Senin, 27 Agustus 2012

Utang Cimol Part 11

di 07.45 0 komentar

"ini sudah hari yang ke-tiga" Ada helaan nafas berat yang terdengar. Seperti suara hati yang tidak bisa di tahan dan itu sangat mengganjal.
 Sachy terus menggumamkan sesuatu yang tidak jelas sembari mencoret-coret sebuah kertas dengan perasaan malas, jengkel, dan bingung. Tak ada satupun pelajaran dari Gurunya yang masuk ke telinganya. Dia hanya sibuk mencoret-coret kertas dengan ungkapan yang ada di dalam hatinya, ingin menarik simpul dari keruwetan pikirannya tapi yang dia temukan malah jalan buntu. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan dan itu membuatnya hampir gila! ya!  kalau bisa dikatakan dia hampir gila jika semua ini terus terjadi dan dia masih terus seperti ini : tidak tahu-apa-yang-mesti-dilakukan.
                "BREEKKK!" Sachi menyobek sebuah kertas yang terlihat sudah penuh dengan coretan-coretannya, dia lalu bersiap mencoret kembali pada sebuah kertas yang masih bersih. Kali ini dia membuat sebuah tanda tanya. Tanda tanya yang besar.
                Banyak hal yang ada di dalam pikirannya dan itu berakhir dengan tanda tanya ini. Semakin hari, semakin banyaklah hal yang dipikirkannya dan semua itu membuat hari-harinya berubah menjadi menyeramkan.Ya!  tidur gak nyenyak, makan gak selera, dan sekolah pun benar-benar gak nafsu. Dia seperti tidak hidup, selera hidupnya sudah hilang karena satu sumber.
                "Baiklah! Aku sudah tidak tahan lagi!" Tiba-tiba Sachy berdiri dari bangkunya dan itu membuat seisi kelas terkejut bukan main.Bu Ely yang sedang mengajar tidak sempat bertanya karena Sachy langsung keluar kelas begitu saja. Membuat seisi kelas terheran-heran dan diliputi dengan tanda tanya.

                                                                                ***
                "kelainan pada manusia bermacam-macam dan penyebabnya pun juga bermacam-macam, ada yang karena faktor genetik, ada yang karena faktor lingkungan tempat tinggalnya, ada yang karena kebiasaan, traumatik, hubungan sosial, dll" Bu Selly, guru sosiologi sedang menerangkan tentang beberapa kelainan manusia dan penyebabnya. Tampak semua anak khusyu' mendengarkan apa yang sedang di jelaskan Bu Selly.

              "Ada yang bisa memberi contoh kenapa kelainan bisa di sebabkan dari beberapa faktor yang tadi Ibu jelaskan?" Bu Selly bertanya kepada muridnya, mencoba mengajak diskusi agar suasana kelas menjadi hidup.
Tak beberapa lama seorang anak mengacungkan jarinya, Bu Selly langsung mempersilahkan, "Ya! Anggi silahkan!"
          "Hmm seperti seorang banci misalnya, bisa juga dia seperti itu karena dari kecil dia berada di lingkungan yang banyak wanita dan dia adalah laki-laki sendiri jadi tanpa dia sadari dia mulai meniru-niru gaya wanita, bagaimana cara jalannya, bagaimana cara ngomongnya, bahkan pakaian pun seperti seorang wanita" Anggi mencoba menjelaskan pendapatnya dan Bu Selly tampak mengangguk-ngangguk.

           Seorang anak tiba-tiba menceletuk, "kaya Joko dong berarti" sontak seisi kelas tertawa karena yang dimaksud anak tadi adalah salah satu anak yang berada di kelas itu. Jokopun hanya memanyunkan bibirnya, sembari memukul lengan anak itu dengan gaya yang centil, "ih.. jahat deh" seisi kelas pun tertawa kembali.

          Namun ternyata ada yang tidak tertawa disitu. Satu orang yang terlihat malas dan haanya bertanya dalam hati, "apa yang sedang ditertawakan orang-orang itu?" karena sebenarnya diapun tidak mengerti apa yang sedang terjadi tepatnya dia sama sekali tidak mendengar penjelasan Bu Selly ataupun jawaban Anggi, yang sibuk dia pikirkan hanya....

           Nala tiba-tiba membulatkan matanya, sudah dipastikan dia sedang terkejut. Bagaimana tidak, dibalik kaca kelasnya  ada seseorang sedang melambaikan tangan ke arahnya dan berteriak memanggil namanya meski dia tidak mendengar suaranya, seseorang yang dari tadi ia pikirkan....

                Ingin Nala keluar menemui orang itu, melihat matanya yang hitam dan bulat itu, berbincang denganny, tertawa bersama, dan senyumnya yang indah itu...Nala sungguh benar-benar merindukannya. Namun sayangnya "TIDAK!" itu tidak boleh dia lakukan entah datang darimana larangan itu yang jelas dia tidak bisa membiarkan dirinya untuk menghambur keluar ke arah laki-laki itu, sekarang dia tidak boleh mengenalnya lagi...
Ada perasaan yang menyakitkan saat dia memaksakan untuk membuang wajahnya dan bertindak seolah dia tidak melihat kejadian tadi.

                      "Maafkan aku Sachi...."


                                                                                                ***

               
                Sachy benar-benar tidak percaya dengan apa yang barusan ia lihat. Nala benar-benar tidak mau mengenalnya lagi bahkan melihat dirinya pun Nala sudah tidak sudi. Itu membuat jantungnya seperti tercabik-cabik, kalau sakit hati bisa membuat seseorang mati,  mungkin dia udah mati sekarang. Tapi Sachy tidak mau mati dalam keadaan seperti ini, menelan perasaan sakit hati pasti membuat ia mati dalam keadaan yang sangat tragis dan dia akan menjadi arwah yang penasaran.

                Sachy kembali ke kelasnya dengan lesu, seakan semua kekuatannya sudah terserap habis bahkan jalan pun dia tidak berdaya. Wajahnya seperti orang yang sudah tidak memiliki selera untuk hidup, ia putus asa.
              Bu Ely yang tadinya berniat hendak memarahi Sachy karena ketidak sopanannya kini mengurungkan niatnya karena melihat wajah Sachy yang bisa dikatakan "sangat merana". Seisi kelaspun hanya terpaku dan tidak berani bertanya meski mereka ingin sekali tahu penyebabnya. Bu Ely melihat Sachy dengan kasihan. Sachy seperti mengingatkan dia dengan masa lalunya, sebuah gambaran dirinya di masa lalu yang sangat menyakitkan karena putus cinta. Tapi... apakah Sachy juga sedang mengalami putus cinta seperti dirinya?. Entahlah, Bu Ely hanya bisa menerka.

                                                                                                ***
                 Akhirnya jam pelajaran sudah berakhir, bunyi alarm sekolah itu sudah menjadi bukti yang resmi, tidak peduli guru masih menerangkan, atau sekretaris kelas masih menulis di papan tulis. Setiap anak bersiap untuk segera pulang, disaat inilah kau-akan-melihat-setiap-orang-bergembira, :-)
                Nala merapikan buku-bukunya dan bersiap untuk pulang seperti yang lainnya. Meskipun wajahnya benar-benar terlihat tidak memiliki semangat tapi dia berusaha untuk tersenyum kepada teman-temannya yang menyapanya.
                Nala berjalan dengan gontai menuju tempat parkiran sepedanya. Ada helaan nafas yang berat di sepanjang perjalananya. Tiba-tiba..
"TEP!" ada seseorang memegang tangannya berusaha untuk menghentikan langkah Nala dan menahannya. Nala tersentak, tahu seseorang yang memegang tangannya adalah Sachy, Nala berusaha untuk mengendalikan hatinya yang entah kenapa jantungnya berdegup sangat kencang saking kencangnya Nala takut Sachy akan mendengarnya.
                "Lepasin!" pinta Nala dengan suara tajam. Sachy tidak bergeming. Nala berusaha untuk melepaskan diri. Tapi semakin ia berusaha untuk lepas, semakin kuatlah pegangan Sachy. Nala tidak sabar lagi diapun berteriak dengan kencang "AKU BILANG LEPASIN!!"
                Sachy masih tidak mau melepaskannya bahkan tanpa Sachy sadari dia telah mencengkram tangan Nala dengan kuat. Tidak! Sachy tidak akan melepaskannya. Nala adalah malaikatnya bagaimana mungkin dia bisa membiarkan malaikatnya pergi. Dia tidak akan membiarkannya.
                Tangan Sachy pun mencengkram bahu Nala dan membalikkan badan Nala agar berhadapan dengannya. Nala melihat tatapan mata Sachy yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Mata itu terlihat sangat mengerikan dan Nala tidak berani melihatnya lagi.
                " katakan padaku, apa yang terjadi denganmu?" Ucap Sachy dengan suara parau. Nala sungguh terkejut mendengar suara Sachy yang seperti orang sedang sakit.
                Nala membuang wajahnya, tidak ingin Sachy melihat ada air mata yang mengenang di matanya. "Tidak ada apa-apa" jawab Nala dengan suara yang ia paksakan seperti orang tidak suka.
                "Gak mungkin!" Tiba-tiba Sachy berteriak. "Gak mungkin tidak terjadi apa-apa denganmu. Kamu berubah Nala. Tiba-tiba kamu tidak mau bertemu denganku, berbicara denganku, bahkan tidak mau melihatku. Kamu berubah membenciku, dan kau bilang tidak ada yang terjadi?" Kini suara Sachy terdengar sangat lemah, saking lemahnya Nala hampir tidak mendengarnya.

