Pasti udah pada tahu semua kan ini siapa?? Yup ! Dia adalah Ha Yeon Soo, artis Korea yang memerankan Min Se Yi di serial drama Korea berjudul Monstar. Cerpen aku kali ini terinspirasi banget dari sosok Min Se Yi.. wajahnya yang polos, penuh ketulusan, dan kehangatan membuatku ingin menulis cerita ini. Hehe sebelumnya mianhe jika aku mengambil beberapa scene dalam drama Monstar. Yang jelas aku tidak bermaksud mengubah drama Monstar sesuai dengan yang aku inginkan karena bagiku sendiri Monstar sudah begitu bagus dan spesial dengan ceritanya. ^^
*********************************************************************************
“Bukan untuk sembarang hati..
Aku katakan ini....”
Setiap orang pasti pernah merasakan jatuh cinta, tapi tidak semua orang merasakan cinta sepertiku. Setiap orang pasti bisa mengatakan “cinta” tapi tidak semua orang bisa memahami hakikat ‘cinta’ itu sendiri. Pengorbanan dan kesungguhan cinta yang tidak bisa aku temukan pada siapapun di dunia ini.
Adalah Akira, gadis yang mengajariku tentang arti cinta sebenarnya. Bukan lewat ucapan ia mengajariku tetapi lewat pengorbanan dan kesungguhannya. Ia memahami bahwa cinta tidak harus memiliki tapi cinta adalah sesuatu yang terbaik yang bisa kita berikan, apapun itu. Ya..sekali lagi, pengorbanan dan kesungguhan..
***
“Mau pesan apa?” Tanya seorang pelayan kepadaku yang saat itu baru pertama kali mengunjungi Caffe ini. Pelayan yang mengenakan seragam hitam dengan rok 15 cm di atas lutut itu membuatku sedikit..bengong.
“Mas?” Pelayan itu bertanya lagi, membangunkanku dari imajinasi alamiah laki-laki-ku.
“Ehmm..” Aku mengambil buku menu dan mulai mencari kira-kira apa yang bisa aku pesan, “Roti Bakar Spesial dan Cappucino.” Ucapku pada pelayan itu yang langsung menuliskannya di buku kecilnya.
“Oke. Tunggu 15 menit yah mas?” Ucapnya sebelum dia pergi dengan menggoyang-goyangkan pantatnya. Aku hanya bisa memandang sambil menggeleng, “Astagfirullah...”
Aku mengamati Caffe ini yang sebelumnya belum pernah aku kunjungi. Suasananya begitu tenang meskipun ramai pengunjung, arsitektur bangunannya seperti lorong-lorong di bawah tanah membuatku langsung nyaman berada di tempat ini.
Oyah, ternyata di Caffe ini juga ada pertunjukkan musiknya. Seorang penyanyi wanita dengan suara merdunya menyanyikan sebuah lagu yang menemani pengunjung-pengunjung disini. Perfect...Aku merasa tempat ini adalah tempat yang selama ini aku cari. Yah! Aku memang sedang mencari tempat yang bisa membuat aku lupa untuk sementara terhadap semua masalahku, kegalauanku, dan semua perasaanku yang berantakan karena gadis yang aku cintai...
***
Aku sudah berjanji akan datang ke Caffe ini lagi. Dan sekarang aku menepati janjiku.
“Roti bakar spesial dan Cappucino.” Ucapku pada pelayan sebelum pelayan itu bertanya. Pelayan itu sekilas menatapku aneh sebelum dia menulis pesananku dan kemudian pergi sembari tidak lupa mengatakan, “Oke. Tunggu 15 menit yah mas?”
Sembari menunggu pesananku datang, aku merilekskan pikiranku dengan mendengarkan suara merdu penyanyi Caffe itu.
“I have died every day waiting for you..
Darling dont be afraid I have love you
For thousand years..I love you for thousand more,..”
Penyanyi itu sedang menyanyikan sebuah lagu Christina Perry yang berjudul I love you for thousand years, kebetulan aku juga menyukainya.
Saat aku sedang menikmati fasilitas gratis Caffe itu, tiba-tiba saja seorang laki-laki berdiri dan berteriak, “Hentikan suara jelekmu itu! Telingaku sakit mendengarnya!.” Sontak seluruh pengunjung menatap penyanyi itu, dan aku bisa melihat mata penyanyi itu berkaca-kaca.
