"ini sudah hari yang ke-tiga" Ada helaan nafas berat yang terdengar. Seperti suara hati yang tidak bisa di tahan dan itu sangat mengganjal.
Sachy terus menggumamkan sesuatu yang tidak jelas sembari mencoret-coret sebuah kertas dengan perasaan malas, jengkel, dan bingung. Tak ada satupun pelajaran dari Gurunya yang masuk ke telinganya. Dia hanya sibuk mencoret-coret kertas dengan ungkapan yang ada di dalam hatinya, ingin menarik simpul dari keruwetan pikirannya tapi yang dia temukan malah jalan buntu. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan dan itu membuatnya hampir gila! ya! kalau bisa dikatakan dia hampir gila jika semua ini terus terjadi dan dia masih terus seperti ini : tidak tahu-apa-yang-mesti-dilakukan.
"BREEKKK!" Sachi menyobek sebuah kertas yang terlihat sudah penuh dengan coretan-coretannya, dia lalu bersiap mencoret kembali pada sebuah kertas yang masih bersih. Kali ini dia membuat sebuah tanda tanya. Tanda tanya yang besar.
Banyak hal yang ada di dalam pikirannya dan itu berakhir dengan tanda tanya ini. Semakin hari, semakin banyaklah hal yang dipikirkannya dan semua itu membuat hari-harinya berubah menjadi menyeramkan.Ya! tidur gak nyenyak, makan gak selera, dan sekolah pun benar-benar gak nafsu. Dia seperti tidak hidup, selera hidupnya sudah hilang karena satu sumber.
"Baiklah! Aku sudah tidak tahan lagi!" Tiba-tiba Sachy berdiri dari bangkunya dan itu membuat seisi kelas terkejut bukan main.Bu Ely yang sedang mengajar tidak sempat bertanya karena Sachy langsung keluar kelas begitu saja. Membuat seisi kelas terheran-heran dan diliputi dengan tanda tanya.
***
"kelainan pada manusia bermacam-macam dan penyebabnya pun juga bermacam-macam, ada yang karena faktor genetik, ada yang karena faktor lingkungan tempat tinggalnya, ada yang karena kebiasaan, traumatik, hubungan sosial, dll" Bu Selly, guru sosiologi sedang menerangkan tentang beberapa kelainan manusia dan penyebabnya. Tampak semua anak khusyu' mendengarkan apa yang sedang di jelaskan Bu Selly.
"Ada yang bisa memberi contoh kenapa kelainan bisa di sebabkan dari beberapa faktor yang tadi Ibu jelaskan?" Bu Selly bertanya kepada muridnya, mencoba mengajak diskusi agar suasana kelas menjadi hidup.
Tak beberapa lama seorang anak mengacungkan jarinya, Bu Selly langsung mempersilahkan, "Ya! Anggi silahkan!"
"Hmm seperti seorang banci misalnya, bisa juga dia seperti itu karena dari kecil dia berada di lingkungan yang banyak wanita dan dia adalah laki-laki sendiri jadi tanpa dia sadari dia mulai meniru-niru gaya wanita, bagaimana cara jalannya, bagaimana cara ngomongnya, bahkan pakaian pun seperti seorang wanita" Anggi mencoba menjelaskan pendapatnya dan Bu Selly tampak mengangguk-ngangguk.
Seorang anak tiba-tiba menceletuk, "kaya Joko dong berarti" sontak seisi kelas tertawa karena yang dimaksud anak tadi adalah salah satu anak yang berada di kelas itu. Jokopun hanya memanyunkan bibirnya, sembari memukul lengan anak itu dengan gaya yang centil, "ih.. jahat deh" seisi kelas pun tertawa kembali.
Namun ternyata ada yang tidak tertawa disitu. Satu orang yang terlihat malas dan haanya bertanya dalam hati, "apa yang sedang ditertawakan orang-orang itu?" karena sebenarnya diapun tidak mengerti apa yang sedang terjadi tepatnya dia sama sekali tidak mendengar penjelasan Bu Selly ataupun jawaban Anggi, yang sibuk dia pikirkan hanya....
Nala tiba-tiba membulatkan matanya, sudah dipastikan dia sedang terkejut. Bagaimana tidak, dibalik kaca kelasnya ada seseorang sedang melambaikan tangan ke arahnya dan berteriak memanggil namanya meski dia tidak mendengar suaranya, seseorang yang dari tadi ia pikirkan....
Ingin Nala keluar menemui orang itu, melihat matanya yang hitam dan bulat itu, berbincang denganny, tertawa bersama, dan senyumnya yang indah itu...Nala sungguh benar-benar merindukannya. Namun sayangnya "TIDAK!" itu tidak boleh dia lakukan entah datang darimana larangan itu yang jelas dia tidak bisa membiarkan dirinya untuk menghambur keluar ke arah laki-laki itu, sekarang dia tidak boleh mengenalnya lagi...
Ada perasaan yang menyakitkan saat dia memaksakan untuk membuang wajahnya dan bertindak seolah dia tidak melihat kejadian tadi.
***
Sachy benar-benar tidak percaya dengan apa yang barusan ia lihat. Nala benar-benar tidak mau mengenalnya lagi bahkan melihat dirinya pun Nala sudah tidak sudi. Itu membuat jantungnya seperti tercabik-cabik, kalau sakit hati bisa membuat seseorang mati, mungkin dia udah mati sekarang. Tapi Sachy tidak mau mati dalam keadaan seperti ini, menelan perasaan sakit hati pasti membuat ia mati dalam keadaan yang sangat tragis dan dia akan menjadi arwah yang penasaran.
