Sachy Series :
Saat itu.. rasanya dunia seperti berhenti berputar.
Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba detik seperti berhenti di depanku. Aku
terpaku.. meskipun tidak mengingatnya, tapi tubuhku rasanya sudah pernah
mengalaminya, rasanya begitu hangat..
***
Sachy membuka matanya, tidak berapa lama dia kembali
menutupnya lalu tiba-tiba dia membuka matanya lagi, kemudian menutupnya lagi..
begitulah yang terus ia lakukan sepanjang pagi ini tepatnya setelah ia bangun
dari tidurnya.
Hari telah berjalan seperti biasanya, kejadian
kemarin adalah masa lalu yang telah terlewat tapi entah mengapa Sachy merasa
kejadian kemarin masih dapat ia rasakan. Sachy bingung sekali tentang apa yang
sedang terjadi dengan dirinya. Sachy kembali menerawang, tiba-tiba saja dia
memegangi bibirnya..
“Argtttt!!” Sadar bahwa dia sedang mengingat kembali
kejadian dimana dia mencium kening Nala, Sachy langsung membangunkan tubuhnya
dan terduduk. Sachy menutup wajah bingungnya dengan kedua telapak tangannya,
sampai sekarang ia masih belum bisa menjawab pertanyaannya, “mengapa ia bisa
melakukan itu?”
Sachy mencoba mengingat sesuatu, apa saja. Dia
berharap ada suatu petunjuk yang dapat membantunya. Sachy berusaha sekuat
mungkin untuk mengingat, tetapi.. hasilnya tetap saja Nihil. Sachy menghela
nafasnya.
“Trttt..Trttt..” Tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Sachy tahu ada sebuah
pesan masuk. Sachy pun segera mengambil ponselnya dan melihat isinya. Tapi
kemudian..tiba-tiba saja Sachy mematung di tempatnya. Sachy tahu bahwa ada
suatu masalah lagi yang menimpanya. Belum selesai masalah kemarin, datang
masalah baru lagi. Ya! Sachy harus bingung berkali-kali lipat sekarang karena
entah kenapa tiba-tiba saja jantungnya berdetak dengan cepat saat dia tahu
bahwa pesan itu dari seorang bernama ‘Nala’.
***
From : Nala
Sachy.. nnt pergi bareng yuk? Mau gak?
Sachy memandangi layar ponselnya tanpa berkedip.
Namun sedetik kemudian tiba-tiba dia langsung berubah panik, “Omma!!” Sachy menoleh kesana-kemari
seperti meminta bantuan, tapi dia sadari bahwa tidak ada siapa-siapa di
sampingnya, “Ottokke...ottokke...” Sachy
tidak sadar bahwa dia terlihat seperti orang bodoh sekarang.
Reply
To : Nala
Mau banget.. kapan?
Sachy tidak sadar saat menulisnya tapi saat dia akan
mengirimnya tiba-tiba saja Sachy langsung tersadar, dan saat itu juga dia
langsung berteriak, “Omma! ,
bagaimana mungkin aku menulis seperti ini??”
Sachy pun langsung menghapusnya saat itu juga
Reply
To : Nala
Hm..sepertinya
aku sibuk..
Sachy pun kembali mengamati tulisannya sebelum ia
menekan pilihan ‘send’ di layar ponselnya. Namun sepertinya dia merasa ada yang
salah dengan tulisannya, tulisannya itu seolah ia menolak padahal sebenarnya
dia pun mau. Sachy menggeleng sambil menghapus tulisannya lagi.
Reply
To : Nala
Oke,
kapan?
Dan Sachy merasa ini adalah tulisan yang paling baik
di antara tulisan-tulisannya sebelumnya. Sachy menahan nafasnya saat mengirim
pesan itu, dan saat pesan itu akhirnya terkirim, Sachy pun mengeluarkan
nafasnya.
“Oh
Tuhan.. sepertinya aku benar-benar tidak waras sekarang.” Ujar Sachy di dalam hatinya.