                Nala menghela nafas, berusaha untuk menegarkan hatinya. "Maafkan aku. Aku benar-benar salah padamu. Seharusnya aku tidak pernah mengenalmu, dan kamu tidak pernah mengenalku. masalah utang cimol yang kemarin benar-benar hal bodoh yang aku lakukan. Aku sangat menyesal"
                "Apa?" Sachy tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.
                "Mulai sekarang kita tidak usah bertemu lagi. Anggap kejadian kenarin tidak pernah ada dan kamu tidak pernah mengenalku." Lanjut Nala.
                Sachy semakin tidak percaya, "Apa? " Jika Sachy punya penyakit jantung, ia pasti sudah anfal karena saking shocknya, "Gak Nala. Aku tidak mau. Tolong jangan lakukan itu. Bagi aku mengenalmu adalah hal yang paling indah dalam hidupku. Aku tidak bisa melakukan hal seperti itu." Sachy hampir saja menangis, ia benar-benar meminta Nala untuk menarik ucapannya dan tidak akan pernah meninggalkannya. Tapi.. Nala sudah memundurkan langkahnya...
Sachy ketakutan, "aku mohon. Terserah kamu mau melakukan apapun, tapi tolong jangan suruh aku untuk melupakanmu." Nala kembali memundurkan satu langkahnya.
"Baiklah! kau boleh menjahuiku, tidak mau bicara dengankutidak mau melihatku, anggap aku tidak pernah ada tapi tolong biarkan aku tetap mengenalmu, Nala" Sachy memohon dengan sangat, tapi hanya ada gelengan kepala dari jawaban Nala. Sedetik kemudian Nala membalikkan badannya dan Sachy sudah tidak bisa menggapainya lagi.

Nala sudah pergi.......


                                                                                         ***





Nala_Series : Sesuatu yang menyakitkan jika kita sedang merindukan seseorang namun kita tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa menghubunginya, tidak bisa melihatnya, tidak bisa mendengar suaranya bahkan untuk kata "rindu" saja tidak bisa untuk di ucapkan....


Utang Cimol Part 10

di 07.42 0 komentar


“The Fungsional from The Narrative Text is to entertaiment or amuse the reader ” Tampak Bu Yeni, guru Bahasa Inggris menerangkan pelajaran dengan semangat dan para murid juga tampak antusias mendengarkan. Mereka tampak serius karena mereka sadar hari ujian semakit dekat.
                Tapi diantara para manusia yang berada disana, ada satu yang berbeda dari yang lain. Manusia itu tidak tahu menahu tentang materi yang diterangkan Bu Yeni, bukan karena dia tidak ingin mendengarkan tapi otaknya yang tidak mau menerima rangsangan. Tiap kali materi akan masuk ke telinga kiri, bukan menetap di otak tapi malah pergi seperti terusir lewat telinga kanan. Jadi satupun tidak ada yang ia pahami.
                “Kenapa sih denganku? Ayo Nala..konsen, fokus, lets do it. Apa yang ada di otak kamu dengan pikiran bodoh itu.” Ucap manusia bernama Nala itu pada dirinya sendiri.
                Dia mencoba konsentrasi, dia  tegakkan posisi duduknya dan tangannya memegang erat bulpoint. Dia siap sekarang. Nala mencoba untuk fokus, dia tampak serius menulis materi. Tapi baru beberapa tulisan, tangan Nala sudah berhenti. Lagi-lagi pikiran bodoh itu datang lagi dan mengganggunya. Nala tidak tahu bagaimana mengusirnya. Dia sudah mencoba untuk melupakannya dan membuangnya sejauh-jauhnya tapi..tidak ada beberapa detik datang kembali.Nala hampir gila di buatnya.
                Nala kembali menulis, tapi bukan materi yang dia tulis melainkan, KENCAN..KENCAN..DAN KENCAN..! Sadar dengan apa yang ditulisnya barusan, Nala langsung menepuk jidatnya. Menulis bukan cara yang efektif, Nala mencoba cara lain. Dia mencoba memfokuskan mata dan pikirannya ke arah papan tulis. Memerhatikan materi yang ditulis oleh Bu Yeni, tapi lagi-lagi..bukan materi yang ia lihat, melainkan WAJAH SACHY!
                Parah! Nala pikir dia sudah parah! Dia sudah masuk stadium 4 tingkat kejiwaan, dan dia yakin dia akan Gila sebentar lagi. Nala tampak putus asa, dia acak rambutnya dan tampak seperti orang yang-tidak-tahu-harus-bagaimana.
                Sadar kelakuannya diperhatikan oleh teman-temannya, Nala segera mengalihkan wajahnya ke arah jendela. Dia tidak mau kegilaannya ini menjadi tontonan teman-temannya. Tepat saat Nala menoleh, dia melihat Sachy! Ya! Sachy yang berada di depan jendela juga melihatnya. Dengan senyum khasnya dia menyapa Nala sambil melambai-lambaikan tangannya.
                “Oh God..aku sudah gila sekarang.”

                                                                                                ***
                “Nala!Nala!”. Ada seseorang terus meneriaki Nala dari belakang. Tapi yang diteriaki tidak ada minat sama sekali untuk menoleh. Dia malah semakin mempercepat langkahnya dan terlihat seperti menghindar. Tidak putus asa, yang meneriaki mencoba mengejarnya dengan berlari -tidak pakai-teriak-teriak-lagi. Tanpa menunggu lama, dia berhasil menangkap targetnya.
                “Kamu kenapa sih? Aku panggil gak noleh-noleh.” Kata orang itu dengan raut wajah sedikit kesal.
                “Hm..aku lagi kebelet, aku mau kebelakang.” Nala mencoba mengeles. Dia langsung memeragakan acting kebeletnya.
                “Setahu aku, Toilet bukan berada disana Nala, tapi diarah sana.” Orang itu menunjuk arah belakang, arah yang berlawanan dengan arah yang tadi mau dituju oleh Nala. Nala langsung terhenyak karena sadar bahwa kebohongannya langsung ketahuan.
                “Tt..tapi sebelum ke toilet aku mau pinjem buku dulu di Perpus.” Nala masih mencoba untuk mengeles. Dia berusaha untuk menutupi kegugupannya itu. Orang itu langsung memicingkan matanya mendengar ucapan Nala, dia seperti tidak percaya.
                “Maaf aku sedang terburu-buru. Jadi aku pergi dulu.” Nala segera bertindak cepat sebelum orang itu semakin curiga. Dia dengan langkah seribu segera meninggalkan orang itu, tidak ingin orang itu melihat kekacauan yang sedang dia alami. Setelah dirasa jaraknya sudah benar-benar jauh dari orang itu, Nala langsung menghentikan langkahnya. Dia menyenderkan tubuhnya di dinding karena merasa sangat lemas. Nala memejamkan matanya. Ada perasaan aneh yang sedang dirasakannya. Dia tidak tahu apa itu.

