Nala membuka matanya. Sebuah aroma yang sangat menusuk hidungnya membuatnya kembali ke alam sadarnya. Nala melihat sebuah ruangan yang berbeda, dia tahu ini bukan kelasnya.Ini Ruang UKS. Nala mencoba untuk duduk, namun kondisi badannya masih lemah, kepalanya juga masih terasa berat.
“Kamu gak apa-apa? Kalau masih sakit, mendingan pulang aja.”Seseorang mengucap dengan lembut kepadanya, membuat Nala menoleh.
“Vega, aku kenapa?.” Tanya Nala kepada Vega. Vega adalah teman sekelasnya dan dia juga menjabat sebagai Seksi Kesehatan di kelasnya. Nala bingung mengetahui kondisi tubuhnya yang tiba-tiba menjadi lemah padahal tadi sebelum berangkat dia sudah sarapan dan dia yakin dia dalam keadaan baik-baik saja.
“Kamu pingsan Nala. Seharusnya aku yang tanya, kenapa kamu pingsan? Kamu lagi sakit yah? Atau lagi banyak pikiran?.” Vega malah balik bertanya. Nala hanya menggeleng.
“Ya udah deh. Aku mendingan pulang aja kali yah. Mungkin setelah istirahat di rumah, keadaan aku jadi membaik.” Ujar Nala akhirnya. Dia merasa tidak kuat jika harus kembali melanjutkan kegiatannya di sekolah, entah kenapa kepalanya benar-benar berat dan dia ingin sekali tidur. Nala beranjak dari tempat tidur dengan di bantu Vega.
“Oyah Nala, kamu udah tahu berita heboh tentang Sachy belum?.” Tiba-tiba Vega bertanya dan itu membuat Nala kembali mengingat kejadian yang sebenarnya.
“Oyah, aku pingsan kan karena itu.” Gumamnya pelan, namun Vega dapat mendengarnya jelas. Vega pun tidak melanjutkan ucapannya lagi karena ternyata Nala sudah mengetahuinya.
***
“Berita menghebohkan datangnya dari Aktor yang sedang naik daun, Sachy Saldevhes yang rupanya adalah seorang laki-laki pengidap kelainan Homo seksual. Sachy yang diketahui masih duduk di Bangku SMA itu rupanya pernah berpacaran dengan sesama jenis. Ada yang mengatakan bahwa kekasih sejenisnya itu adalah orang Indonesia ada juga yang mengatakan orang Korea. Entah mana yang benar, sampai saat ini pihak dari Sachy sendiri belum mau mengkonfirmasi kepada para media. Namun yang jelas, hampir seluruh penggemar Sachy yang ada di Indonesia terkejut dan mereka menyatakan kekecewaan mereka.Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa Idola yang selama ini mereka cintai itu rupanya pecinta sesama jenis.”
Tep. Nala mematikan televisinya. Dia benar-benar tidak sanggup lagi melihatnya, hampir seluruh infotaiment membicarakan hal itu. Sampai sekarang Nala masih belum percaya kalau ini adalah kenyataan, dia masih syok dan dia gak menyangka bahwa Sachy seperti itu.
“Aku harus memastikannya. Ya! Langsung kepada orangnya!.”Ujar Nala kepada dirinya sendiri. Tanpa sadar, Nala sudah melanggar prinsipnya sendiri bahwa dia tidak akan mengurusi Sachy meski itu hanya sedikit.
***
Sudah 6 hari Nala menunggu kedatangan Sachy, namun yang ditunggu-tunggu itu tidak jua datang. Nala merasa dirinya hampir gila, pikirannya berantakan dan dia tidak bisa menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Dia ingin tahu, apa yang dilakukan cowok itu, bagaimana keadaannya sekarang, bagaimana dia menghadapi ini semua. Tanpa sadar, Nala mencemaskannya.
Sayangnya Nala tidak bisa menemuinya langsung ke tempat tinggalnya, karena Nala tahu disana ada wartawan yang siap siaga. Dan Nala yakin wartawan itu belum lupa tentang skandal yang baru-baru saja terjadi antara dirinya dengan Sachy. Nala takut jika dia muncul, akan tambah memperparah keadaan.
Pletak. Sebuah benda tiba-tiba meluncur dan mendarat mulus di kepala Nala.
“Auuwww!!.” Nala reflek berteriak, dia memegangi kepalanya dan meringis kesakitan. Tapi seisi kelas malah tertawa dan tidak peduli dengan kesakitan yang dirasakan Nala.
“Nala!! Sedang mikirin apa kamu?! Bengong kaya kebo ompong!.” Pak Eko, guru Matematika yang rupanya tadi melempar Nala dengan tutup spidol berteriak marah.
