“Kau harus menjadi laki-laki normal.”Kata-kata itu mengalir dengan lembutnya dari bibir Nala. Terdengar bukan seperti ucapan seseorang yang mengajukan sebuah syarat melainkan seperti ucapan seseorang yang mengandung sebuah harapan.
Sachy sama sekali tidak menyangka dengan apa yang barusan dia dengar. Bukan karena syarat itu terlalu mudah, melainkan Nala yang terlalu baik memberikan syarat seperti itu sebagai tebusan atas apa yang dia lakukan. Sachy menatap Nala dengan tatapan haru, rasanya beban yang menindihnya dan membuatnya menderita selama ini langsung terangkat begitu saja. Bahkan dia sudah tidak peduli lagi dengan masalahnya sekarang, entah apa yang di bicarakan orang-orang dia tidak akan peduli. Baginya ini sudah seperti hadiah yang sangat membahagiakan.
Lalu tanpa sadar, Sachy langsung menarik tangan Nala dan menggenggamnya kuat.
“ Terimakasih. Terimakasih. Terimakasih.” Ucapnya bahagia.
Nala mencoba menarik tangannya dari genggaman Sachy, tapi Sachy tidak mau melepaskannya dan dia menjabat tangan Nala. “Aku berjanji akan menjadi laki-laki normal.” Janji Sachy penuh keyakinan. Nala menatap mata Sachy dan menemukan keyakinan itu, tanpa sadar Nala tidak mencoba melepaskan lagi tangannya dan dia malah membalas menjabat tangan Sachy. Ini adalah tanda kesepakatan mereka. Kemudian Nala tersenyum. Rasanya dia juga ikut bahagia.
***
Nala tidak hanya memberikan sebuah syarat, dia juga memberikan jasa nya untuk membantu Sachy. Sachy sangat bahagia karena Nala tanpa menunggu waktu lama segera mengiyakan untuk membantunya.
“Ini semua karena berkaitan dengan Tugas Sosiologiku. Jika aku membantumu dan berhasil membuatmu sembuh dari penyakitmu, aku yakin ini akan menambah nilai Tugas Sosiologiku.” Ucap Nala memberikan alasannya kenapa dia dengan senang hati mau membantu Sachy.
“Emang apa tugas Sosiologimu?.” Tanya Sachy sedikit tertarik. Di kelas Entertaiment semua jurusan di jadikan jurusan IPA, tidak ada jurusan IPS.
“Mengamati kelainan pada manusia.” Jawab Nala yang segera diikuti dengan berubahnya wajah Sachy dari ceria menjadi cemberut.
“Kelainan??” Sachy merasa amat tidak suka dengan kata-kata itu. Nala tahu bahwa Sachy merasa sebal jika dia disebut sebagai manusia yang memiliki kelainan, tapi mau gimana lagi, itulah yang tertulis di dalam buku teori Sosiologinya.
“Aku pergi dulu yah. Jangan lupa besok kita bertemu lagi di tempat ini. Besok akan aku berikan tips yang pertama. Okee?.”
“Oke.” Sachy menjawab dengan lemas dan dia sesekali memajukan bibirnya. Sebenarnya apa yang dipikirkan Nala salah besar, Sachy tidak merasa sebal karena disebut sebagai manusia yang memiliki kelainan melainkan Sachy sebal karena kebahagiannya hilang.
Kebahagian itu langsung menghilang saat gadis itu mengatakan alasannya bahwa dia membantunya hanya karena sebuah Tugas.
“Hft” Sachy mengela nafasnya. Tapi setidaknya dia harus berterimakasih kepada guru yang memberikan tugas itu, karena berkat guru itu Nala mau membantunya dan setidaknya berada di sampingnya dalam waktu yang sedikit lama.
***
Kening Sachy berkerut 3 lapisan takkala dia melihat Nala datang. Sachy sudah menunggu setengah jam dari waktu perjanjian mereka, dan itu sengaja dia lakukan karena dia takut terlambat. Hal buruk mungkin terjadi jika dia terlambat. Tapi melihat Nala yang datang tidak sendirian membuat Sachy merasa akan datang hal yang lebih buruk.
“Hai Sachy, kenalkan ini Sinta.” Nala mengenalkan seseorang yang ia bawa kepada Sachy. “Sinta ini Sachy.” Dan Nala mengenalkan Sachy kepada Sinta. Tapi tidak ada sedetik setelah perkenalannya, Sinta sudah menyerbu Sachy dengan wajah girangnya bahkan dia langsung memeluk lengan Sachy.
“Sachy aku senang banget bisa ketemu kamu. Kamu tahu gak? Aku itu Fans sejati kamu loh. Aku gak akan berpaling meskipun aku tahu skandal yang baru-baru ini menimpamu.”Ucap Sinta dengan gaya genitnya. Sachy berusaha melepaskan pegangan Sinta, namun Sinta malah semakin memperkuat pegangannya. Karena putus asa, Sachy langsung melayangkan pandangannya ke arah Nala yang tampak bingung harus berbuat apa.