                Yang jelas ada satu hal yang ia yakin, dia tidak bisa menahan dirinya saat dia melihat tatapan mata itu. Tidak bisa.
                                                                                                ***
                “Ada apa dengannya? Dia terlihat sangat aneh.” Sepanjang langkah itu Sachy terus menggumam sendiri. Dia sangat bingung melihat tingkah Nala hari ini, setelah kemarin dia sangat bahagia sekarang kebahagian itu langsung berubah, dia sangat sedih.
                “Dia seperti menghindariku.” Gumam Sachy lagi.
                “Tidak.Tidak mungkin. Nala tidak akan seperti itu padaku.”Sachy langsung menolak pikirannya barusan. Dia percaya Nala tidak akan melakukan hal itu. Sachy menghela nafasnya, baru memikirkannya saja sudah membuat nafasnya sesak apalagi jika itu benar-benar terjadi. Sachy berdoa semoga itu tidak menjadi kenyataan alias hanya menjadi pikirannya saja.
                Saat Sachy sedang melangkah, tiba-tiba ada yang menyandungnya.
                “BUK”Terdengar suara berdebam dari tubuh Sachy yang jatuh di atas lantai.
                “Aduh..” Sekilas Sachy meringis kesakitan, sesudah itu dia langsung menoleh ke arah pelakunya.
                “Kenapa? Sakit yah? Itu sih belum seberapa dibanding rasa sakit kami.” Kata pelaku itu dengan tatapan sinis yang menakutkan. Sachy mengerutkan keningnya, sadar bahwa yang melakukan itu adalah seorang cewek, Sachy menurunkan amarahnya. Dengan sabar, dia mencoba untuk berdiri lagi.
                “Kenapa kamu melakukan ini?.” Tanya Sachy tajam. Cewek itu memiringkan kepalanya, seperti tidak menyangka dengan pertanyaan Sachy barusan. Dia tertawa sinis.
                “Gue gak nyangka elo terlalu bodoh.” Ucap cewek itu di sela tawanya. Sachy semakin bingung, dia mengepalkan tangannya. Mencoba menahan amarahnya dan menyadarkan dirinya sendiri bahwa yang ia hadapi adalah seorang cewek. Dia tidak mungkin donk meninju seorang cewek.
                “Katakan yang jelas apa maksudmu?.” Sachy berusaha tidak meninggikan suaranya, dia mencoba untuk tetap tenang.
                Tapi cewek yang ada dihadapannya sudah tidak bisa menahan dirinya sendiri. Cewek itu mencengkram kerah baju Sachy dan mendorong tubuhnya ke arah tembok dengan sangat keras. Hal brutal yang tidak di sangka Sachy. Sachy tidak siap saat cewek itu menyerangnya, sehingga dia tampak tak berdaya dengan sekapan cewek itu.
                “Elo tahu gak? Betapa kuatnya perasaan gue ke elo? Dari dulu gue adalah fans fanatik elo. Apapun barang yang elo suka, akan gue suka. Apapun produk yang elo iklanin, akan gue beli. Apapun Flm yang elo mainkan akan gue tonton, gak peduli gue harus ngantri berapa jam untuk dapetin tiketnya. Tapi sekarang apa yang elo lakuin ke gue?.” Cewek itu mengucapkannya dengan berapi-api tapi matanya juga berair. Dia menahan mati-matian agar tidak meneteskan air matanya.
                “Kenapa elo bohongin kita semua? Kenapa elo hianatin perasaan semua fans elo? Elo tahu gak bagaimana pengorbanan kita semua hah? Tahu gak elo??!!.”
                “Aku tahu.”
                “Elo gak tahu!! Kalau elo tahu, gak mungkin elo tega nyakitin perasaan kita! Elo jahat Sachy, benar-benar jahat!! Dari awal harusnya elo gak pantes jadi artis! Harusnya elo sadar itu!.” Cewek itu tidak sanggup lagi menahan air matanya. Tangannya gemetar saking hebatnya kemarahannya, tapi yang penting adalah dia sudah mengeluarkan semua perasaan marahnya itu. Dia melepaskan cengkramannya pada kerah Sachy dan segera pergi.
                Sachy terdiam. Dia berdiri mematung. Dia cukup terkejut dengan ungkapan perasaan cewek itu. Entah apa yang harus dia lakukan, yang jelas dia merasa sangat bersalah. Sachy menitikkan air mata. Dia merenungkan kata demi kata yang diucapkan cewek itu dan barulah dia sadar betapa jahatnya ia. Sachy sungguh menyesal hingga rasanya dia ingin mati saja.
                Sachy tidak sadar ada seseorang yang melihat semua kejadian itu.Seseorang yang ikut menitikkan air mata karena dia sadar dialah penyebab semua itu.
                                                                                                ***
                “Lihat itu! Si ganteng pecinta sesama jenis!.”
                “Gue masih gak nyangka, ternyata dia orang gak normal!.”
                “Hati-hati deket sama orang itu! Nanti bisa-bisa ketularan lagi!.”
                “Gue jijik banget sekarang ama dia. Muak lihat mukanya!.”
                “Dasar penipu! Pantesan gak punya pacar orang gak pernah naksir cewek!.” Semua cercaan, makian, dan hinaan terus mereka lempar untuk Sachy. Tiap Sachy melangkah, semua orang tampak membicarakannya. Tak hanya itu bahkan mereka melempari Sachy dengan benda-benda. Boo yang menyaksikan semua itu hanya bisa diam, dia sama sekali tidak membela Sachy.
                Sebenarnya ini bukan hal yang pertama terjadi, Sachy sudah sering mengalaminya. Tiap ia berangkat sekolah ini adalah sambutan yang ia terima. Makanya Sachy tidak memiliki teman. Hanya Nala, Ya! Hanya Nala yang menemaninya di sekolah. Tiap bersama Nala Sachy selalu merasa bahagia, sehingga tidak ada masalah baginya. Tapi kali ini, Sachy sadar bahwa ini sungguh menyakitkan. Tiap langkah yang dihitungnya begitu berat, begitu lama. Tuhan..rasanya Sachy tidak sanggup lagi.
                Saat ia berdoa, semoga Tuhan menolongnya tiba-tiba ada tangan yang menggenggam tangannya. Sachy terhenyak, rupanya tangan malaikat itu adalah Nala. Nala tersenyum tulus padanya. Seperti tumbuhan kering yang disiram air hujan, Sachy seperti mendapat kekuatan. Sachy yakin lewat Nala lah Tuhan membantunya.
                                                                                                ***
                Nala terus memegang tangan Sachy dan membawanya ke suatu tempat. Sachy yang tidak tahu kemana Nala akan menggandengnya, hanya diam. Mereka terus melangkah meski semua orang menatap mereka dengan beribu-ribu tanda tanya dan tentunya beribu-ribu kali lebih menyeramkan.
                Nala menghentikan langkahnya tepat di tengah lapangan. Sachy bingung mengetahui Nala membawanya ke tengah lapangan. Dia penasaran apa yang akan dilakukan Nala.
                “Buat semua orang yang ada di sekolah, ada sesuatu yang mau aku kasih tahu ke kalian semua!.” Teriak Nala dengan suara lantang. Teriakannya itu terdengar sampai ke seantero sekolah. Mereka pun segera melihat ke arah lapangan, tepatnya ke arah Nala dan Sachy.
                “Aku ingin menyampaikan ke kalian bahwa tindakan kalian terhadap Sachy sudah keterlaluan dan sama sekali tidak dibenarkan!!. Memang Sachy bersalah, tapi kalian tidak boleh terus-terusan menyalahkannya. Manusia tidak ada yang sempurna. Jika kalian masih menyalahkannya berarti kalian merasa diri kalian sempurna!Jika kalian merasa diri kalian sempurna, aku bersumpah Tuhan akan melaknat kalian. Karena hanya Tuhanlah yang sempurna!, bukan kalian, bukan saya dan juga bukan Sachy!” Nala mengatakan itu kepada semua orang yang melihat mereka. Tidak ada yang membantah ucapan Nala, mereka semua terdiam.