***
“Kita.. mau ngapain di sini?” Tanya Sachy heran
sekaligus sedikit kecewa karena rupanya Nala mengajaknya ke sebuah Mall. Sachy
kira dia akan pergi ke sebuah tempat yang asyik seperti pantai, taman, atau
mungkin ke tempat yang sejuk di daerah Bandung tapi rupanya hanya ke sebuah
Mall yang terletak di kawasan Ibu Kota. Sachy memandangi Nala dengan mata yang
menyipit, ‘Jangan-jangan gadis ini ingin
aku menemaninya berbelanja ?’ Pikiran buruk Sachy kepada Nala.
“Kita mau ke Rumah Hantu.” Jawab Nala dengan senyum
yang lebar. Seperti habis memenangkan sebuah undian, Nala tampak bahagia. Sachy
hanya bisa melongo melihatnya. Tapi-tiba-tiba saja perasaan itu muncul lagi,
perasaan yang membuat masalah bagi Sachy..
“Sachy.. kamu kenapa? Dada kamu sakit ya?” Tanya Nala
dengan ekspresi kawatir, kebahagiannya langsung hilang berganti dengan wajah
yang pucat.
“Gak apa-apa kok.” Jawab Sachy sembari berusaha
tersenyum. “Ayuh.. kita kesana,” Ujar Sachy lagi mengalihkan perhatian Nala,
karena Nala sepertinya tidak mempercayainya. Sachy juga tidak mungkin
menceritakan pada Nala bahwa dia sepertinya.. mulai menyukainya.
“Oke.” Meskipun masih tidak percaya, Nala pun
akhirnya memutuskan untuk mengikuti perintah Sachy. Dengan sengaja Nala
menggenggam tangan Sachy, meskipun ia tahu Sachy nampak terkejut setengah mati,
tapi Nala tidak peduli.
Sachy pun hanya bisa terkejut tapi dia tidak berusaha
melepaskannya. Tanpa mereka sadari, mereka berduapun sama-sama tersenyum.
Rupanya sebuah taman yang indah tumbuh mekar di hati mereka berdua.
***
“Hi...Hi...Hi...” Hantu wanita itu berjalan
mendekati, dengan rambut panjang yang menutupi sebagian wajahnya. Sebelah
matanya yang terlihat tampak begitu menyeramkan. Belum wajahnya yang penuh luka
dan suara cekikikan yang terdengar menggema di seluruh ruangan membuat bulu
kuduk berdiri.
“AAARRRGTT!” Seseorang berteriak tanpa bisa ia tahan
lagi. Ke dua tangannya ia gunakan untuk menutupi seluruh wajahnya. Kakinya pun
mulai gemetaran.
“Sachy!!” Nala sama sekali tidak mempercayai dengan
apa yang di lihatnya. Dia berteriak memanggil nama orang yang sedang ketakutan
itu. Rasanya dia ingin sekali..
“HAHAHAHA!” Tawa Nala pecah dengan kencangnya.
Mengalahkan suara cekikikan dari Mba Kuntilanak tadi. Hampir seluruh pengunjung
melihatnya aneh.
“Mwo?” Sachy bertanya heran, dia merentangkan sedikit
jarinya agar dapat melihat Nala.
“Kamu.. cowok kan Sachy? Kenapa kamu menjerit
ketakutan seperti seorang cewek?” Nala memegangi perutnya yang terasa mulai
sakit akibat tawanya yang melebihi batas orang normal.
“Yya! Ini begitu menakutkan tahu! Apa kau tidak lihat
wajahnya tadi? Bahkan dengan monster saja masih menakutkan itu.” Ujar Sachy
tersinggung dengan ucapan Nala yang mengejeknya.
“Ok! Ok! Maaf..” Nala meminta maaf karena sudah
membuat Sachy tersinggung tapi bibirnya terlihat masih ingin tertawa. Sachy
mengerucutkan bibirnya.
“Mba..Mba..” Tiba-tiba saja ada yang mencolek pundak
Nala dari arah belakang. Nala pun tanpa curiga langsung menoleh. Saat dia
menoleh,.. wajah pocong sudah berada di dekat wajahnya. Dengan mata melotot,
muka seputih tembok, bibir yang rusak, dan gigi yang meringis..