Hal yang sama sekali tidak aku sadari dan tanpa aku rencanakan sebelumnya, aku berdiri dan langsung berkata, “Hei bung! Jaga ucapanmu! Suara gadis itu bagus kok! Jangan karena suasana hatimu yang tidak enak saja, kau menganggu orang lain. Kami disini sedang menikmatinya tahu!.”
“Iya betul! Betul!” Semua pengunjung ternyata setuju dengan ucapanku. Laki-laki itu menatap geram ke arahku, tapi aku tidak mempedulikannya. Aku menatap penyanyi itu sekilas, dan ternyata penyanyi itu juga sedang menatapku.
Aku tersenyum kecil ke arahnya sembari memberikan isyarat untuknya melanjutkan nyanyiannya dan dia membalas senyumanku sembari mengangguk.
Tidak berapa lama, aku kembali menikmati suaranya. Aku memejamkan mataku saking terlenanya, dan percaya atau tidak aku langsung melupakan semua masalahku. Rasanya begitu tenang dan damai. Tapi sayangnya itu tidak lama, karena..
“Mas? Mas? Ini pesanannya..”
***
Kejadian itulah yang membuatku mengenal gadis itu. Gadis yang bernama Akira. Setiap aku datang ke Caffe itu, dia selalu menyambutku dengan senyuman manisnya. Kadang jika dia selesai manggung, dia akan mendatangi mejaku lalu kita berbincang-bincang sampai lupa waktu.
Seiring waktu lama-lama kita menjadi teman dekat. Dia adalah teman yang asyik untuk mengobrol, bertukar pikiran, bahkan curhat. Tidak jarang aku menceritakan permasalahanku dengan pacarku padanya. Dan tahu tidak, jika aku meminta solusi padanya tentang masalah percintaanku itu, dia selalu menjawab.. “Udah putus ajah deh”, dan aku hanya bisa menjitak kepalanya mendengar ucapannya yang dengan mudahnya mengatakan itu.
“Hei! Ini kepala! Bukan kelapa! Jangan asal sembarangan jitakin dong!” Ucapnya dengan marah. Aku tertawa melihat ekspresi marahnya.
“Habis..kamu kaya tanpa dosa banget sih ngomong itu.”
“Emang dosa yah kalau aku ngomong kaya gitu? Kamu selalu cerita padaku kalau cewek kamu itu egois, gak perhatian, cuma bisa nyakitin perasaan kamu doang. Jadi salah yah..kalau aku kasih kamu solusi itu? Bagiku itu solusi terbaik..” Ucapnya masih keukeh dengan pendapatnya. Aku terdiam mendengar ucapannya barusan. Memang, aku akui kalau itu solusi terbaik. Siapapun orang akan mengatakan hal yang sama jika aku menceritakan permasalahanku dengan pacarku.
“Sayangnya aku udah terlanjur cinta mati sama dia. Jadi susah buatku kehilangan dia.” Aku mengucapkan itu langsung keluar dari dalam hatiku. Gantian Akira yang terdiam.
“Tapi..” Akira kembali mengeluarkan suaranya, “Jika harus selalu disakiti, apakah kamu terima?” Tanyanya bingung.
“Jangankan disakiti, bahkan jika harus mati demi dia aku rela.” Jawabku dengan yakin. Aku melihat Akira menelan ludahnya, sepertinya dia begitu terkejut mendengar ucapanku barusan. Dia meminum secangkir cappucinonya kemudian tidak mengatakan apa-apa lagi.
***
Hari itu benar-benar hari yang buruk buatku. Aku bertengkar lagi dengan pacarku dan itu membuatku benar-benar kacau. Aku langsung melarikan diri ke Caffe ini berharap secangkir cappucino bisa meluapkan kekesalanku.
“Masalah lagi?” Tanya Akira saat mendatangi mejaku sehabis manggungnya. Aku menatap Akira sekilas, sebenarnya aku tidak ingin orang lain tahu apa yang sedang aku alami. Apalagi jika itu berkaitan dengan cewek, pantang bagi laki-laki untuk menunjukkan kelemahannya karena seorang perempuan.
“Udah aku bilang..putus aja. Mau sampai kapan sih kamu bertahan?” Ucap Akira seperti biasanya.
“Akira..” Aku memohon pada Akira untuk tidak mengatakan apa-apa lagi, karena saat ini hanya waktu yang bisa menenangkanku.