“Maaf, Pak.” Ujar Nala dengan kepala menunduk.
“Ucapan maaf kamu saya terima kalau kamu bisa ngerjain soal yang ada di papan tulis ini. Jika tidak, maka kamu harus berdiri di tengah lapangan saat istirahat!!” Ujar Pak Eko dengan galak dan kejamnya. Mulut Nala menganga lebar mendengar ucapan Pak Eko barusan. Tapi Nala tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.
***
“Woiii.. SACHY BERANGKAT!!” Tono tiba-tiba berteriak keras kepada seisi kelas yang langsung di sambut dengan kehebohan yang bisa di katakan luar biasa. Semua anak saling berkasak-kusuk, semua sibuk membicarakan Sachy, namun tidak sedang memuji seperti yang mereka lakukan biasanya, kini mereka mencela, menghina, dan merendahkan Sachy. Sejak berita itu datang, semua penggemar Sachy kecewa dan kini tidak sedikit dari mereka yang berubah menjadi anti.
Nala yang sedang sibuk menulis dan mempersiapkan bahan presentasi nya untuk Tugas Sosiologinya langsung menghentikan aktifitasnya. Dia membiarkan jarinya mematung dengan keadaan menggenggam sebuah Bulpoin. Wajahnya langsung berubah menjadi tegang. Akhirnya dia datang juga.
Lalu tanpa menunggu banyak waktu, Nala segera beranjak dan melempar begitu saja Bulpoint yang tadi ia pegang. Dia segera berlari keluar kelas. Dengan perasaan menggebu-gebu dia ingin menemui Sachy. Semua ini dia lakukan tanpa dia sadari, tanpa ia pikirkan sebelumnya, tanpa ia rencanakan.
Langkahnya berhenti tepat setelah dia melihat sosok jangkung itu berjalan berlawanan arah dengannya. Wajahnya tidak ada yang berubah, tubuhnya juga tidak berubah menjadi kurus seperti yang ia bayangkan, dia tampak seperti biasanya. Namun ada yang berubah dalam pandangan Nala. Tentu saja, sosok yang sedang melangkah itu tidak lagi diiringi dengan teriakan, keterpesonaan, keterkaguman, dan kecintaan penggemarnya. Pagi itu untuk pertama kalinya Nala melihat sosok itu berjalan ditemani dengan pandangan kebencian, kekecewaan, dan perendahan dari seseorang yang dulu menamakan dirinya sebagai Idola Sachy Forever. Sachy seperti manusia pada umumnya, ia sama dengannya.
Nala terus memandangi Sachy dan melihat sebuah pemandangan yang seharusnya membuatnya bahagia karena inilah yang selama ini diinginkannya, namun dia tidak bisa membantah saat hatinya mengatakan, ‘bahwa dia sedih melihat semua itu’. Sachy menghentikan langkahnya, saat dia lihat Nala menghadang jalannya. Tatapan mereka bertemu. Bukan pertama kali mereka saling menatap seperti ini tapi ini adalah pertama kalinya Nala menatap bukan dengan tatapan kebencian, melainkan seperti tatapan seorang yang tulus mengatakan, ‘aku ikut bersedih atas musibah yang menimpamu’ dan dalam tatapan itu Nala menjanjikan sebuah hal.
***
Nala dan Sachy sedang duduk berdua di bangku tepat di bawah pohon tua yang ada di belakang sekolah, tidak masalah jika ada seseorang yang melihat mereka. Karena sekarang Sachy seperti umumnya siswa SMA Nusa Bangsa, tidak ada lagi yang membedakan antara dirinya dengan anak-anak yang lainnya.
Selama ini yang membedakan dirinya dengan siswa SMA Nusa Bangsa lainnya adalah dia punya penggemar, karena sekarang dia sudah tidak memiliki penggemar lagi jadi Sachy sudah seperti orang biasa meski dia artis, dia seperti kebanyakan manusia yang lainnya dan jujur saja dia merasa inilah dirinya yang normal.
“Terus?.” Nala membuka percakapan mereka dengan sebuah pertanyaan.
“Apa?.” Sachy malah balik bertanya, tidak mengerti maksud pertanyaan Nala barusan.
“Apa kau sudah menemukan siapa pelaku yang menyebarkan berita itu?.”
Hening tiba-tiba menyeruak. Sachy seperti menjadi patung mendadak, dan Nala entah mengapa merasakan sesuatu yang tidak enak.
“Tidak.” Jawab Sachy akhirnya sambil menundukkan wajahnya. Kening Nala berkerut mendengar jawaban Sachy yang terdengar tidak meyakinkan itu.
