Sabtu, 18 Agustus 2012

Utang Cimol Part 6

di 08.47
               
 Sachy masih duduk berlutut di hadapan Nala. Membuat Nala bingung harus melakukan apa. Apakah dia akan pergi begitu saja seolah tidak peduli atau dia menenangkan Sachy dan mengatakan ‘cup..cup...diam yah cowok manis.’ Nala tidak sadar bahwa dia sempat berfikiran Sachy cowok manis. Abis Sachy yang sekarang ia lihat benar-benar berbeda dengan Sachy yang biasa dia lihat baik di televisi ataupun di sekolah. Sachy menangis dengan wajah yang terlihat manis bukan wajah mewek yang jelek.
                “Apa sih yang kamu lakukan Sachy? Bangun ah..kamu gak malu apa kalau di lihat orang?.”Kata Nala membujuk Sachy untuk segera bangun dan secara gak langsung ingin mendiamkan tangis Sachy.
                Lalu Nala mengulurkan sapu tangannya yang sungguh tidak di sangka Sachy. Sachy mendongakan kepalanya dan wajahnya terlihat sekali tidak percaya bahwa Nala barusan melakukan hal seperti itu.
                “Aku memang tidak menyukaimu, tapi aku sama sekali gak menyangka kalau kamu ternyata cengeng sekali. Bahkan aku sebagai perempuan malu melihatnya. Ini cepat ambil..dan bersihkan air matamu.” Nala berkata dengan judesnya yang tidak ketinggalan. Sachy menerima sapu tangannya dan dia membalikkan badannya. Sedetik kemudian terdengar suara semprotan yang berasal dari hidung. Nala tersenyum simpul.
                “Gak perlu di balikin.” Ucap Nala kemudian setelah Sachy selesai membersihkan bekas tangisnya. Tentu saja Nala tidak akan menerima sapu tangannya setelah dia tahu bekas apa sapu tangannya itu. Sachy hanya diam, dia memandangi sapu tangan yang telah basah itu dan mengerti maksud­­ ucapan Nala.
                                                                                                ***
                “Aku benar-benar gak tahu kalau kejadiannya sampai seperti ini. Aku...” Sachy dan Nala kini sedang berada di tempat penjual Es kelapa muda. Mereka sedang menikmati Es Kelapa Muda bersama-sama meski pun jarak tempat duduk mereka berjauhan. Sachy memegang bungkusan Es Kelapa muda itu dengan tangan gemetar dan Nala melihatnya.
                “Aku..minta maaf.” Lanjut Sachy lirih dengan kepala menunduk. Terlihat sekali dari ucapannya penuh nada penyesalan dan penyesalan itu sungguh dalam.
                “Jangan ke aku.” Jawab Nala singkat.
                “Lalu ke siapa? Sally sudah ti...”
                “Aku gak peduli. Yang jelas kamu gak perlu minta maaf ke aku. Aku gak butuh.” Nala mencoba mengatur nada bicaranya agar terlihat biasa, dia mengalihkan pandangannya ke ramainya kendaraan yang berlalu lalang di depan mereka.
                “Aku harus bagaimana..? Apa yang harus aku lakukan agar kau dan Sally memaafkanku? Ini sungguh menyakitkan dan membuatku menderita.” Sachy meremas bungkusan Es nya yang telah habis. Dia bahkan tidak merasa dinginnya Es batu yang dia pegang, baginya beban rasa bersalah ini membuat tubuhnya mati rasa.
                “Andai saja Sally tidak terlalu menyukaimu..andai saja saat itu Sally tidak mengejar mobilmu..”Nala menggumam pelan, dia berbicara tidak sambil menatap Sachy. Dia juga tidak tahu kenapa dia mengatakan tidak bisa memaafkan Sachy. Dia tidak tahu alasan apa yang membuat hatinya sulit mengikhlaskan ini semua. Sally telah lama pergi dan seharusnya dia bisa melupakan semua perasaan marahnya.
                                                                                                ***
                “Sachy!! Apa yang habis kamu lakukan! Abis kemana kamu?! Apa kamu tidak tahu kami semuanya cemas mencarimu!.” Tere berteriak marah tapi dia juga lega karena Sachy sudah kembali ke Rumah Sakit. Sachy tadi kabur dan melepas semua infusnya, membuat seisi Rumah Sakit heboh mencarinya.