“Jadi..apa yang akan kita lakukan sekarang?.” Sachy bertanya tajam. Sebenarnya dia lebih tepatnya meminta alasan kepada Nala kenapa dia membawa wanita seperti ini, Sachy yakin itu bukanlah hal yang baik.
“Kau tidak tahu?” Sinta segera menjawab, memotong ucapan yang akan keluar dari mulut Nala. “Kita akan berkencan!!.” Lanjut Sinta dengan berapi-api, semangatnya bahkan terlihat dengan sangat jelas.
“APA?!!” Sontak Sachy menjerit.
***
“Kenapa??” Sachy bertanya dengan sejuta kebingungan yang ada di otaknya. Inikah Tips pertama itu?
“Ya! Ini adalah Tips yang pertama.” Nala menjawab seolah tahu apa yang ada dipikiran Sachy. Sebelum Sachy membuka mulutnya lagi untuk protes, Nala segera melanjutkan lagi ucapannya.
“Sachy hal yang perlu di lakukan bagi seseorang yang mengidap kelainan Homoseksual jika dia ingin sembuh adalah dia harus berhasil mengubah rasa sukanya kepada sesama jenis menjadi ke lawan jenis. Kau harus mentaubatkan kelainanmu itu ke jalan yang benar. Saat ini kau harus memalingkan matamu dari laki-laki ke wanita. Dan itu bisa kau lakukan dengan cara mengenal wanita.”
“Tapi..apakah harus wanita bernama Sinta itu?.” Sachy merasa tidak suka dengan Sinta. Gaya centilnya sudah meyakinkan Sachy bahwa wanita itu amat sangat tidak menyenangkan.
Nala tahu apa yang ada di pikiran Sachy, tapi mau gimana lagi hanya Sintalah wanita yang bisa ia temui yang masih menyukai Sachy. “Aku pikir dia cukup cantik.” Nala mencoba mencari alasan yang tepat.
“Hah? Cantik?.” Sachy tertawa sinis. “Iya sih.. tapi kan apa kamu tidak lihat gayanya? Badannya itu seperti cacing kepanasan. Aku benar-benar tidak menyukainya.” Sachy mengerutkan bibirnya, wajahnya cemberut.
“Sudahlah. Kamu kan belum mencobanya. Lagian aku sudah terlanjur minta tolong padanya dan dia begitu senangnya dengan permintaan tolongku ini. Jadi..lapangkanlah hatimu, oke?.” Nala membujuk Sachy. Setelah cukup lama membujuknya, akhirnya yang dibujukpun mau. Meskipun terlihat sekali kalau yang dibujuk itu ‘terpaksa’ melakukannya.
***
Nala memutuskan untuk menjadikan Mall sebagai tempat pelaksaan Tips pertama itu. Disana agendanya adalah Sachy dan Sinta berduaan layaknya seperti sepasang kekasih. Nala hanya melihat mereka dari belakang. Nala yakin tanpa diajarin Sinta sudah tahu bagaimana menjadi wanita yang memikat hati pria. Sinta berusaha mengajak Sachy, mengajaknya bercanda, merayu bahkan menggombal.
Meskipun itu rencananya, tapi entah mengapa Nala tidak begitu menyukainya. Dia lama-lama jadi sebal dengan tingkah laku Sinta yang dia pikir terlalu berlebihan alias lebay. Nala sadar Sinta terlalu cantik dan entah mengapa tiba-tiba Nala mulai kawatir.
“Sachy! Lihat deh! Disana ada rumah hantu!. Ayo kita kesana, pasti seru deh.”Ajak Sinta sambil menarik lengan Sachy. Sachy yang dari awal sudah cemberut semakin menekuk wajahnya.
“Ayo Sachy. Temani aku..mau yaaa?” Sinta mulai merengek. Hal itu tentu saja mengundang perhatian banyak orang. Sachy jadi salah tingkah, akhirnya dia pun menuruti permintaan Sinta tapi tetap diiringi dengan wajah ‘terpaksa’nya.
“Dan Nala..” Tiba-tiba Sinta berkata membuat langkah Nala langsung terhenti. “Kamu disini aja ya? Kalau yang masuk disana kan seharusnya ada temennya. Aku takutnya nanti kamu sendirian disana.” Ucap Sinta membuat Nala kaget setengah mati. What? Nala pikir dia yang mengatur acara ini, tapi kenapa dia yang malah di atur. Nala mau protes, tapi Sinta sudah keburu pergi dan dia menarik tangan Sachy sekuat mungkin sehingga Sachy tak berdaya menurutinya.
