkan. “Selama kita menahan Sachy untuk tidak kembali ke Korea, maka semua itu tidak akan terjadi. Kita harus bisa menahan Sachy disini sampai ingatan Sachy kembali pulih, dia tidak akan kembali menjadi dirinya yang dulu selama dia tidak bertemu Minho.” Mendengar ucapan Tere, Nala seperti mendapat suntikan harapan. Ia mengangguk setuju.

               “Dan satu lagi..” Kali ini Tere memegang pundak Nala dan dia menatap Nala dengan serius, “Kau harus berusaha membuat Sachy jatuh cinta lagi padamu Nala. Aku yakin, itu akan membuat ingatannya lebih cepat kembali”
                Nala mengurungkan senyumnya, “Apakah aku bisa?” Tanyanya tidak yakin. Nala ragu bahwa ia sanggup melakukan itu.
                “Kau pasti bisa Nala. Selama cintamu itu tulus pada Sachy, aku yakin Sachy akan merasakannya meskipun otaknya saat ini tidak mengingatmu tapi cintanya tidak akan pernah lupa padamu.” Ujar Tere sedikit puitis. Nala sedikit terpengaruh dengan ucapan Tere dan entah datang darimana tiba-tiba munculah keberanian Nala meskipun itu hanya sedikit, Nala berfikir tidak ada salahnya jika ia mencoba terlebih dahulu.

                                                                                               



                                                                               ***

               


Sachy menatap Nala dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Entah apa yang sebenarnya Sachy pikirkan, hanya saja ia ingin memastikan apakah benar ia pernah mengenal gadis ini. Gadis yang dipandangin itu tampak salah tingkah sekaligus bingung, sepertinya tidak ada yang salah dalam ucapan Tere tadi yang mengatakan, “Mulai saat ini, Nala lah yang akan menjagamu, merawat, dan menemanimu sampai kondisimu pulih. Banyak hal yang harus aku kerjakan, dan aku harap kamu bisa mengerti.” Itulah kutipan perkataan yang tadi Tere sampaikan sebelum akhirnya Tere pergi meninggalkan Nala dan Sachy dengan kebingungannya.

                “Apa..ada yang salah denganku?” Tanya Nala membuka percakapan. Hampir 5 menit berlalu, dan Sachy hanya diam sembari menatapnya.. bukan! lebih tepatnya mengamatinya. Itu tentu saja membuat Nala risih dan tidak tahan.
                “Aku penasaran..” Jawab Sachy sambil memiringkan wajahnya. Dia menaruh tangannya dibawah dagunya sembari berfikir, “Apakah kita dulu benar-benar saling mengenal?” Raut wajah Sachy mengatakan bahwa ia sama sekali tidak percaya dirinya kenal atau bahkan dekat dengan gadis bernama Nala ini karena selama ini dia tertutup dengan seorang wanita.
                Nala yang menangkap konotasi negatif dari ucapan Sachy barusan, menjawab, “Apakah kau sulit percaya bahwa kau mengenal aku? Apakah aku gadis yang tidak pantas untuk kau kenal ?” Dari nada Nala, terlihat bahwa ia sakit hati atas ucapan Sachy barusan.
                “Bukan itu maksudku...” Sachy tampak merasa bersalah, dia menyusun kata-kata demi memperbaiki ucapannya tadi, “Aku juga tidak tahu mengapa aku bisa berpikiran seperti itu karena selama ini aku tidak pernah dekat dengan seorang wanita manapun, teman-temanku semua laki-laki dan aku..” Hampir saja Sachy mengatakan bahwa ia memiliki seorang pacar dari jenis yang sama, Sachy segera mengganti kata-katanya, namun sekilas Sachy melihat wajah Nala berubah menjadi pias, terlihat sekali air mata mengenang di matanya, “Sudahlah! Intinya kau tahu sendiri bagaimana keadaanku sekarang. Oke..maaf jika ucapanku tadi menyinggung perasaanmu, tapi kau juga tidak bisa menyalahkanku. Aku hilang ingatan, dan aku sama sekali tidak bisa mengingatmu. Jadi..”
                