                “Tere..kau tahu? Kejadian ini terjadi karena kesalahanmu.” Ujar Sachy dingin sembari berlalu begitu saja. Dia langsung duduk di tempat tidurnya dan memasang Infusnya sendiri. Sachy tampak begitu lemas. Dia menyenderkan kepalanya dan menghela nafas berat.
                Tere melihat itu dengan kening berkerut. “Apa maksudmu?.” Tanya Tere tidak mengerti maksud ucapan Sachy barusan.
                “Sudahlah lupakan.” Sachy tampak tak ingin berkata-kata lagi. Dia memejamkan matanya. Berharap bisa melupakan semua ini meski hanya sedetik. Namun pikirannya kembali mengembara pada sebuah masa lalu yang dia sadari bahwa masa lalu itu hampir saja ia lupakan.
                                                                                                ***
                “Bagaimana keadaannya? Apakah dia baik-baik saja?.” Tanya Sachy panik kepada Tere yang baru saja tiba dari Rumah Sakit.
                “Hm..dia koma.” Jawab Tere santai. Tere lalu duduk dan mengangkat kakinya ke atas meja seolah dia tampak begitu santai dengan kejadian hari ini padahal Sachy hampir saja pingsan karena cemas.
                “Apa?!! Dia koma?!.” Sachy kaget setengah mati, dia membelakkan matanya. Jantungnya seolah akan loncat ke lantai.
                “Sudahlah. Toh ini juga bukan sepenuhnya kesalahanmu. Jangan kau anggap serius.” Ujar Tere lagi menenangkan Sachy. Namun Sachy tak bisa langsung menurut begitu saja, dia duduk di sebelah Tere dan menatap Tere penuh dengan tatapan kekawatiran.
                “Bagaimana mungkin kau mengatakan seperti itu. Dia terserempet mobil karena..”
                “Orang tuanya minta 100 Juta. Dan itu mereka katakan langsung saat aku baru datang.” Tere memotong pembicaraan Sachy begitu saja. Membuat Sachy memicingkan matanya, dia berupaya mencerna maksud ucapan Tere.
                “Jaman sekarang banyak orang mencari kesempatan. Mereka tidak memikirkan apakah itu baik atau tidak. Atau ada juga yang memanfaatkan keadaan untuk mengambil kesempatan. Aku lupa bunyi pepatahnya, apa kau pernah dengar?.”
                “Maksudmu..mereka memanfaatkanku?.” Sachy tampak sedikit menangkap ucapan Tere. Meskipun dia tidak sepenuhnya yakin.
                “Aha! Ada udang di balik batu. Itu bunyi pepatahnya Sachy!.” Tere tersenyum senang karena dia berhasil mengingat ucapan pepatah yang tadi benar-benar dia lupa.Namun Sachy tampak tidak merespon bunyi pepatah itu, dia menunggu jawaban Tere atas pertanyaannya tadi.
                Tere melengos, sebal juga karena tidak di respon. Tere memegang pundak Sachy yang dia lihat wajah Sachy masih tampak belum puas.
                “Sudah ku katakan, tidak perlu kau anggap serius. Mereka saja tidak menganggap serius. Lagian ini bukan sepenuhnya salahmu Sachy, percaya padaku!.”
                Sebenarnya kalimat terakhir Tere itu membuat Sachy sedikit tenang. Entah mengapa dia percaya padanya 100%.
                                                                                                ***
                Bel tanda pulang telah berbunyi. Semua siswa dan siswi bersorak gembira. Mereka tampak lega karena waktu yang dinanti-nantikan telah tiba. Berbondong-bondong mereka menyerbu pintu kelas, berharap semakin cepat mereka keluar semakin baik.
                Tapi Nala hanya bertingkah biasa, dia tampak santai merapikan bukunya dan dia orang yang berjalan keluar kelas paling terakhir. Sembari berjalan santai, Nala tampak melihat-lihat sekeliling. ‘Dia belum berangkat’. Gumamnya pelan. Sebenarnya akhir-akhir ini Nala tampak sibuk memikirkan Sachy, bukan karena dia mulai menyukainya tapi karena dia ingin mencoba memaafkannya. Ya! mencoba ! meskipun dia tidak tahu apa itu berhasil atau tidak.