“Ayolah! Masih banyak di luar sana cewek yang lebih baik dari pada cewek kamu itu. Buat apa kamu mencintai seseorang yang tidak bisa mencintai kamu?” Ucap Akira tidak mempedulikan permintaanku.
“Akira!” Tanpa sadar aku berteriak. Akira yang belum siap dengan teriakanku hanya bisa terkejut. “Maaf..Aku hanya ingin sendi..”
“Aku mencintaimu.” Belum sempat aku selesai dengan ucapanku, Akira sudah memotongnya. Gantian aku yang terkejut.
“Aku..sangat mencintaimu.” Ujar Akira lagi mengulang ucapannya seolah meyakinkanku bahwa aku mendengarnya dengan nyata bukan mimpi. Akira menatapku dengan tatapan yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Tatapan yang mengatakan bahwa ini:‘adalah perasaan dia yang sebenarnya’. Aku menelan ludahku melihat semua itu.
“Aku ingin kamu tahu kalau hati aku sakit melihatmu terluka. Andaikan saja kamu memberiku kesempatan untuk meyakinkanmu tentang tulusnya cinta aku..” Ucap Akira dengan menangis. Aku menatap Akira tidak percaya. “Akira...”
Akira menghapus air matanya kemudian berdiri. Dia tersenyum padaku meskipun aku tahu itu bukan senyuman kebahagian, “Aku pergi. Sampai jumpa.” Dan setelah itu Akira meninggalkanku yang saat itu masih tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi.
***
“Bergetar hati ini..
Saat mengingat dirimu..
Mungkin saja diri ini tak terlihat olehmu..
Aku pahami itu..
Bagaimana caranya agar kamu tahu bahwa..
Kau lebih dari indah di dalam hati ini
Lewat lagu ini ku ingin kamu mengerti
Aku sayang kamu..
Ku ingin bersamamu..”
(Nikita Willy _Lebih dari Indah_)
Hari berjalan seperti biasanya. Aku mendatangi Caffe ini dan memesan secangkir cappucino seperti biasanya dan Akira.. dia bernyanyi dengan suara merdunya seperti biasanya.
Setelah pengakuan di hari itu, aku menyadari bahwa ada pemisah di antara pertemanan aku dan Akira. Meskipun tidak mengubah senyumnya, dan tatapannya yang hangat tapi aku tahu Akira sedang menjaga jarak denganku. Aku tidak lagi menceritakan masalah percintaanku dengannya dan dia tidak lagi mengucapkan.. “Udah putus ajah deh” kepadaku.
Dan entah benar atau tidak.. Akira sepertinya sedang melupakan rasa cintanya padaku.
“Hi..” Sapanya masih dengan senyum manisnya. Aku menengadahkan wajahku dan membalas senyumannya.
“Sorry aku ada janji..sampai jumpa besok, oke?” Ucapnya sambil sekilas melambaikan tangannya dan..berlalu. Aku memandangi cangkir yang berisi minuman cappucino kesukaanku dengan..hampa. Aku merasakan seperti ada yang hilang di dalam hidupku tapi aku tidak tahu apa.
“Akira..!” Dan tanpa sadar aku sudah memanggil gadis itu. Gadis itu menoleh sambil mengerutkan keningnya.
“Maukah kau berada disini..untuk menemaniku?” Ucapku tanpa aku sadari sepenuhnya. Akira masih berdiri di tempatnya dan semakin mengerutkan keningnya.
“Jangan pergi!. Aku membutuhkanmu!.” Aku melanjutkan lagi ucapanku. Dan saat itu Akira mengerti maksud ucapanku.
***
Aku berpacaran dengan Akira dan itu berarti..aku mendua. Akira benar-benar berusaha membuktikan padaku bahwa dia yang terbaik dan dia benar-benar tulus mencintaku. Aku hargai tiap sudut usahanya dan aku juga ingin membalas semua yang ia berikan padaku. Termasuk cinta..
“Cinta adalah misteri dalam Hidup..
Yang tak pernah ku tahu akhirnya..
Namun tak seperti cintaku pada dirimu..
Yang harus tergenapi dalam kisah hidupku..
Ku ingin selamanya mencintai dirimu
Sampai saat ku akan menutup mata dan hidupku
Ku ingin selamanya ada di sampingmu
Menyayangi dirimu sampai waktu kan memanggilku..”
