Dua tahun yang lalu...Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan! Hari yang paling dinantikan sekaligus menegangkan bagi seluruh pelajar SMA di Negara Indonesia. Semua pasti berharap kata "lulus" yang terlihat di balik amplop, namun ada beberapa yang harus menerima takdir yang berkata lain untuknya, tapi bukankah selalu ada hikmah di balik setiap musibah dan cobaan? :-)Hal yang sama juga dirasakan oleh Adis saat itu, dia terlihat sangat gugup. Ada keringat dingin keluar dari dahinya. Dia terus meremas jari-jarinya, hal yang biasa ia lakukan saat kondisinya sedang gugup, cemas, dan takut.Tiba-tiba ada seseorang mengambil tangannya dan menggenggamnya dengan lembut. Adis terkesiap, dia melihat orang yang menggengam tangannya itu dan ia langsung terkesima saat ia melihat Dema dengan senyum lembutnya mencoba menenangkan dirinya. Seolah Dema berkata pada dirinya bahwa semua pasti akan berjalan dengan baik-baik saja. Saat itu Adis merasakan dirinya langsung tenang dan entah mengapa dia percaya pada Dema.Dema seperti sebelah sepatu untuknya. Dia selalu ada kapanpun ia butuhkan dan selalu menemaninya kemanapun ia berjalan. Dema yang tidak keberatan jika dirinya disebut "kacungnya Adis". Dia selalu membuat Adis nyaman berada disisinya. Saat Adis sedih, Dema siap menghiburnya sampai Adis tidak sedih lagi. Saat Adis sedang marah, Dema siap menjadi tempat pelampiasan kemarahan Adis sampai perasaan marah Adis hilang. Dema selalu menjadi tempat curahan hati Adis dan dia selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk Adis..."Dem, aku pengin coklat panas..." Pinta Adis tiba-tiba. Dema yang tahu kebiasaan Adis ini tanpa ragu-ragu segera menyetujui permintaan Adis padahal sebentar lagi hasil kelulusan akan segera diumumkan. Dia sudah berjanji akan menuruti semua permintaan Adis karena Adis lah yang telah membantunya saat ia terpuruk dulu, dia tidak akan membiarkan Adis sedih karena baginya Adis adalah satu-satunya harta berharga yang ia punya.Setelah Dema kembali dari Lover Chocholate Caffe untuk membeli coklat panas pesanan Adis, rupanya Adis sudah tidak ada di tempatnya semula. Dema langsung pergi mencarinya namun dia tidak menemukan Adis dimanapun. Dema mulai kawatir apalagi dia tahu bahwa hasil kelulusan sudah diumumkan dan dia melihat ada beberapa siswa yang menjerit dan menangis histeris karena mereka tidak lulus. Dema sekarang sudah tidak peduli dengan dirinya sendiri apakah ia lulus atau tidak karena yang dipikirannya hanyalah Adis.Lalu tiba-tiba terlintas dipikiran Dema ruang laboratorium yang terletak di lantai 3 gedung sekolah. Tempat dimana dulu ia berniat untuk bunuh diri namun digagalkan oleh Adis dengan cara melemparkan sepatu ke arah kepalanya dan langsung membuat ia pingsan seketika itu juga.Meskipun ada keraguan dalam hati Dema bahwa Adis sedang berada di tempat itu namun Dema tetap memutuskan akan mencoba melihat ke tempat itu. Siapa tahu saja keraguannya itu ternyata salah..Dan rupanya memang salah! Karena Adis memang benar ada di tempat itu. Sedang meringkuk di tangga. Ada isakan tangis yang terdengar menyayat hati. Dema terpaku di tempatnya. Dia langsung menjatuhkan gelas plastik yang berisi coklat panas itu dan dengan wajah syoknya ia berlari mendekati Adis. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang, dia benar-benar tidak ingin melihat Adis sedih apalagi menangis sampai seperti ini. Dema bingung harus melakukan apa. Wajahnya berubah jadi pucat dan dia benar-benar takut sekarang.Dengan tangan gemetar, Dema mencoba untuk memegang tangan Adis. Berharap dia bisa menenangkan hati Adis dan membuat gadis itu berhenti menangis. Hatinya benar-benar sakit sekarang, ada air mata yang mengenang di pelupuk matanya. Andai bisa kesedihan itu diberikan padanya, maka ia siap menerima semua kesedihan itu sekarang juga.Adis justru semakin mengencangkan tangisannya dan itu membuat Dema hampir mati kaku. Saat Dema hendak membasuh air mata Adis, tiba-tiba..."BAAAA!!!" Adis menjerit tepat di depan wajah Dema. Mengkagetkan Dema dengan wajah ceria tanpa merasa berdosa sama sekali. Dengan polosnya Adis tertawa terpingkal-pingkal melihat wajah pias Dema yang sangat terkejut. Adis senang karena niatannya untuk mengkerjai Dema berhasil 100%.Dema menatap Adis dengan pandangan yang memiliki banyak arti. Ada kebahagian, lega, heran, dan sedikit rasa