                “Saudari Nala?.” Entah tidak tahu dari mana asalnya, tiba-tiba ada seseorang menghadang jalan Nala. Nala sempat terkejut karena dia tidak mengenal orang itu. Seorang laki-laki berpakaian jas hitam dan memakai kaca mata.
                “Benar. Anda siapa yah?.” Tanya Nala diam-diam curiga.
                Orang itu membuka kacamatanya, dan dia menatap Nala dengan ekspresi datar. Dia tidak tahu bahwa Nala ternyata langsung mengenalinya.
                “Saya Tere, Manajer Sachy.” Ujar orang itu mengenalkan diri. “Bisa kita bicara sebentar?.” Pinta Tere. Sejenak Nala ragu, dia memegangi ujung bajunya. Bukan takut tapi dia sedang mengendalikan emosinya.
                “Baik, mau dimana?.”
                                                                                                ***
                “Apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan Sachy?.” Ujar Tere langsung membuka inti persoalan yang ingin dia bicarakan. Mereka sedang duduk di sebuah Caffe yang tidak jauh dari sekolah.
                “Kenapa kau tanyakan padaku?. Aku tidak tahu apa-apa tentang dirinya.” Ujar Nala berusaha terdengar biasa, Kecuali di masa lalu. Namun itu juga hanya sedikit. Lanjutnya di dalam hati.
                “Apa kau kira aku bodoh? Apa kau kira aku tidak tahu perubahan Sachy akhir-akhir ini? Dia seperti itu adalah karena dirimu, apa kau masih mau mengelak?.” Tere tampak mulai emosi.
                “Apa?” Nala tertawa sinis. Dia sudah tidak yakin apakah dia bisa mengendalikan emosinya. Tere yang dia lihat sekarang belum berubah dengan Tere yang dia lihat di Rumah Sakit setahun yang lalu. “Kenapa tidak kau tanyakan sendiri pada Sachy? Aku sama sekali tidak mau ada urusan dengan dia, apapun yang terjadi dengannya aku tidak peduli!.” Nala juga menaikan intonasi nadanya.
                “Kau!.” Tere menggebrak meja, tampaknya Tere benar-benar marah. “Kau dan juga temanmu sama saja! Kalian hanya mau memanfaatkan kesempatan! Dasar manusia-manusia naif!.” Tere sudah tidak bisa mengendalikan ucapannya, dia tidak sadar Nala hampir saja menendang meja ke arah mukanya.
                Nala mengepalkan tangannya. Sudah cukup! Dia tidak bisa lagi mengendalikan emosinya. Apalagi tadi Tere menyebut-nyebut tentang Sally..itu sungguh tidak bisa dimaafkan!.
                “Hei! Jaga cara bicara anda!. Apa yang anda katakan barusan, tolong tarik kembali. Aku tidak terima jika anda mengatakan temanku hanya ingin mengambil kesempatan!. Kita sama sekali tidak ada minat memanfaatkan Sachy! Camkan itu!.” Nala berteriak marah. Hampir seisi Caffe melihat kearahnya. Lalu dengan cepat Nala menendang kaki Tere, dengan seribu kemarahannya dia meluapkan satu ucapan lagi ke arah Tere, “Dasar! Bujang lapuk!.”
                Dan Tere hanya terpaku. Dia sama sekali tidak percaya dengan apa yang dilakukan Nala barusan terlebih lagi dengan ucapan terakhir Nala. Tere bersumpah, dia tidak akan membiarkan kejadian ini berlalu begitu saja. Pasti suatu saat dia akan membalasnya!
                                                                                                ***
                “Dasar Bujang Lapuk, gak laku, kaduluarsa! Berani-beraninya dia mengatakan hal seperti itu terlebih lagi untuk Sally! Aku benar-benar gak bisa memaafkannya! Hah..kenapa aku harus berurusan dengan mereka?!.” Sepanjang jalan Nala tampak terus menggerutu. Pikirannya benar-benar kacau dan dia menangis karena emosinya tadi tidak sepenuhnya keluar. Dia masih ingin marah, dia masih ingin mengamuk atau kalau perlu dia jadikan Tere seperti singkong rebus! Ingin dia remes dengan tangannya sampai hancur!.