“Aku mengerti. Aku akan menunggumu.” Ujar Nala memotong ucapan Sachy. Sachy sedikit terperangah mendengar ucapan Nala barusan. “Tapi satu hal aku minta padamu,” Pinta Nala sungguh-sungguh kepada Sachy. Sachy hanya diam, tanpa menjawab.
                “Bisakah kau mengizinkanku untuk membuktikanya padamu? Bahwa aku adalah gadis yang pantas kau kenal. Meskipun aku tidak bisa mengembalikan ingatanmu tapi setidaknya aku akan berusaha untuk melakukan yang terbaik untukmu karena dengan cara itulah rasa bersalahku sedikit terkurangi.” Ujar Nala dengan suara yang nyaris seperti orang menderita. Tapi Nala benar-benar mengatakan hal itu tulus dari hatinya dan entah mengapa Sachy merasa dia bisa mempercayai gadis itu.
                “Hmm...” Sachy tidak langsung menjawabnya, dia tampak seperti orang yang sedang mempertimbangkan sesuatu, “Baiklah. Itu terserah padamu.” Ujar Sachy dengan nada cuek. Nala tersenyum bahagia, sekilas Sachy melihat senyum itu dan tanpa ia sadari dia ikut tersenyum.




                                                                            ***
               
 2  Minggu kemudian...
                Nala meregangkan otot-otot tangannya, rasanya sendi-sendi di tangannya akan terlepas saking capeknya ia karena seharian ini dia sibuk dengan menulis. Banyak pelajaran yang ketinggalan karena ia sibuk mengurus Sachy. Namun hari ini ia tahu Sachy sudah pulang dari rumah sakit.
                “Hftt...” Nala menyenderkan badannya ke kursi. Ada helaan nafas berat yang barusan ia hembuskan. Sepertinya rasa lelah di tangannya itu belum seberapa dibandingkan rasa lelah hatinya. Sudah 2 minggu berjalan, namun tidak ada perkembangan yang menunjukkan kabar baik dari Sachy. Sedikitpun tidak ada tanda bahwa dia bisa mengingat Nala seperti dulu dan itu membuat Nala sedih. Hatinya seperti tercabik-cabik. Tapi Nala tidak akan menyerah, karena ia tahu keberhasilannya terletak pada kesabarannya. Dia yakin suatu saat Sachy akan kembali seperti dulu.
                ”Trttt...trtt...” Tiba-tiba terdengar suara getaran dari Hp Nala. Nala segera merogoh sakunya dan mengambil Hpnya. Tertera nama “Paman Tere” di layar Hpnya. Langsung saja, Nala menekan tombol penerima.
                “Iya paman?” Nala menjawab panggilannya. Di ujung sana, Tere langsung mengatakan tujuannya.
                “Ada apa paman..? Apa? Sekarang paman? Baik.. baik.. aku akan segera kesana? Oke!” Panggilan dimatikan. Dan Nala segera merapikan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Dia pun segera melesat keluar kelas dengan kecepatan diluar kendalinya. Rasa lelah di tangannya tadi karena menulis menguap entah kemana. Apa yang sedang terjadi padanya langsung menghilang seketika itu juga saat Tere menyuruhnya ke apartemen Sachy sekarang juga. Tere mengatakan kemungkinan ingatan Sachy sedikit kembali dan Sachy menyuruh Nala menemuinya sekarang juga. Hal itu tentu saja membuat Nala sontak bahagia. Tidak ada yang membuatnya lebih bahagia saat ini selain Sachy yang sudah kembali ingatannya. Dia berharap hari yang dinantikan itu segera tiba.