                “Jika kalian masih tidak mau memaafkan Sachy, silahkan lempar dia dengan batu!.” Nala mengucapkan itu sambil memegang sebuah batu. Tampak semua orang terkejut mendengar ucapan Nala. Nala menyerahkan batu kepada seorang cewek yang tadi melabrak Sachy.
                “Jika kau merasa dirimu sempurna, silahkan lempar dia dengan batu!” Suruh Nala kepada cewek itu. Cewek itu hanya diam, tangannya gemetar memegang batu itu. Lalu batu itu terjatuh.Nala kembali melanjutkan khutbah dadakannya, sebagai penutup dia mengucapkan:
                “Jika Tuhan mampu memaafkan hamba-Nya, mengapa kalian tidak bisa memaafkan kepada sesama manusia?. Manusia tempatnya salah, meski dia makhluk paling sempurna diantara makhluk-makhluk yang Tuhan ciptakan, dia juga tidak luput dari kesalahan. Karena hanya dengan begitu dia bisa tahu itu salah. Yang terpenting adalah bagaimana manusia itu menyesal atas kesalahannya dan tidak mau mengulanginya lagi. Sachy sudah berjanji bahwa dia akan berubah, apakah pantas kita sebagai manusia tidak mengizinkannya? Kita bukan Iblis kan? Jadi intinya aku mohon pada kalian semua tolong bantu Sachy. Sachy butuh orang yang mendukungnya agar dia berhasil menghapus semua kesalahan yang pernah ia perbuat.”  Semua orang tampak tertegun mendengar ucapan Nala, Sachy terlebih lagi. Dia tidak percaya Nala mampu melakukannya. Nala menatapnya dan tersenyum. Bagi Sachy rasanya tidak ada yang lebih bahagia di banding ini semua. Senyum ketulusan Nala mampu menggunggah hatinya dan membangkitkan kembali semangatnya. Saat itu juga Sachy berjanji pada dirinya juga pada Tuhan Yang Maha Menyaksikan, dia tidak akan pernah menyakiti gadis itu. Selamanya akan dia lakukan apa saja demi kebahagian gadis bernama Putri Naila.
                                                                                                ***
                “Aku gak tahu harus berapa kali aku mengucapkan terimakasih padamu.” Ucap Sachy di tengah langkahnya bersama Nala. Sebagai ungkapan terimakasih, Sachy bersedia mengantar Nala pulang dengan jalan kaki dan sebagai ungkapan terimakasih juga karena Sachy menemaninya pulang, Nala menuntun Odel (nama Sepedanya).
                “Gak perlu. Tahu gak? Aku senang loh bisa membantumu..” Dengan senyum khasnya Nala tulus mengatakannya. Sekarang dia sudah tahu perasaannya yang sebenarnya. Dia berjanji akan membantu Sachy kapanpun laki-laki itu membutuhkannya.
                Sachy terdiam. Ada sesuatu yang dia bingungkan di dalam benaknya. Akhirnya keheningan menyeruak diantara mereka. Sachy diam sambil menendang-nendang batu yang ada di jalan. Nala mencoba melihat pemandangan yang ada disekitar mereka. Sebenarnya mereka berdua sama-sama sedang berfikir. Mereka berdua sama-sama ingin mengobrolkan sebuah topik, tapi otak mereka sedang dikacaukan oleh perasaan mereka sendiri.
                “Hm..”
                “Aku..”
                Keduanya tampak saling tabrakan bicara. Mereka pun salah tingkah, gak menyangka bahwa mereka bisa sehati.
                “Kamu dulu..” Nala mempersilahkan Sachy. Tapi Sachy menolaknya..
                “Gak, Ladies first.
                “Gak apa-apa. Gak selamanya perempuan pertama, laki-laki juga boleh kok yang pertama.”Ujar Nala tampak enggan berbicara duluan. Dia lebih suka jika laki-laki dulu yang pertama mengatakannya.
                “Hm..” Sachy tampak ragu, sambil menunduk dia seperti memperhitungkan sesuatu. Lama menunggu Sachy berbicara, Nala mendekatkan wajahnya untuk melihat wajah Sachy yang sedang menunduk itu. Saat itulah Sachy langsung mendongakan wajahnya dan berkata tepat di depan wajah Nala..
                “Kalau kamu suka membantuku, maukah kau selalu disisiku?.” Sachy secara tidak langsung mengungkapkan perasaannya kepada Nala.Sachy yang mengungkapkan itu tepat di depan wajah Nala membuat Nala seperti kesamber bledeg. Nala mematung seketika.
                “Nala..kamu kenapa? Kok gak jawab? Ekspresinya juga biasa aja, kamu gak mau yah?.” Sachy terlihat memurungkan wajahnya melihat tingkah Nala. Nala langsung tersadar, dan wajahnya tiba-tiba memerah. Sadar bahwa dia salah tingkah, Nala segera mengalihkan pembicaraan.
                “Udah sampai. Makasih yah udah anterin aku sampai depan rumah. Sampai ketemu besok. Bye” Nala beruntung, dia sudah berada depan rumahnya saat Sachy mengatakan hal itu jadi dia bisa mencari alasan. Dia mencari alasan karena dia tidak tahu harus bagaimana menjawabnya.
                Sachy hanya terbengong-bengong. Ingin dia menghentikan langkah Nala, namun sayangnya dengan hitungan beberapa detik, Nala sudah masuk ke dalam rumahnya dan dengan kecepatan kilat dia menutup pintunya. Benar-benar Nala tidak memberikan kesempatan untuk Sachy, bahkan untuk menjawab salamnya.
                Akhirnya dengan suara yang lemas, Sachy menjawab salam itu, “Bye juga Nala. Aku harap aku bisa ketemu kamu besok, besok, dan besoknya lagi. Pokoknya aku bisa ketemu kamu sampai umurku habis.”
                                                                                                ***
                Dengan sekali dorongan belakang, Nala sudah menutup pintunya dan menghasilkan suara yang cukup keras. Ibunya sampai kaget dan akhirnya marah-marah ke Nala. Tapi Nala sudah tidak bisa mendengar teriakan Ibunya karena yang ia dengar hanyalah detakan jantungnya. Rasanya jantungnya benar-benar akan pecah. Nala tidak tahu harus melakukan apa.
                Tapi tidak bisa ditipu, Nala begitu bahagia. Saking bahagianya ia ingin berteriak dan loncat-loncat sampai ke atas langit. Dia tidak menyangka Sachy akan mengungkapkan perasaannya padanya. Saat dia merasa dia mulai menyukainya, Sachy pun langsung mengatakannya juga. Nala benar-benar bahagia, dia meloncat-loncat seperti anak kecil yang baru dikasih Ice Cream dan permen se-Tronton sampai dia tidak sadar tasnya menyenggol pigura kecil yang berada di atas mejanya. Pigura itu jatuh dan pecah tanpa ampun. Nala langsung menghentikan loncat-loncatnya, saat dia sadar dia telah menjatuhkan sebuah pigura.
                Tapi tiba-tiba Nala langsung terkejut, rasanya dia seperti disetrum 1000 Volt. Kenapa? Karena dia menjatuhkan pigura yang berisi foto Sally. Saat itulah seperti sebuah kepalan tangan menghantam dadanya dan menampar pipinya.Wajah Sally yang tersenyum terlihat marah di depan matanya. Tiba-tiba saja langit seperti runtuh, Nala yang sedang berada di atas puncaknya langsung terjatuh seketika.
                                                                                                ***