“Apa maksud ‘Tidak’ dalam ucapanmu barusan tadi?” Tanya Nala merasa belum puas. Sachy malah semakin menundukkan wajahnya. Dia terlihat tragis dengan kondisinya saat ini.
“Tidak akan.”
“Kenapa?.” Ada keheningan lagi pasca pertanyaan Nala barusan. Nala mencoba menunggu, karena dia yakin ada suatu alasan yang sangat besar tentang kejadian semua ini dan dia ingin mengetahuinya. Sachy menengadahkan wajahnya, kini dengan penuh keberanian dan sorot mata yang tersirat penuh keyakinan, Sachy menjawab :
“Karena aku yang melakukannya.”
***
“Kamu..” Nala masih tidak percaya dengan kata-kata yang barusan ia dengar, setelah menunggu beberapa detik untuk mengatasi keterkejutannya, Nala reflek berkomentar, “GILA”.
“Bukankah kau yang mengiginkan semua ini? Kamu ingin aku pergi sejauh-jauhnya, namun sayangnya aku tidak bisa pergi dari sini, kamu ingin aku musnah tapi aku belum saatnya mati atau aku tidak mungkin bunuh diri, kamu ingin aku di telan bumi dan itu berarti sama aja dengan aku mati, jawabannya sama seperti yang tadi, itu tidak akan terjadi jika aku belum saatnya mati, dan keinginanmu yang lain adalah aku hancur, dan ini adalah satu-satunya hal yang bisa aku penuhi.”
Nala terkejut lagi mendengar penjelasan Sachy dan kenyataan bahwa Sachy..benar-benar melakukan apa yang diucapkannya padahal itu dia katakan saat dia sedang emosi dalam arti dia tidak benar-benar serius.
Sachy tersenyum melihat ekspresi keterkejutan dan sirat rasa penyesalan dari wajah Nala.
“Apa kamu menyesal mengucapkan hal itu?.” Tanya Sachy lembut. Nala masih terkejut sehingga dia masih sulit mengeluarkan suara, dia masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan Sachy, dia tidak menyangka Sachy adalah orang yang benar-benar NEKAT.
“Bagaimana kalau rasa menyesalmu itu ditukar dengan ucapan memaafkan?.” Tanya Sachy lagi setelah dia menunggu Nala yang tidak juga membuka suara.
Nala menatap Sachy penuh arti. Bukan! Bukan berarti dia ingin memaafkan Sachy, tapi justru dia lah yang ingin meminta maaf pada Sachy. Ya! Sachy tidak pernah menghancurkan hidupnya tapi kenapa dia menghancurkan hidup Sachy?Nala merasa dirinya sudah keterlaluan.
“Apa kau mau memaafkanku, Putri Naila?.” Untuk kesekian kalinya Sachy tidak pernah bosan mengatakan hal itu.
“Dengan satu syarat!.” Akhirnya Nala membuka suaranya. Sekilas ada ekspresi ke legaan dari wajah Sachy, di dalam hatinya dia berjanji akan melakukan apa saja demi syarat itu.
Sachy menunggu Nala menyelesaikan kalimatnya, dia berharap syarat itu tidaklah terlalu sulit baginya.
“Kau harus menjadi laki-laki normal.”
***
Sachy_Series : Sudah ku duga Nala pasti menyebutku "GILA" atas apa yang aku lakukan. Ya ! Siapa yang tidak menyebutku gila, aku yang membuat kehancuran untuk diriku sendiri. Tapi sebenarnya aku tidak merasa diriku hancur. Bahkan aku merasa aku telah melakukan sesuatu yang benar. Aneh kan....? Dan lebih anehnya lagi aku justru bahagia. Putri Naila mau berbicara denganku malah menawarkan diri untuk membantuku. Itulah sebabnya kenapa aku menyebut apa yang aku lakukan adalah sesuatu yang benar...
Dan hemm.. sebenarnya aku bukan seorang homo, dulu tepatnya waktu aku masih berada di Korea aku mengaggumi seorang laki-laki yang sudah ku anggap kakak, aku hanya berteman dan hanya mau bersamanya. Karena kawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, orang tuaku memaksaku untuk pindah ke Indonesia. Dan sebenarnya apa yang akan aku lakukan ini sudah aku beritahukan sebelumnya pada orang tuaku, sudah kuceritakan semuanya pada mereka dan syukurnya mereka mengerti.. hanya...(aku tertawa) aku merasa bersalah dengan Tere karena aku tidak memberitahukan padanya lagian dia pasti tidak akan pernah mengizinkannya, dan sekarang dia sedang sakit atau lebih tepatnya memaksakan dirinya untuk sakit. Hem.. nanti saja deh aku minta maaf padanya... hehe
0 komentar on "Utang Cimol Part 7"
Posting Komentar