“ARGTTTT!!!” Sontak Nala pun berteriak histeris.
Bahkan dia melakukan hal yang lebih parah di banding Sachy.
***
“Hhh...Hh..Hh..” Ke dua orang itu tampak kompak mengatur
nafas mereka yang memburu tidak beraturan. Mereka berdua tampak duduk selonjor.
Mereka tidak peduli dengan orang-orang yang melihat mereka sambil
tersenyum-senyum. Yang ada dipikiran mereka adalah ‘capek’ dan mereka ingin
meluruskan kaki mereka karena entah berapa jauh tadi mereka berlari.
“Hh..Hh..Hh..jangan..per..hh..nah..hh..ajak...hh..aku...kesini..lagi...”
Ujar Sachy di tengah nafasnya yang memburu. Nala hanya diam. Sachy pun melirik
Nala.
“HA..Hh..HAHA..hh..HAHAHA” Bahkan Sachy tidak peduli
dengan suaranya yang terdengar aneh sekarang. Sachy memadukan antara tawa nya
di tengah nafasnya yang masih ngos-ngossan. Tapi Sachy benar-benar ingin
tertawa sekarang. Bagaimana tidak, jika dia melihat wajah Nala yang begitu
lucu.
“Kenapa ketawa?” Tanya Nala heran melihat Sachy yang
tertawa dengan nada yang begitu aneh.
“Wajah kamu putih banget kaya setan yang tadi ada di
dalam.” Jawab Sachy dengan polosnya sambil tertawa.
“Ini karena aku masih takut Sachy! Aku baru lihat
wajah pocong sedeket itu!.” Ujar Nala.
“Nah! Kamu kena karma kan? Tadi kamu ngetawain aku
karena aku berteriak melihat Setan berambut panjang tadi.. lah kamu? Teriakan
kamu seperti teriakan tarzan, udah gitu kamu makai manjat ke tubuh aku segala
lagi, tadi kamu gak tahu gimana aku kesusahan karena aku lari sambil ngendong
kamu yang berat! Kaki aku capek sekali!.” Sachy memegangi kakinya yang
pegal-pegal. Nala melirik kaki Sachy sekilas, dan terlihat merasa bersalah.
Nala mengingat kejadian tadi. Betapa memalukannya
dia, Nala tidak sadar saking ketakutannya dia sampai manjat ke tubuh Sachy. Dia
tidak mau turun dari tubuh Sachy. Dia bahkan memeluk leher Sachy dengan
kencangnya. Nala yakin pasti Sachy tadi kerepotan sekali karena ulahnya.
“Maaf...” Ujar Nala meminta maaf atas kesalahannya.
“Gwenchana. Tapi aku senang kok..” Ujar Sachy sambil
tersenyum lalu mengacak-ngacak rambut Nala. Nala terdiam, “Eh? Dia senang..?”
Dalam hati Nala bersyukur.. gak apa-apa deh kalau dengan dikejar pocong, itu
membuat Sachy senang. Bahkan Nala mau di kejar 10 pocong kaya tadi kalau itu
bisa membuat Sachy tertawa. Tapi pastinya dengan syarat Sachy harus rela jika
Nala minta digendong.
Nala jadi tersenyum sendiri.
***
“Makasih yah.. udah mau temenin aku jalan-jalan.”
Ujar Nala sambil tersenyum kepada Sachy saat laki-laki itu sudah
mengantarkannya sampai ke rumahnya.
“Ya! Sama-sama.” Jawab Sachy sambil membalas senyum
Nala. Dia melambaikan tangannya tanda ‘sampai jumpa’. Dia berharap bisa bertemu
gadis itu lagi, besok dan seterusnya.
Nala pun membalas lambaian tangan Sachy. Tidak berapa
lama mobil Sachy melaju. Nala tidak mengalihkan tatapannya pada mobil Sachy
sampai mobil Sachy berbelok. Dan di dalam mobil, Sachy pun tidak melepas
tatapannya dari kaca spion mobilnya sampai dia sudah tidak bisa lagi melihat
gadis itu terpantul dari dalam kaca spionnya.