Minggu, 19 Agustus 2012

Utang Cimol Part 9

di 19.12 0 komentar


“Bisa ganti wanita itu dengan kamu aja.” Kata-kata itu terus mengiang-ngiang seperti dengungan lebah.
“Aku lebih menyukaimu.” Nala menelan ludahnya. Entah apa maksud yang terkandung di dalam permohonan Sachy saat itu, yang jelas Nala merasa jantungnya berdetak lebih kencang. Sampai saat ini, ketika dia mengingat lagi secara otomatis jantungnya berdetak tidak normal.
“Ada apa denganku?.” Nala menyentuh dua pipinya dan merasa ada yang aneh saat dia merasa pipinya itu panas. Nala pikir dia sedang sakit, jadi Nala segera mengambil air putih dan meminumnya tanpa ada satupun jeda.
                                                                                ***
Pagi telah menyambut.Matahari kembali hadir mengisi absennya. Kicauan burung menjadi pelengkap akan awalnya hari itu. Sepertinya hari itu akan berjalan seperti biasanya, tapi..

 Nala mengedip-ngedipkan matanya. Tidurnya tadi malam sangat tidak nyenyak. Nala tidak tahu apa penyebabnya. Yang jelas saat pagi telah menyambut, Nala langsung mencari Hpnya.
Terdengar bunyi ketikan dari tombol  Hpnya. Nala menulisnya dengan cepat, tapi dia tampak bimbang untuk mengirimnya dengan cepat juga. Namun akhirnya Nala nekat mengirimnya.
Setelah mengirim pesan singkat itu Nala tampak gelisah. Dia membolak-balikkan badannya di kasur. Dia dengan cemas dan perasaan tidak tenang menunggu balasan dari pesannya itu.
‘Trtt..Trtt..’ Tidak beberapa lama, balasan itu akhirnya datang juga. Nala segera mengambil Hpnya dan membukanya dengan perasaan sangat tidak sabar.
From : Utang Cimol
Jadi..
U siap” yah? Q jemput  tepat jam 9. ^^
Received :
06:15:35 am
Today
Setelah selesai membacanya, tubuh Nala langsung terbangun. Sambil duduk Nala masih memegang Hpnya dan sempat membacanya lagi. Setelah dia rasa bacaannya benar, Nala langsung beranjak dan tanpa menunggu waktu lama Nala segera berlari ke kamar mandi.
                                                                                ***
“Ke sini?.” Kening Nala berkerut 3 lapisan, dia bingung saat mengetahui Sachy membawanya ke Dunia Fantasi alias DUFAN.
“Ya! Kenapa kamu gak mau?.” Sachy merasa ada yang aneh dari nada pertanyaan Nala barusan. Tapi Nala langsung menggeleng, dia sama sekali tidak keberatan, hanya saja..
“Aku hanya bosen aja. Abis udah gak ke itung berapa kali aja aku ke Dufan.” Ucap Nala sambil tersenyum. Sachy tampak lega mendengarnya, dia kira Nala tidak menyukainya.
“Oooh. Tapi gak apa-apa kan kalau kita kesini? Habisnya selama aku di Indonesia dan tinggal di Jakarta aku sama sekali belum pernah mengunjunginya.” Ujar Sachy malu-malu.
“Iya. Gak apa-apa kok. Sebagai seseorang yang di ajak, seharusnya aku nurut aja kan sama yang mengajak?.” Nala tersenyum manis. Manis sekali sampai Sachy tidak berkedip dibuatnya.
                                                                                ***
“Jadi hari ini aku akan menjalani Tips pertama dari kamu. Hari ini kamu jadi guruku. Dan seorang guru harus mengajar muridnya dengan baik kan?” Ucap Sachy sesaat sebelum mereka keluar dari mobil. Nala tersenyum mendengar ucapan Sachy meski dia sadar sekali jantungnya kembali kumat.
“Jadi guruku..hal pertama apakah yang harus aku lakukan?.” Tanya Sachy lagi. Dan Nala sadar, dia tidak tahu jawabannya. Nala tampak kebingungan, dia baru sadar dia sama sekali tidak tahu harus bagaimana memulainya.
Sachy tersenyum melihat ekspresi kebingungan Nala, lalu dia mengulurkan tangannya.
“Bagaimana kalau kita jalani hari ini dengan apa adanya aja. Biarkan semuanya berjalan seperti air mengalir tanpa ada rencana sebelumnya. Biarkan muridmu ini mencobanya sendiri, dan jika nanti muridmu ini melakukan kesalahan, guru boleh kok menjewernya. Tapi jangan sakit-sakit yah?.” Ujar Sachy masih dengan senyumnya. Sekilas Nala terpesona dengan senyum itu, tapi kemudian dia mengalihkan pikirannya agar tidak kemana-kemana. Nala memikirkan ucapan Sachy barusan, seperti air mengalir?. Nala rasa itu ide yang tidak terlalu buruk. Lagian dia juga bingung bagaimana memberi pengajaran jika objeknya langsung dirinya. Akhirnya Nala tersenyum, dan sekilas mengangguk meskipun tangannya tidak menerima uluran tangan Sachy.
                                                                                ***
Setelah membeli tiket, mereka berdua masuk juga ke area DUFAN itu. Sachy sekilas tampak terpesona karena sebelumnya dia tidak pernah ke tempat wahana permainan seperti ini meskipun dia ada di Korea dulu. Sachy tampak tidak sabar untuk mencoba salah satu permainan, rasanya dia ingin mencoba semua permainan yang ada di DUFAN. Dan permainan pertama yang di jejalnya adalah NIAGARA-GARA. Sebenarnya Nala tidak menyetujuinya karena dia pikir mereka baru masuk dan dia tidak ingin bajunya basah. Akhirnya Sachy mencoba permainan itu sendirian karena dia ingin sekali mencobanya. Nala mengiijinkannya dan dia akan menunggu Sachy di tempat yang tidak jauh.
Sambil menunggu Sachy, Nala iseng melihat penjual Ice Cream. Hal yang menyita perhatiannya adalah Ice Cream itu bertemakan sepasang kekasih. Dan yang membelinya harus sepasang kekasih karena Ice Cream itu berpasangan. Nala jadi ingin membelinya, dia pikir Ice Cream itu sangat lucu dan pasti rasanya enak. Lagian Nala sangat suka sekali dengan Ice Cream, lalu tanpa pikir panjang lagi Nala segera membelinya.
Nala dengan wajah ceria mendatangi Sachy yang baru keluar dari wahana Niagara-gara itu. Dengan sepasang Ice Cream di tangannya Nala berniat akan segera mengasihkannya. Tapi saat itu Nala tidak sedang beruntung. Dari belakang ada yang mendorongnya dan membuat Nala hampir terjatuh. Salah satu Es itu terjatuh tepat di depan kaki Sachy. Nala memandanginya sedih, dia menyesali kejadian itu.
“Aduh Ice Creamnya jatuh. Sayang banget padahal Ice Cream itu harus beli 2. “ Ucap Nala dengan sedih, “Nih buat kamu aja.” Nala menyodorkan Ice Cream satunya kepada Sachy. Tapi saat Nala menyodorkannya, Sachy malah memegang tangan Nala dan mengajaknya duduk di sebuah kursi panjang.
Sachy mengambil Ice Cream itu, lalu mencicipinya sedikit. Kemudian dia menyuapi Ice Cream itu kepada Nala. Awalnya Nala menolak, tapi Sachy segera melotot dengan wajah sangat menyeramkan. Nala pun menurutinya dan memakan sedikit Ice Cream itu. Setelah Nala, gantian Sachy yang memakannya. Hal itu terus dilakukan secara berulang-ulang kali. Akhirnya kesedihan Nala hilang total, dia tersenyum senang. Mereka saling bercanda. Saat Sachy akan menyuapinya, Sachy sengaja menempelkan Ice Cream itu di hidung Nala membuat Nala seperti badut. Nala tidak terima, dia pun mencolet Ice Cream itu kemudian menaruhnya tepat di kening Sachy membuatnya seperti orang India. Nala tertawa melihat wajah Sachy. Sachy pun langsung membalasnya lagi, dan akhirnya mereka berdua tertawa bersama-sama.
                                                                                ***
“Ayo kita naik wahana itu?.” Ajak Sachy sambil menunjuk salah satu wahana kepada Nala. Nala melihat wahana itu dan dia langsung menelan ludahnya.
“TORNADO?.” Nala merinding melihat permainan itu. Jujur saja meskipun sudah sering ke DUFAN, Nala tidak pernah berani mencoba permainan yang menyeramkan seperti itu.
“Iyaa? Kamu mau kan yah?.” Pinta Sachy penuh harap.
“Kenapa kita gak coba ke rumah boneka aja? Disana bagus sekali loh Sachy..?” Ujar Nala menawarkan yang lain. Sachy langsung menggeleng.
“Aku gak mau. Ayolah Nala..aku mohon, kamu mau yah? Jangan bilang kamu gak berani sama permainan kaya gitu? Aku yakin kamu cewek pemberani. Jadi mau yah? Pleasee.” Sachy memohon dengan sangat. Jika laki-laki sudah melakukan itu akan sangat memalukan sekali jika tidak dituruti. Sachy pasti berfikir Nala adalah cewek penakut dan dia pasti merasa tidak mengasyikan sekali jalan bersamanya. Akhirnya dengan berat hati Nala mengangguk.
“Tentu saja. Bagi seorang Nala permainan seperti itu sangat kecil.” Ujar Nala bohong, sebenarnya wajahnya terlihat sekali sangat tragis, Nala merasa dirinya akan mati sesudah itu.
Sachy sama sekali tidak menyadari perubahan wajah Nala. Dia begitu asyiknya menikmati wahana permainan itu sedangkan Nala mati-matian menahan dirinya agar tidak pingsan. Sekilas Nala memerhatikan wajah Sachy dan dia ikut bahagia melihat wajah Sachy yang tampak bahagia. Sebenarnya selama ini Nala masih merasa bersalah kepada Sachy mengenai konflik itu. Tapi untungnya dia bisa membuat Sachy tampak bahagia meskipun apa yang dilakukannya sangat kecil.
“Nala! Kamu tahu gak tadi permainannya asyik banget. Aku ngerasa mau terbang tahu dan kamu percaya gak? Aku juga merasa masalahku juga ikut terbang. Kini aku merasa bebanku juga ikut hilang. Makasih yah?.” Sachy tersenyum bahagia, wajahnya terlihat sangat cerah. Tapi Nala hanya tersenyum, tidak menjawab apa-apa.
Sebenarnya Nala menahan sesuatu. Ya! Dia ingin sekali muntah. Kepalanya pun terasa berdenyut-denyut. Tapi dia menahan mati-matian agar dia tidak mengeluarkan makanan yang ada di dalam perutnya karena dia takut akan merusak kebahagian Sachy.
“Aku kagum banget sama kamu loh Nala. Ternyata kamu cewek yang hebat. Dari banyak cewek yang aku lihat, hanya kamu aja yang gak teriak. Aku yang cowok aja teriak. Wah..aku benar-benar kagum, kamu cewek yang sangat..”
“WOEK!! WOEK!!.” Jebol sudah pertahanan Nala!. Belum sempat Sachy menyelesaikan pujiannya, Nala sudah memuntahkan semua isi yang dari tadi dia tahan. Dia sudah tidak sanggup lagi. Dan Sachy hanya bengong tidak percaya.
“Wooeek..woeekk.” Nala merasa dirinya akan ambruk sebentar lagi. Yang dia muntahkan begitu banyak, sebetulnya dia malu sekali dengan Sachy tapi mau gimana lagi, dia sudah tidak sanggup. Setelah selesai dari ke-bengongannya Sachy langsung mendekati Nala, dan dengan halus dia memijat tengkuk Nala. Hal itu membuat Nala semakin malu.
“Kamu gak perlu malu sama aku. Aku gak akan ngetawain kamu kok. Bagi aku kamu tetep cewek paling hebat, karena kamu mau mencoba sesuatu yang awalnya kamu tidak berani. Aku kagum sama kamu.” Ucap Sachy membuat hati Nala damai. Nala sekilas menatap mata Sachy, dan dia tersenyum. Sachy pun membalas tatapan Nala dan dia juga ikut tersenyum.
Sachy mengajak Nala untuk makan siang, karena Sachy tahu Nala harus makan secara perutnya sudah terkuras habis. Setelah makan, tubuh Nala masih belum seimbang. Itu dikarenakan kepalanya yang pusing sekali. Nala hampir saja jatuh kalau saja Sachy tidak cepat menahan tubuhnya.
Sachy menurunkan badannya dan tangannya ke arah belakang tubuhnya. “Ayo..”
“Apa?.” Tanya Nala tidak mengerti.
“Aku gendong kamu.”Jawab Sachy datar. Nala langsung terkejut. Wajahnya merona merah.
“Ndak ah. Aku masih bisa jalan kok Sachy. Lagian malu juga dilihat orang.”Tolak Nala langsung. Tapi Sachy tidak mempedulikannya, dengan tangannya yang kebelakang, dia bisa menjangkau Nala dan menariknya ke dekat tubuhnya.
“Kalau kamu gak mau, aku akan bopong kamu. Pilih mana, gendong belakang atau aku bopong kaya pengantin baru?.” Ucapan Sachy membuat Nala semakin terkejut. Dia benar-benar tidak menyangka Sachy akan mengucapkan kata-kata seperti itu. Jantung Nala kembali kumat bahkan lebih parah.
Nala masih tidak bergerak, Sachy langsung berbalik dan dia hampir mengangkat tubuh Nala dan membopongnya tapi Nala langsung menghindar. Nala sangat ketakutan melihat aksi Sachy barusan.
“Iya..iyaa..aku pilih gendong belakang aja.” Ucap Nala dengan gemetar. Sachy tersenyum menang. Diapun membalikan badannya lagi dan setengah berjongkok. Dengan gemetar, Nala melingkarkan lengannya di pundak Sachy dan saat itu juga Sachy langsung mengangkat tubuhnya. Nala memejamkan matanya, rasanya ini seribu kali lebih menegangkan daripada menaiki wahana Tornado tadi.