Sachy kembali ke kelasnya dengan lesu, seakan semua kekuatannya sudah terserap habis bahkan jalan pun dia tidak berdaya. Wajahnya seperti orang yang sudah tidak memiliki selera untuk hidup, ia putus asa.
Bu Ely yang tadinya berniat hendak memarahi Sachy karena ketidak sopanannya kini mengurungkan niatnya karena melihat wajah Sachy yang bisa dikatakan "sangat merana". Seisi kelaspun hanya terpaku dan tidak berani bertanya meski mereka ingin sekali tahu penyebabnya. Bu Ely melihat Sachy dengan kasihan. Sachy seperti mengingatkan dia dengan masa lalunya, sebuah gambaran dirinya di masa lalu yang sangat menyakitkan karena putus cinta. Tapi... apakah Sachy juga sedang mengalami putus cinta seperti dirinya?. Entahlah, Bu Ely hanya bisa menerka.
***
Akhirnya jam pelajaran sudah berakhir, bunyi alarm sekolah itu sudah menjadi bukti yang resmi, tidak peduli guru masih menerangkan, atau sekretaris kelas masih menulis di papan tulis. Setiap anak bersiap untuk segera pulang, disaat inilah kau-akan-melihat-setiap-orang-bergembira, :-)
Nala merapikan buku-bukunya dan bersiap untuk pulang seperti yang lainnya. Meskipun wajahnya benar-benar terlihat tidak memiliki semangat tapi dia berusaha untuk tersenyum kepada teman-temannya yang menyapanya.
Nala berjalan dengan gontai menuju tempat parkiran sepedanya. Ada helaan nafas yang berat di sepanjang perjalananya. Tiba-tiba..
"TEP!" ada seseorang memegang tangannya berusaha untuk menghentikan langkah Nala dan menahannya. Nala tersentak, tahu seseorang yang memegang tangannya adalah Sachy, Nala berusaha untuk mengendalikan hatinya yang entah kenapa jantungnya berdegup sangat kencang saking kencangnya Nala takut Sachy akan mendengarnya.
"Lepasin!" pinta Nala dengan suara tajam. Sachy tidak bergeming. Nala berusaha untuk melepaskan diri. Tapi semakin ia berusaha untuk lepas, semakin kuatlah pegangan Sachy. Nala tidak sabar lagi diapun berteriak dengan kencang "AKU BILANG LEPASIN!!"
Sachy masih tidak mau melepaskannya bahkan tanpa Sachy sadari dia telah mencengkram tangan Nala dengan kuat. Tidak! Sachy tidak akan melepaskannya. Nala adalah malaikatnya bagaimana mungkin dia bisa membiarkan malaikatnya pergi. Dia tidak akan membiarkannya.
Tangan Sachy pun mencengkram bahu Nala dan membalikkan badan Nala agar berhadapan dengannya. Nala melihat tatapan mata Sachy yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Mata itu terlihat sangat mengerikan dan Nala tidak berani melihatnya lagi.
" katakan padaku, apa yang terjadi denganmu?" Ucap Sachy dengan suara parau. Nala sungguh terkejut mendengar suara Sachy yang seperti orang sedang sakit.
Nala membuang wajahnya, tidak ingin Sachy melihat ada air mata yang mengenang di matanya. "Tidak ada apa-apa" jawab Nala dengan suara yang ia paksakan seperti orang tidak suka.
"Gak mungkin!" Tiba-tiba Sachy berteriak. "Gak mungkin tidak terjadi apa-apa denganmu. Kamu berubah Nala. Tiba-tiba kamu tidak mau bertemu denganku, berbicara denganku, bahkan tidak mau melihatku. Kamu berubah membenciku, dan kau bilang tidak ada yang terjadi?" Kini suara Sachy terdengar sangat lemah, saking lemahnya Nala hampir tidak mendengarnya.
Nala menghela nafas, berusaha untuk menegarkan hatinya. "Maafkan aku. Aku benar-benar salah padamu. Seharusnya aku tidak pernah mengenalmu, dan kamu tidak pernah mengenalku. masalah utang cimol yang kemarin benar-benar hal bodoh yang aku lakukan. Aku sangat menyesal"
"Apa?" Sachy tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.
"Mulai sekarang kita tidak usah bertemu lagi. Anggap kejadian kenarin tidak pernah ada dan kamu tidak pernah mengenalku." Lanjut Nala.
Sachy semakin tidak percaya, "Apa? " Jika Sachy punya penyakit jantung, ia pasti sudah anfal karena saking shocknya, "Gak Nala. Aku tidak mau. Tolong jangan lakukan itu. Bagi aku mengenalmu adalah hal yang paling indah dalam hidupku. Aku tidak bisa melakukan hal seperti itu." Sachy hampir saja menangis, ia benar-benar meminta Nala untuk menarik ucapannya dan tidak akan pernah meninggalkannya. Tapi.. Nala sudah memundurkan langkahnya...
Sachy ketakutan, "aku mohon. Terserah kamu mau melakukan apapun, tapi tolong jangan suruh aku untuk melupakanmu." Nala kembali memundurkan satu langkahnya.
"Baiklah! kau boleh menjahuiku, tidak mau bicara denganku, tidak mau melihatku, anggap aku tidak pernah ada tapi tolong biarkan aku tetap mengenalmu, Nala" Sachy memohon dengan sangat, tapi hanya ada gelengan kepala dari jawaban Nala. Sedetik kemudian Nala membalikkan badannya dan Sachy sudah tidak bisa menggapainya lagi.
Nala sudah pergi.......
***
Nala_Series : Sesuatu yang menyakitkan jika kita sedang merindukan seseorang namun kita tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa menghubunginya, tidak bisa melihatnya, tidak bisa mendengar suaranya bahkan untuk kata "rindu" saja tidak bisa untuk di ucapkan....