***
Sachy merebahkan badannya di kasur empuknya. Sembari
menatap langit-langit kamarnya, Sachy mengingat kejadian yang barusan terjadi
dengannya. Dia mengingat bagaimana tubuhnya sedekat itu dengan Nala saat gadis
itu memeluk dirinya dan dia menggendong tubuh gadis itu dengan jarak yang
lumayan jauh. Mungkin Nala tidak begitu memerhatikannya karena dia begitu
sangat ketakutan tadi, tapi bagi Sachy.. itu adalah hal paling menegangkan yang
ia alami di banding ia bertemu wajah wanita berambut panjang itu tadi.
Ketakutannya pun langsung hilang begitu saja, saat dia merasakan aroma sampo
dari rambut Nala dan merasakan beban badan Nala yang dia angkat. Entah
mengapa.. dia ingin terus mengangkat tubuh itu.
Sachy tersenyum sendiri.. apakah dia mulai suka pada
gadis itu? Apakah dia telah berubah menjadi laki-laki normal? Inikah rasanya
menyukai seorang wanita? Sachy tidak tahu jawabannya sendiri, namun apapun
namanya rasa yang sedang dia alami ini, Sachy hanya tahu sekarang dia begitu
bahagia. Ya! Sachy merasa tidak pernah sebahagia ini di dalam hidupnya.
Ah.. Bukankah aku memang mencintainya? Sachy ingat
saat gadis itu berkata bahwa dia adalah gadis yang dicintai oleh seorang Sachy
Saldheves. Tapi karena Sachy hilang ingatan, dia jadi lupa pada gadis itu.
Rupanya sekarang Sachy menyadari, bahwa dia kembali jatuh cinta pada gadis itu.
Dan gadis itu sukses besar membuat seorang laki-laki gay sepertinya jatuh cinta
baik sebelum dia hilang ingatan maupun saat ia hilang ingatan.
“Ini...unik.” Ujar Sachy sambil menerawang.
***
“Trtt..Trtt..Trtt..” Suara NeYo membangunkan Sachy
dari mimpi indahnya. Dengan mata yang masih terpejam, Sachy berusaha menggapai
Ponselnya. Namun karena tidak sadar ponselnya itu berada di ujung tempat
tidurnya, Sachy pun tidak bisa menahan saat ponsel itu jatuh.
“Prak!” Dan Sachy langsung terbangun saat dia
mendengar suara ponselnya itu yang jatuh. Langsung saja Sachy mengambil
ponselnya dari atas tempat tidurnya. Dia melihat cashing ponsel nya itu sudah
terlepas. Baterainya pun sudah keluar dari tempatnya. Sachy pun memunguti
benda-benda itu. Di saat dia sedang mencari baterai ponselnya yang ternyata
masuk ke dalam kolong tempat tidurnya, tidak sengaja Sachy melihat sebuah kotak
besar ada di dalam kolong tempat tidurnya itu.
Penasaran dengan kotak itu, Sachy pun mengambil kotak
itu. Dia baru melihat kotak itu, dan dia tidak mengingat kotak apa itu. Sachy
yakin ini pasti kotak yang ia simpan saat dia belum hilang ingatan. Sachy pun
membuka tutupnya untuk melihat isinya.
Saat ia membuka kotak itu, kening Sachy langsung
berkerut. Dia melihat sebuah botol kaca yang berisi uang-uang receh. Sachy
heran, untuk apa ia menyimpan uang itu?
Lalu Sachy melihat ada sebuah buku Dyari yang sudah
tua. Sachy membuka halaman pertamanya.
“Catatan Putri
Naila..”
Benak Sachy langsung
menebak, ini pasti buku Nala. Sachy pun heran mengapa ia menyimpan buku dyari
Nala. Sachy tidak berharap, dia mencuri buku ini dulu. Sachy pun membuka
halaman selanjutnya..