                                                                                ***
Rasanya Nala masih tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi meskipun sekarang dia sudah berada di depan rumahnya dan hal itu sudah berlalu. Tapi membayangkannya lagi, bagaimana dia berada sedekat itu dengan Sachy, mencium aroma shamponya, merasakan lembutnya rambutnya di pipinya, mencium parfum yang dipakainya, semua itu membuat Nala hampir gila!. Bahkan Nala merasa jantungnya akan loncat ke atas langit atau dianya yang akan terbang?
“Nala..kita udah sampai?.” Ujar Sachy kembali menyadarkan Nala. Nala langsung menoleh dan saat dia melihat wajah Sachy dengan senyumnya itu..”DEG..DEG..DEG..DEG..”
“Aku harus ke dokter.” Ucap Nala tanpa dia sadari.
“Yah..kalau kau merasa masih tidak enak, memang lebih baik ke dokter. Tapi aku sarankan kamu istirahat aja dulu dan makan yang banyak.” Sachy tidak tahu sebenarnya maksud ucapan Nala ke dokter itu bukan untuk memeriksakan kesehatannya tapi untuk memeriksakan jantungnya ini. Nala takut bisa-bisa jantungnya ini akan pecah.
“Ya udah, aku balik dulu yah?. Makasih atas jalan-jalannya hari ini.” Ucap Nala lagi sambil melepas sabuk pengamannya dan membuka pintu. Nala ijin pamit dan dia keluar dari mobil.
Tapi Sachy langsung menyusulnya dan ikut keluar dari pintu. Sachy mendekati Nala dan dia tampak berfikir.
“Nala..boleh aku lakukan sesuatu?.” Tanyanya meminta ijin.
“Apa?.” Tanya Nala datar. Belum Sachy mengatakan maksud permintaannya, dia langsung menarik tubuh Nala dan memeluknya. Mata Nala membulat, dan dia sangat terkejut. Tidak lama Sachy memeluk Nala tapi itu sudah membuat Nala mematung dalam sekejap.
“Ini yang biasa aku lihat di Flm-flm atau drama saat seseorang habis melakukan kencan. Hm..seharusnya aku yang mengucapkan terimakasih, berkatmu aku sangat bahagia. Ini adalah hari yang tidak akan pernah aku lupakan.”Ujar Sachy dengan perasaan sangat senang dan diiringi senyumnya yang sangat lebar sedangkan dia sama sekali tidak mempedulikan hal apa yang terjadi dengan Nala akibat insiden itu.
“Ya udah, aku pergi dulu yaah. Sampai ketemu besok.” Pamit Sachy. Dia lalu berjalan ke arah mobilnya lagi. Dan tanpa menunggu lama dia sudah menghilang bersama mobilnya. Hanya tinggal Nala dan rasa keterkejutan yang masih ada. Untuk waktu yang lama Nala masih belum percaya apa yang tadi barusan Sachy lakukan padanya dan tentang salah satu kata yang Sachy ucapkan, “Kencan”.