(Ungu_ Ku ingin Selamanya_)
Akira menyanyikan lagu itu dengan sepenuh hatinya. Akira menatapku seolah dia menyanyikan lagu itu khusus untukku. Aku pun membalas tatapannya. Saat itu.. Akira benar-benar cantik di mataku.
***
Aku menyadari bahwa hidup memang selalu ada masalah. Termasuk masalah cinta. Karena aku telah membuat api di dalam cintaku, mau tidak mau aku harus siap menghadapi resiko yang telah aku perbuat.
Hari itu pacar pertamaku memergoki aku dengan Akira. Suatu hal yang tidak pernah aku duga sebelumnya bahwa dia akan datang ke Caffe ini. Dia memarahiku seperti gadis pada umumnya yang memarahi pacarnya saat ketahuan selingkuh. Aku berusaha untuk menghadapi semuanya dan termasuk memilih diantara 2 gadis itu.
Meskipun aku tidak mengatakannya, tapi dengan tanganku yang menggenggam tangan Akira
itu sudah menandakan bahwa aku.. memilih Akira. Akira menatapku sambil menangis..mungkin dia benar-benar bahagia. Dan aku harus rela saat cinta pertamaku itu akhirnya pergi...
Aku menduga bahwa untuk hari esok sudah tidak ada lagi cinta pertamaku itu di dalam hidupku. Posisi itu kini sudah tergantikan dengan seorang gadis bernama Akira. Tetapi.. aku harus mengakui bahwa suatu hal yang tidak bisa aku kendalikan adalah perasaanku sendiri.
Yang pertama menyadari tentang perasaanku itu adalah Akira. Dia langsung menyadarinya saat tanpa sadar aku terus memanggil namanya dengan nama cinta pertamaku itu.
***
“Aku cinta mati padamu
Tak akan sanggup aku tanpamu
Bahagiamu itu bahagiaku
Dan setiap air matamu itulah juga kesedihanku”
Aku benar-benar terkejut saat melihat cinta pertamaku datang menemuiku di Caffe lalu langsung memelukku sambil menangis.
Akira melihat kejadian itu tapi seolah tidak mempedulikannya. Dia terus melanjutkan nyanyiannya membuatku bingung setengah mati.
“Aku sudah tahu semuanya. Akira sudah mengatakan semuanya padaku bahwa kamu..benar-benar mencintaiku.” Ucap Tiara menjawab semua kebingunganku. Aku menatap Tiara tidak mengerti, kini pertanyaanku : “Apa yang Akira ucapkan ?”
“Akira mengatakan bahwa kamu hanya mencintaiku. Kamu benar-benar tulus mencintaiku. Maafkan aku yang tidak menyadari itu sebelumnya. Aku..akan perbaiki semuanya. Aku janji.” Tiara memegang tanganku seolah meyakinkan padaku bahwa tidak akan terjadi lagi semua masalah dan pertengkaran yang selama ini sudah membuat aku menderita.
“Aku...cinta kamu.” Ucap Tiara membuat jantungku meremas.
“Aku cinta mati padamu
Jangan pernah meragukanku
Terlalu dalam cintaku ini
Mungkin aku bisa mati
Bila harus kehilangan dirimu..”
Aku menatap Akira dengan perasaan yang sulit aku ucapkan. Akira bernyanyi sambil memandangiku. Dan seperti merestuiku dia tersenyum ke arahku dengan tulus.
Tanpa sadar aku menitikkan air mata. Melihatku menangis Tiara ikut-ikutan menangis. Aku menghapus air mata Tiara dan tersenyum padanya, “Aku juga mencintaimu.”
“Bukan untuk sembarang hati..
Aku katakan ini..
Sungguh aku cinta kamu
Bukan untuk sembarang hati
Hingga nafas berhenti
Aku rela terlelah untukmu”
(SHE_ Bukan untuk sembarang hati_)
Saat itu Akira mengajariku bahwa cinta adalah memberikan apa yang kita punya untuk orang yang kita cintai, termasuk kebahagian...Karena cinta tersenyum saat orang yang kita cintai bahagia dan menangis saat orang yang kita cintai bersedih..
Dengan itulah sebenarnya kita mencintainya..
***
Special Thanks To My God, Allah Yang Maha Esa atas inspirasi yang diberikanNya padaku
dan Monstar. :)
0 komentar on "Cappucino Lover"
Posting Komentar