15 Mei 2011...
Dyari, ini adalah pertama
kalinya aku masuk sekolah. Sekolah baruku yang bernama SMA Nusa Bangsa. Sekolah
impianku dan aku senang karena aku bisa masuk kesana karena beasiswa. Spt yang
kau tahu Dyari...sebenarnya ini bukan Cuma impianku saja tapi ini juga harapan
Ayah..
Dan
sekali lagi ini berkat aku bertemu dengan takdir...Aku tidak menyangka ini
benar-benar terjadi, Tuhan telah menggantinya Dyari.. kau percaya Tuhan tidak
akan mengutang janji..dia pasti akan menepatinya...
Sachy semakin mengkerutkan keningnya. Ini memang
benar-benar sebuah Dyari. Lalu untuk apa dia menyimpannya? Sachy mencari
tulisan terakhirnya..
1
Juli 2012
Sally telah pergi...
Sally? Siapa Sally? Batin
Sachy bertanya. Oh..rupanya di halaman
terakhir ada sebuah tulisan lagi. Tapi Sachy tahu .. ini tulisan tangannya.
Maafkan..Maafkan aku..
Mungkin sebuah penyesalanku pun tidak akan pernah
sanggup menebusnya..
Aku tidak tahu harus bagaimana...
Apa yang harus aku lakukan...
Oh Tuhan.. tolonglah aku...
Jika nyawa ku sanggup membuat dia memaafkanku, aku
rela jika Engkau mengambilnya...
Sachy terkejut membacanya. Benarkah ia menulis
tulisan ini dengan tangannya? Mengapa ia menulis seperti ini? Apa yang telah ia
perbuat di masa lampaunya?
Lalu tanpa diminta oleh Sachy, sebuah kenangan
melintas di pikiran Sachy. Sekilas namun Sachy dapat melihatnya dengan jelas.
Sachy langsung tersadar. Dia tahu ini sebuah petunjuk untuknya. Ya! Petunjuk
untuk mengembalikan lagi ingatannya yang hilang.
Dengan cepat Sachy langsung membuka isi kotak itu
lagi. Mencari barang-barang lainnya. Kini Sachy menemukan sebuah majalah.
Diambilnya majalah itu, lalu di pandangnya dengan lekat.Dia melihat ada fotonya
juga foto Nala. Sachy membaca perlahan tulisan yang ada di majalah tersebut.
Dan matanya langsung melebar. Dengan cepat Sachy langsung membuka isi majalah
tersebut. Dia membaca tulisan di artikel tersebut.
“Sachy Saldheves mengaku kalau dia telah memiliki seorang
pacar. Dia berkata pada penggemar-penggemarnya bahwa dia tidak ingin diganggu.
“Maaf ya.. aku udah punya cewek.” Tuturnya kepada semua orang yang melihatnya.”
Setelah Sachy membaca tulisan di paragraf pertama
itu, tiba-tiba saja kenangan kembali melintas di pikirannya. Kenangan itu
berupa potongan-potongan. Sachy melihat ada seorang gadis yang menatap benci ke
arahnya, lalu dia menarik seorang gadis yang sedang naik sepeda, Sachy
memberhentikannya, lalu dia menarik tangan gadis itu, gadis itu menatap Sachy
lagi dengan benci.
Sachy mengedipkan matanya. Dia mulai ingat sekarang..
ya! Itulah awal pertemuannya dengan Nala.
Sachy semakin tertarik. Dia ingin tahu lebih banyak
lagi. Sachy menemukan sebuah majalah lagi. Kali ini dia terkejut saat membaca
tulisan di majalah tersebut. Tiba-tiba saja aliran darah nya seperti berjalan
dengan cepat dan jantungnya langsung memompa dalam batas yang tidak wajar.
Jantung Sachy seperti akan melompat keluar.
***
Sachy menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang
tinggi. Dia tidak peduli hujan sedang mengguyur dengan begitu derasnya dan dia
juga tidak peduli bahwa hari sudah larut.