                                                                                ***

Presentasi Biologi

di 08.58 0 komentar
foto pas SMA. Bener-bener kangen ama masa itu :'(
ehem..
dulu waktu aku SMA, aku sering banget dikasih tugas presentasi sama guru dan biasanya mata pelajaran Biologi yang paling rajin ngasih tugas. Daripada file nya nganggur di laptop, aku berfikir untuk men-sharenya buat adek-adekku yang barangkali sedang membutuhkan. (ceilee .. bahasa luu Na, ga nguatin banget!!)


Oke langsung ajah deh..


Nama File : Presentasi Biologi Tentang Atropoda Kelas X
Type File : Microsoft Power Point Presentasion
Download File







Nama File : Presentasi Biologi Tentang Chordata Kelas X
Type File : Microsoft Power Point Presentasion
Download File



Nama File : Rangkuman Materi Biologi Kelas X
Type File : Microsoft Office Word
Download File





Nama File : Presentasi Tentang 7 Hewan yang mengeluarkan cahaya Kelas XII
Type File : Microsoft Power Point Presentasion
Download File






Nama File : Video 7 Hewan yang mengeluarkan cahaya (Youtube)
Type File : ZIP
Download File






Perhatian : Admin hanya berniat untuk membantu tidak menyarankan sama sekali untuk mengcopy paste begitu saja lalu di serahkan kepada
guru (tanpa mengerti dan memahami). Untuk itu harap dipelajari terlebih dahulu dan tetap mencari referensi dari beberapa sumber agar hasilnya lebih baik. Good Luck buat semuanyaaa... ^^



Utang Cimol Part 8

di 07.45 0 komentar



“Kau harus menjadi laki-laki normal.”Kata-kata itu mengalir dengan lembutnya dari bibir Nala. Terdengar bukan seperti ucapan seseorang yang mengajukan sebuah syarat melainkan seperti ucapan seseorang yang mengandung sebuah harapan.
Sachy sama sekali tidak menyangka dengan apa yang barusan dia dengar. Bukan karena syarat itu terlalu mudah, melainkan Nala yang terlalu baik memberikan syarat seperti itu sebagai tebusan atas apa yang dia lakukan. Sachy menatap Nala dengan tatapan haru, rasanya beban yang menindihnya dan membuatnya menderita selama ini langsung terangkat begitu saja. Bahkan dia sudah tidak peduli lagi dengan masalahnya sekarang, entah apa yang di bicarakan orang-orang dia tidak akan peduli. Baginya ini sudah seperti hadiah yang sangat membahagiakan.
Lalu tanpa sadar, Sachy langsung menarik tangan Nala dan menggenggamnya kuat.
 “ Terimakasih. Terimakasih. Terimakasih.” Ucapnya bahagia.
Nala mencoba menarik tangannya dari genggaman Sachy, tapi Sachy tidak mau melepaskannya dan dia menjabat tangan Nala. “Aku berjanji akan menjadi laki-laki normal.” Janji Sachy penuh keyakinan. Nala menatap mata Sachy dan menemukan keyakinan itu, tanpa sadar Nala tidak mencoba melepaskan lagi tangannya dan dia malah membalas menjabat tangan Sachy. Ini adalah tanda kesepakatan mereka. Kemudian  Nala tersenyum. Rasanya dia juga ikut bahagia.
                                                                                ***
Nala tidak hanya memberikan sebuah syarat, dia juga memberikan jasa nya untuk membantu Sachy. Sachy sangat bahagia karena Nala tanpa menunggu waktu lama segera mengiyakan untuk membantunya.
“Ini semua karena berkaitan dengan Tugas Sosiologiku. Jika aku membantumu dan berhasil membuatmu sembuh dari penyakitmu, aku yakin ini akan menambah nilai Tugas Sosiologiku.” Ucap Nala memberikan alasannya kenapa dia dengan senang hati mau membantu Sachy.