                “Nala!.” Tiba-tiba seseorang memanggil namanya. Mau-tidak-mau Nala terpaksa menoleh.
                “Kamu..nangis yah?.” Tanya orang itu kawatir setelah dia berlari ke arah Nala dan melihat wajah Nala dari dekat. Nala hanya memandangnya dengan penuh keterpakuan karena orang yang ada di depannya ini...
                “Kenapa kamu terus-terusan muncul di hadapanku sih?! Sudah kubilang kan jangan muncul di hadapanku! Aku benci sekali denganmu, aku ingin kamu pergi sejauh-jauhnya..!Aku ingin kamu musnah, aku ingin kamu hancur, aku ingin kamu di telan bumi!!.” Nala berteriak keras, memuntahkan semua emosinya yang tadi belum tuntas. Tangisannya belum berhenti namun hatinya sudah sedikit lega. Emosi yang tadi telah dikeluarkannya membuat tekanan emosi di dalam tubuhnya berkurang. Nala tidak sadar orang yang berdiri di depannya menatapnya tidak bergerak. Bahkan orang itu terpaku seperti patung.
                Tapi Nala tidak peduli. Dia lalu membalikkan badannya lagi, sama sekali tidak peduli dengan kondisi orang yang tadi sudah menjadi pelampiasan kemarahannya.
                                                                                                ***
                Sepanjang perjalanan ke kelas, Nala tidak habis-habisnya mendengar orang-orang membicarakan tentang Sachy. Tampaknya ada sesuatu yang sangat menghebohkan terjadi dengan Sachy. Seisi sekolah tampak gempar dengan sesuatu yang menghebohkan itu.
                Tapi Nala sama sekali tidak peduli. Sejak kejadian 3 hari yang lalu, Nala sudah berprinsip tidak akan mengurusi Sachy lagi, meski itu hanya sedikit. Baginya Sachy sudah seperti asap yang terbang dan tidak terlihat lagi. Tidak ada gunanya sama sekali dia mengurusi Sachy.
                Sesampainya di kelas, Nala sungguh terkejut dengan keadaan yang terjadi di kelasnya. Semua teman cewek-ceweknya menangis dan ada yang berteriak histeris. Wajah terkejut, syok, dan tidak menyangka terlukis jelas di wajah teman-teman cowoknya.
                “Ada apa sih dengan kalian semua?.” Tanya Nala bingung kepada teman-temannya. Teman-temannya tidak meresponnya, mereka seperti kehilangan setengah kesadaran mereka. Nala lalu melihat Ipad temannya tergeletak begitu saja di atas meja. Setengah sadar, Nala mengambil Ipad itu yang rupanya sedang di gunakan untuk membuka sebuah situs di internet.
                Awalnya Nala melihat situs itu dengan cuek bahkan sama sekali tidak tertarik, namun saat dia mulai membaca judul di situs itu, mata Nala segera terbuka lebar. Bahkan Nala sudah tidak ingat lagi apakah dia membacanya sambil bernafas, karena jantungnya seperti terloncat keluar. Nala benar-benar terkejut. Dia tidak sadar bahwa mulutnya terbuka sangat lebar.
                “AKTOR SACHY SALDEVHES ADALAH SEORANG HOMO.” Nala tidak sanggup lagi membacanya, tiba-tiba pandangannya berubah menjadi gelap. Nala terjatuh.
                                                                                                ***

Nala_Series : Eh?! Itu gak bener kan yaaaa?!!! Sachy ga mungkin kaya gitu ! Aku gak percaya ! Pokoknya aku gak percaya !! 


Baca Yang Ini Juga Yah?:

0 komentar on "Utang Cimol Part 6"

Posting Komentar

Baca Juga Postingan Terbaru

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Catatan Sakura Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ways To Make Money Online | Surviving Infidelity by Blogger Templates