                                                                                ***




          Nala kini sudah berada di depan pintu apartemen Sachy. Sebelum ia memencet bel, Nala mencoba merapikan dulu rambutnya yang ia yakin sudah berantakan seperti terkena angin pitung beliung. Setelah dirasa rapi, Nala pun menekan tombol bel. Nala merasa jantungnya berdegup kencang sembari menunggu pintu itu terbuka. Dia berharap pintu itu tidak cepat terbuka, namun dia juga tidak mau menunggu terlalu lama di depan pintu.
                Namun rupanya tidak ada 10 detik Nala memencet belnya, pintu itu terbuka. Nala terkejut karena rupanya harapannya tidak terkabulkan. Dan Nala lebih terkejut, saat Sachy yang membuka pintu itu langsung menarik tangannya masuk ke dalam apartemennya, tanpa menunggu basa-basi meskipun itu sekedar ucapan salam, Sachy bukan seperti membawa Nala melainkan seperti menyeretnya. Nala yang tidak siap dengan tindakan Sachy ini, hanya bisa menatap penuh kebingungan. Dia tidak tahu harus berbuat apa, yang dia lakukan hanya melihat tangannya yang kini sedang digenggam oleh Sachy.
                Di ruang tamu, Nala melihat ada Tere. Langsung saja Nala meminta bantuan Tere dengan tanpa suara, namun rupanya Tere hanya pasrah melihat apa yang sedang dialami oleh Nala. Sepertinya Tere hanya bisa membantunya lewat doa.
                Sachy terus menyeret Nala tanpa sedikitpun membiarkan gadis itu tahu ataupun sekedar bertanya mau dibawa kemana ia. Baru setelah sampai di sebuah pintu, Sachy menghentikan langkahnya dan langsung melepas genggamannya. Nala hanya bisa memegang tangannya yang mulai kemerahan karena genggaman Sachy yang lumayan keras. Ingin sekali Nala bertanya, namun melihat ekspresi Sachy saat ini jangankan untuk bertanya, untuk mengeluarkan suara pun Nala tidak mempunyai keberanian.
                Sachy sempat memandang Nala dengan pandangan yang belum pernah Nala lihat sebelumnya. Nala sampai bergidik dibuatnya. Tidak berapa lama kemudian Sachy membuka pintu yang ada di depannya. Masih dengan tatapan yang tidak terlepas dari Nala, Sachy menyuruh Nala melihat apa yang ada di dalam ruangan itu. Setengah takut, Nala pun melihat ke dalam ruangan itu. Dan amat terkejutnya Nala melihat apa yang ada di dalam sana. Bahkan Nala tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang.
                Ini adalah sebuah kamar. Bukan kamar yang aneh, melainkan kamar yang begitu bagus, rapi, dan bersih. Tapi ada sesuatu yang membuat Nala benar-benar terkejut, yaitu sebuah pigura besar yang terpasang di dinding kamar itu. Pigura itu berisi...fotonya!! Ya! Nala yakin dia tidak salah lihat meskipun dalam hatinya dia merasa tidak percaya bahwa itu adalah fotonya. Mulut Nala sontan terbuka lebar, dan Nala reflek mendekati pigura itu.
                “Itu belum seberapa, masih ada ini, ini dan ini.” Tiba-tiba Sachy membuka lacinya, menunjukkan satu persatu foto Nala yang tersimpan di dalamnya.
                “Dan..OMO! Aku tidak percaya ini juga sama.” Sachy menunjukkan Hpnya dan IPADnya dan rupanya di layarnya terpasang jelas wallpapernya adalah foto Nala. Nala menutup mulutnya melihat semua itu, dia benar-benar terkejut melihatnya.
                Sachy tidak merasa menikmati ekspresi keterkejutan Nala, sekarang dia hanya ingin menanyakan satu hal kepada Nala, “Jadi..katakan padaku siapa kamu sebenarnya ?”
                Kini Nala menatap Sachy penuh haru, dia tidak menyangka Sachy begitu menyukainya selama ini. Nala tersenyum penuh arti, “Tentu saja. Aku adalah wanita yang kamu cintai, Sachy.”

                                                                                               



                                                                             ***

                


Baca Yang Ini Juga Yah?:

0 komentar on "Utang Cimol Part 14"

Posting Komentar

Baca Juga Postingan Terbaru

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Catatan Sakura Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ways To Make Money Online | Surviving Infidelity by Blogger Templates