“Emang apa tugas Sosiologimu?.” Tanya Sachy sedikit tertarik. Di kelas Entertaiment semua jurusan di jadikan jurusan IPA, tidak ada jurusan IPS.
“Mengamati kelainan pada manusia.” Jawab Nala yang segera diikuti dengan berubahnya wajah Sachy dari ceria menjadi cemberut.
“Kelainan??” Sachy merasa amat tidak suka dengan kata-kata itu. Nala tahu bahwa Sachy merasa sebal jika dia disebut sebagai manusia yang memiliki kelainan, tapi mau gimana lagi, itulah yang tertulis di dalam buku teori Sosiologinya.
“Aku pergi dulu yah. Jangan lupa besok kita bertemu lagi di tempat ini. Besok akan aku berikan tips yang pertama. Okee?.”
“Oke.” Sachy menjawab dengan lemas dan dia sesekali memajukan bibirnya. Sebenarnya apa yang dipikirkan Nala salah besar, Sachy tidak merasa sebal karena disebut sebagai manusia yang memiliki kelainan melainkan Sachy sebal karena kebahagiannya hilang.
 Kebahagian itu langsung menghilang saat gadis itu mengatakan alasannya bahwa dia membantunya hanya karena sebuah Tugas.
“Hft” Sachy mengela nafasnya. Tapi setidaknya dia harus berterimakasih kepada guru yang memberikan tugas itu, karena berkat guru itu Nala mau membantunya dan setidaknya berada di sampingnya dalam waktu yang sedikit lama.
                                                                                ***
Kening Sachy berkerut 3 lapisan takkala dia melihat Nala datang. Sachy sudah menunggu setengah jam dari waktu perjanjian mereka, dan itu sengaja dia lakukan karena dia takut terlambat. Hal buruk mungkin terjadi jika dia terlambat. Tapi melihat Nala yang datang tidak sendirian membuat Sachy merasa akan datang hal yang lebih buruk.
“Hai Sachy, kenalkan ini Sinta.” Nala mengenalkan seseorang yang ia bawa kepada Sachy. “Sinta ini Sachy.” Dan Nala mengenalkan Sachy kepada Sinta. Tapi tidak ada sedetik setelah perkenalannya, Sinta sudah menyerbu Sachy dengan wajah girangnya bahkan dia langsung memeluk lengan Sachy.
“Sachy aku senang banget bisa ketemu kamu. Kamu tahu gak? Aku itu Fans sejati kamu loh. Aku gak akan berpaling meskipun aku tahu skandal yang baru-baru ini menimpamu.”Ucap Sinta dengan gaya genitnya. Sachy berusaha melepaskan pegangan Sinta, namun Sinta malah semakin memperkuat pegangannya. Karena putus asa, Sachy langsung melayangkan pandangannya ke arah Nala yang tampak bingung harus berbuat apa.
“Jadi..apa yang akan kita lakukan sekarang?.” Sachy bertanya tajam. Sebenarnya dia lebih tepatnya meminta alasan kepada Nala kenapa dia membawa wanita seperti ini, Sachy yakin itu bukanlah hal yang baik.
“Kau tidak tahu?” Sinta segera menjawab, memotong ucapan yang akan keluar dari mulut Nala. “Kita akan berkencan!!.” Lanjut Sinta dengan berapi-api, semangatnya bahkan terlihat dengan sangat jelas.
“APA?!!” Sontak Sachy menjerit.
                                                                                ***
“Kenapa??” Sachy bertanya dengan sejuta kebingungan yang ada di otaknya. Inikah Tips pertama itu?
“Ya! Ini adalah Tips yang pertama.” Nala menjawab seolah tahu apa yang ada dipikiran Sachy. Sebelum Sachy membuka mulutnya lagi untuk protes, Nala segera melanjutkan lagi ucapannya.
“Sachy hal yang perlu di lakukan bagi seseorang yang mengidap kelainan Homoseksual jika dia ingin sembuh adalah dia harus berhasil mengubah rasa sukanya kepada sesama jenis menjadi ke lawan jenis. Kau harus mentaubatkan kelainanmu itu ke jalan yang benar. Saat ini kau harus memalingkan matamu dari laki-laki ke wanita. Dan itu bisa kau lakukan dengan cara mengenal wanita.”
“Tapi..apakah harus wanita bernama Sinta itu?.” Sachy merasa tidak suka dengan Sinta. Gaya centilnya sudah meyakinkan Sachy bahwa wanita itu amat sangat tidak menyenangkan.
Nala tahu apa yang ada di pikiran Sachy, tapi mau gimana lagi hanya Sintalah wanita yang bisa ia temui yang masih menyukai Sachy. “Aku pikir dia cukup cantik.” Nala mencoba mencari alasan yang tepat.
“Hah? Cantik?.” Sachy tertawa sinis. “Iya sih.. tapi kan apa kamu tidak lihat gayanya? Badannya itu seperti cacing kepanasan. Aku benar-benar tidak menyukainya.” Sachy mengerutkan bibirnya, wajahnya cemberut.
“Sudahlah. Kamu kan belum mencobanya. Lagian aku sudah terlanjur minta tolong padanya dan dia begitu senangnya dengan permintaan tolongku ini. Jadi..lapangkanlah hatimu, oke?.” Nala membujuk Sachy. Setelah cukup lama membujuknya, akhirnya yang dibujukpun mau. Meskipun terlihat sekali kalau yang dibujuk itu ‘terpaksa’ melakukannya.
                                                                                ***
Nala memutuskan untuk menjadikan Mall sebagai tempat pelaksaan Tips pertama itu. Disana agendanya adalah Sachy dan Sinta berduaan layaknya seperti sepasang kekasih. Nala hanya melihat mereka dari belakang. Nala yakin tanpa diajarin Sinta sudah tahu bagaimana menjadi wanita yang memikat hati pria. Sinta berusaha mengajak Sachy, mengajaknya bercanda, merayu bahkan menggombal.
Meskipun itu rencananya, tapi entah mengapa Nala tidak begitu menyukainya. Dia lama-lama jadi sebal dengan tingkah laku Sinta yang dia pikir terlalu berlebihan alias lebay. Nala sadar Sinta terlalu cantik dan entah mengapa tiba-tiba Nala mulai kawatir.
“Sachy! Lihat deh! Disana ada rumah hantu!. Ayo kita kesana, pasti seru deh.”Ajak Sinta sambil menarik lengan Sachy. Sachy yang dari awal sudah cemberut semakin menekuk wajahnya.
“Ayo Sachy. Temani aku..mau yaaa?” Sinta mulai merengek. Hal itu tentu saja mengundang perhatian banyak orang. Sachy jadi salah tingkah, akhirnya dia pun menuruti permintaan Sinta tapi tetap diiringi dengan wajah ‘terpaksa’nya.
“Dan Nala..” Tiba-tiba Sinta berkata membuat langkah Nala langsung terhenti. “Kamu disini aja ya? Kalau yang masuk disana kan seharusnya ada temennya. Aku takutnya nanti kamu sendirian disana.” Ucap Sinta membuat Nala kaget setengah mati. What? Nala pikir dia yang mengatur acara ini, tapi kenapa dia yang malah di atur. Nala mau protes, tapi Sinta sudah keburu pergi dan dia menarik tangan Sachy sekuat mungkin sehingga Sachy tak berdaya menurutinya.
Akhirnya Nala ditinggal sendiri. Kekawatirannya ternyata langsung terbukti. Nala yakin Sinta pasti berpikiran licik. Dia sengaja memanfaatkan kesempatan ini untuk benar-benar mencuri perhatian Sachy. Nala yakin Sinta pasti sudah merencanakan semua ini. Aha! Nala ingat semua. Dia ingat bagaimana Sinta mengusulkan Mall ini, Nala yakin itu karena Sinta tahu ada Rumah Hantu makanya dia ingin masuk kesana bersama Sachy dan nanti ketika berada di dalamnya Sinta akan berpura-pura ketakutan dan dia akan memeluk Sachy!.
“Ahhh!.” Tanpa sadar Nala berteriak. Ini tidak boleh terjadi. Nala tidak ikhlas jika Sinta benar-benar melakukan itu. Tanpa dikendalikan, Nala mulai panik.
“Aku harus menyusulnya!.” Ucap Nala pada dirinya sendiri. Akhirnya dia memutuskan untuk memasuki wahana tersebut dan mencari Sachy. Namun saat akan memasukinya tiba-tiba Nala berpapasan dengan Sachy yang baru keluar dari pintu Exit. Nala terkejut.
“Kamu kok...” Belum sempat Nala melanjutkan ucapannya, Sachy segera menarik tangan Nala dan menggenggamnya. Nala langsung berubah menjadi patung. Nala diam saja saat Sachy mulai membawanya pergi dan mengajaknya... berlari.
                                                                                ***
“Hh..hh..hh..” Nafas Nala memburu tidak beraturan. Dia sangat lelah. Entah sudah berapa jauh mereka berlari yang jelas mereka sudah berada jauh dari Mall itu. Hal yang sama juga dilakukan oleh Sachy.
“Hh.. Sachy..hh..apa..hh.. yang kamu lakukan?.” Tanya Nala ditengah nafasnya yang masih belum stabil. Dia membungkukan badannya dan memegang lututnya seolah takut lututnya akan lepas saking capeknya.
“Aku kabur dari wanita itu.” Ucap Sachy sambil membasuh keringatnya. Wajahnya tampak memerah setelah berlari.
“Apa?? Lalu gimana dengan Sinta?.” Nala bertanya kawatir. Meskipun dia sebal dengannya tapi Nala kawatir juga kalau dia ditinggal sendirian.
Wajah Sachy langsung berubah marah, sekilas Nala jadi takut melihat sorot mata Sachy yang tiba-tiba berubah menjadi sangat tajam. “Biarin aja! Aku gak peduli. Semoga dia dimakan deh sama Hantu.” Ujar Sachy dengan marah. Nala baru melihat Sachy saat marah, dan dia jadi takut untuk mengeluarkan kata-kata lagi.
“Nala bisakah aku minta tolong padamu?.”Tanya Sachy dengan lembut. Kali ini raut wajahnya sudah kembali normal.
Nala menatap Sachy ragu, tapi kemudian dia mengangguk. Nala pikir hari ini dia sudah melakukan kesalahan jadi dia harus menebus kesalahannya itu.
“Bisa ganti wanita itu dengan kamu aja.” Pinta Sachy dengan wajah penuh harapan. Sontak mata Nala langsung melebar, saat mulutnya ikut terbuka lebar Sachy melanjutkan ucapannya, “Aku lebih menyukaimu.”
                                                                                ***




Sachi Series : " Sebenarnya aku gak tahu... kenapa aku bisa ngomong kaya gitu, itu semua reflek ajah keluar dari mulutku. Aku bener-bener kaget dengan ide Nala yang menyuruhku kencan dengan nenek sihir. Yup! Siapa lagi kalau bukan si Sinta, gimana aku gak menyebutnya nenek sihir orang dia ketawa terus persis kaya nenek sihir! Sebenarnya... aku gak perlu kaya begituan, karena dari awal aku emang udah berubah. Tepatnya sejak aku pertama kali mengenal Nala! Ya ! wanita pertama yang aku lirik.. adalah dia, upss.. tapi jangan kasih tahu siapa-siapa yaa? Pleaseeeeee...

Sinta Series : " Aku sebel banget karena Sachi meninggalkanku sendirian ! Padahal aku benar-benar takut setan. Aku udah capek-capek ngerencanain ide biar aku bisa dekat dengan Sachi.. eh Sachi malah kabur. Mana tadi ada kejadian gak enak lagi.. aku salah meluk orang ! dan lebih parahnya lagi orang itu lagi jalan sama ceweknya dan alhasil aku di gepok deh ama pacarnya.. Aduh memalukan banget ! !" 







Nala_Series : Aku cuma mau bilang.. "Sachy gak serius kan ngomong kaya gitu?" 

Baca Juga Postingan Terbaru

 

Catatan Sakura Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ways To Make Money Online | Surviving Infidelity by Blogger Templates