Akhirnya Nala ditinggal sendiri. Kekawatirannya ternyata langsung terbukti. Nala yakin Sinta pasti berpikiran licik. Dia sengaja memanfaatkan kesempatan ini untuk benar-benar mencuri perhatian Sachy. Nala yakin Sinta pasti sudah merencanakan semua ini. Aha! Nala ingat semua. Dia ingat bagaimana Sinta mengusulkan Mall ini, Nala yakin itu karena Sinta tahu ada Rumah Hantu makanya dia ingin masuk kesana bersama Sachy dan nanti ketika berada di dalamnya Sinta akan berpura-pura ketakutan dan dia akan memeluk Sachy!.
“Ahhh!.” Tanpa sadar Nala berteriak. Ini tidak boleh terjadi. Nala tidak ikhlas jika Sinta benar-benar melakukan itu. Tanpa dikendalikan, Nala mulai panik.
“Aku harus menyusulnya!.” Ucap Nala pada dirinya sendiri. Akhirnya dia memutuskan untuk memasuki wahana tersebut dan mencari Sachy. Namun saat akan memasukinya tiba-tiba Nala berpapasan dengan Sachy yang baru keluar dari pintu Exit. Nala terkejut.
“Kamu kok...” Belum sempat Nala melanjutkan ucapannya, Sachy segera menarik tangan Nala dan menggenggamnya. Nala langsung berubah menjadi patung. Nala diam saja saat Sachy mulai membawanya pergi dan mengajaknya... berlari.
***
“Hh..hh..hh..” Nafas Nala memburu tidak beraturan. Dia sangat lelah. Entah sudah berapa jauh mereka berlari yang jelas mereka sudah berada jauh dari Mall itu. Hal yang sama juga dilakukan oleh Sachy.
“Hh.. Sachy..hh..apa..hh.. yang kamu lakukan?.” Tanya Nala ditengah nafasnya yang masih belum stabil. Dia membungkukan badannya dan memegang lututnya seolah takut lututnya akan lepas saking capeknya.
“Aku kabur dari wanita itu.” Ucap Sachy sambil membasuh keringatnya. Wajahnya tampak memerah setelah berlari.
“Apa?? Lalu gimana dengan Sinta?.” Nala bertanya kawatir. Meskipun dia sebal dengannya tapi Nala kawatir juga kalau dia ditinggal sendirian.
Wajah Sachy langsung berubah marah, sekilas Nala jadi takut melihat sorot mata Sachy yang tiba-tiba berubah menjadi sangat tajam. “Biarin aja! Aku gak peduli. Semoga dia dimakan deh sama Hantu.” Ujar Sachy dengan marah. Nala baru melihat Sachy saat marah, dan dia jadi takut untuk mengeluarkan kata-kata lagi.
“Nala bisakah aku minta tolong padamu?.”Tanya Sachy dengan lembut. Kali ini raut wajahnya sudah kembali normal.
Nala menatap Sachy ragu, tapi kemudian dia mengangguk. Nala pikir hari ini dia sudah melakukan kesalahan jadi dia harus menebus kesalahannya itu.
“Bisa ganti wanita itu dengan kamu aja.” Pinta Sachy dengan wajah penuh harapan. Sontak mata Nala langsung melebar, saat mulutnya ikut terbuka lebar Sachy melanjutkan ucapannya, “Aku lebih menyukaimu.”
***

Sachi Series : " Sebenarnya aku gak tahu... kenapa aku bisa ngomong kaya gitu, itu semua reflek ajah keluar dari mulutku. Aku bener-bener kaget dengan ide Nala yang menyuruhku kencan dengan nenek sihir. Yup! Siapa lagi kalau bukan si Sinta, gimana aku gak menyebutnya nenek sihir orang dia ketawa terus persis kaya nenek sihir! Sebenarnya... aku gak perlu kaya begituan, karena dari awal aku emang udah berubah. Tepatnya sejak aku pertama kali mengenal Nala! Ya ! wanita pertama yang aku lirik.. adalah dia, upss.. tapi jangan kasih tahu siapa-siapa yaa? Pleaseeeeee...
Sinta Series : " Aku sebel banget karena Sachi meninggalkanku sendirian ! Padahal aku benar-benar takut setan. Aku udah capek-capek ngerencanain ide biar aku bisa dekat dengan Sachi.. eh Sachi malah kabur. Mana tadi ada kejadian gak enak lagi.. aku salah meluk orang ! dan lebih parahnya lagi orang itu lagi jalan sama ceweknya dan alhasil aku di gepok deh ama pacarnya.. Aduh memalukan banget ! !"
Nala_Series : Aku cuma mau bilang.. "Sachy gak serius kan ngomong kaya gitu?"
0 komentar on "Utang Cimol Part 8"
Posting Komentar