Sachy menaikan lagi gigi mobilnyanya, dan menginjak
gasnya lebih kuat. Dia ingin lebih kencang lagi. Dia ingin mobil ini dapat
sampai ke tempat tujuannya dengan secepat-cepatnya.
Sachy menginjak remnya dengan kuat dan mobil itu
berhenti mengikuti pengendaranya dengan suara decitan yang kencang. Sachy
melepaskan sabuk pengamannya dan melihat ke rumah yang menjadi tempat tujuanya.
Dengan cepat Sachy keluar dari mobilnya. Di tangannya dia membawa sesuatu.
Kemudian Sachy mengetuk pintu rumah tersebut untuk
meminta sang pemilik keluar. Sachy harap yang keluar adalah orang yang dia
cari, jadi dia dapat bertanya langsung tanpa menunggu banyak waktu.
“Sachy...” Seseorang terlihat terkejut saat dia
membuka pintunya karena melihat Sachy berdiri di depannya dengan wajah yang
sangat dingin. Orang itu benar-benar bingung melihat Sachy datang ke rumahnya
di malam-malam seperti ini. Apakah..ada suatu hal yang terjadi? Tanya Orang itu
di dalam hatinya. Entah mengapa tiba-tiba dia merasa cemas.
“Bisa aku bertanya padamu?” Ujar Sachy tidak peduli
dengan wajah terkejut orang yang ada di depannya itu.
“Hmm..Bi..bisa..kamu..masuk dulu...” Ujar orang itu
lagi dengan nada ketakutan karena melihat tatapan Sachy yang seperti akan
membunuhnya, meskipun dia yakin itu tidak akan mungkin.
“Tidak usah! Aku hanya punya waktu sebentar.” Ujar
Sachy menolak. Orang itu tampak terpaku,
“waktu sebentar? Maksudnya?” Tanya orang itu tidak
mengerti.
Sachy tidak menjawab, dia justru mengeluarkan
sesuatu. Sebuah majalah. Sachy menyerahkan majalah tersebut kepada orang itu.
Orang itu menerima majalah dari Sachy namun sedetik kemudian wajahnya berubah
pucat. Dia tahu majalah apa ini.
“Katakan padaku, apa kamu yang telah membuat aku
melakukan itu?” Tanya Sachy dengan suara yang menakutkan. Orang itu terdiam.
Lidahnya tiba-tiba saja kaku, dia tidak bisa mengeluarkan suaranya.
“Jawab Nala!!” Tanpa sadar Sachy membentak. Nala
terkejut setengah mati. Dia menatap Sachy dengan air mata yang langsung
mengenak di pelupuk matanya.
“Sachy... aku...” Nala tidak bisa berbicara.
Tiba-tiba ada sesuatu yang mengunci bibirnya untuk berbicara..Nala tahu, itu
adalah air matanya! Karena entah mengapa air matanya sudah ingin keluar dan dia
menahannya sehingga tenggorokannya begitu sakit.
“Sudahlah! Aku sudah tahu.” Sachy memotong ucapan
Nala. “Aku tidak butuh penjelasanmu. Tapi yang jelas sebelum aku pergi.. aku
ingin mengucapkan, ‘terimakasih untuk semua yang udah kamu perbuat pada aku
Nala’. Terimakasih sudah membuat hidupku hancur seperti ini. Mengingatmu adalah
sesuatu.. yang sangat aku sesali seumur hidupku.” Sachy mengucapkan itu
kemudian langsung pergi. Nala pun hanya terpaku di tempatnya.
Dia sudah tidak
sanggup lagi membendung air matanya yang tiba-tiba saja sudah meluap begitu
derasnya membanjiri wajahnya. Nala tidak bisa melakukan apa-apa. Dia hanya
menatap kepergian Sachy dengan perasaan yang tercabik-cabik. Nala terjatuh..
dia tidak kuat lagi berdiri. Di peluknya majalah itu sambil terisak.
Di luar hujan masih mengguyur bumi dengan derasnya. Menemani
tangisan Nala dan jeritan hatinya.
Sachy telah
pergi...
***