kesal. Andai saja Adis tahu jantungnya hampir loncat keluar karena dia mengira sedang terjadi hal buruk yang menimpa Adis."Hei...aku lulus!" Teriak Adis girang sambil memamerkan kertas amplop kelulusan tepat di depan wajah Dema. Seharusnya Dema marah karena Adis mengkerjainya dan tanpa perasaan bersalah tertawa terpingkal-pingkal melihat wajahnya yang mungkin terlihat sangat bodoh di depan Adis. Tapi entah kenapa perasaan marahnya tiba-tiba hilang begitu saja saat melihat senyum Adis.Demapun akhirnya ikut tersenyum, "Bukankah sudah ku katakan semua akan baik-baik saja." Ucap Dema dengan lembut."Percayalah padaku Adis." Lanjut Dema lagi yang terdengar dari nadanya bahwa ia benar-benar sedang bersungguh. Saat itu Adis hanya menganggap bahwa itu adalah ucapan biasa dan diapun hanya mengangguk."Dan jika aku berkata bahwa aku akan menjagamu, kau juga harus percaya itu." Ucap Dema dengan serius. Adis sempat terkejut dengan ucapan Dema barusan, bingung harus bertingkah apa, akhirnya Adis hanya meringis sambil menunjukkan deretan giginya persis seperti anak kecil.***"Itu..." Adis tampak salah tingkah mendengar ucapan Joo barusan. Bukan karena ia baru mengetahuinya, justru ia sudah tahu lama bahwa Dema menyukainya tapi dia masih belum mau membuka hatinya untuk mencintai seseorang yang berstatus sebagai kekasih, dia hanya ingin semua itu berjalan apa adanya seperti air mengalir. Biarkan cinta itu menyapanya terlebih dahulu."Oyah..kenapa Dema tidak datang hari ini? " Tanya Adis mengalihkan pembicaraan. "Yang datang justru orang aneh yang tidak dikenal yang entah darimana asal-usulnya tiba-tiba berbicara banyak tentangku dan yang parahnya adalah, orang itu berkata tahu semuanya tentangku! Ooouuch! " Adis menggerutu pada dirinya sendiri sambil memajukan bibirnya, seolah ia sedang meratapi nasibnya hari ini yang tidak beruntung karena bertemu dengan orang aneh yang bukan lain adalah Joo.Joo pun tidak tersinggung dengan sindiran Adis, dia hanya tersenyum dan kembali menyeruput secangkir coklat panasnya yang sebenarnya sudah tidak panas lagi."Sudah aku katakan Dema masih di Amerika sekarang. Oyah.. mengenai aku yang datang tiba-tiba dan seenaknya berbicara banyak tentangmu seolah aku ikut campur dengan kehidupanmu dan mengungkit masa lalumu, aku minta maaf yang sebesar-besarnya." Joo tulus meminta maaf pada Adis. Adis hanya menjawab dengan senyum kecil yang tersungging di bibirnya."Tapi perlu kamu tahu, aku datang kesini bukan tanpa maksud apa-apa." Tiba-tiba nada Joo berubah menjadi serius, tatapan Joo tiba-tiba berubah menjadi tajam. "Sudah aku katakan di awal bukan bahwa kita memang mempunyai janji untuk bertemu? Sebenarnya aku ingin mengatakan...""STOP! Tunggu dulu..." Tiba-tiba Adis memotong ucapan Joo, sepertinya ada ucapan Joo yang tidak bisa ia terima begitu saja. Adis tampak tidak setuju dan dia dengan kening yang berkerut menatap Joo dengan heran, "Untuk ucapan maafnya aku masih bisa mengerti, tapi untuk yang selanjutnya aku sama sekali tidak bisa mengerti. Kau bilang apa tadi? Kita janjian?" Wajah Adis benar-benar menunjukkan ekspresi heran sekarang dan dia benar-benar sulit untuk mempercayainya. Sepertinya Adis ingin mengatakan bahwa ia benar-benar bertemu orang aneh yang sedang mengigau. Adis rasa sudah saatnya ia pulang dan lagian coklat panasnya sudah habis sedari tadi."Iya! Kita memang janjian Adis dan perlu kamu tahu selama ini..." Joo mengatur sedikit nafasnya yang tiba-tiba memburu tidak beraturan, dia tahu gadis ini pasti tidak akan mempercayainya tapi ini kewajibannya, setidaknya dia menganggap ini adalah sebuah keharusan baginya untuk mengatakan yang sebenarnya. "akulah yang mengirim dan membalas pesanmu" Ucap Joo akhirnya. Sedikit demi sedikit Joo akan membuka cerita yang sebenarnya kepada Adis, ini baru awal, Joo tidak ingin untuk selanjutnya lebih berat dari ini, meskipun Joo tahu untuk selanjutnya pasti lebih sulit bahkan dia tidah tahu mampukah ia mengatakannya.Mata Adis melebar mendengar pengakuan Joo. Mulutnya pun ikut terbuka menandakan bahwa ia sedang berada di puncak keterkejutannya."OH GOD... !" Butuh waktu beberapa detik untuk akhirnya Adis mengucapkan kata itu. Dan seolah itu sebagai kata penutup untuk perbincangannya dengan Joo, Adis segera berdiri sembari membawa tasnya. Baginya cukup sampai disini saja pertemuannya dengan laki-laki itu.Tapi saat Adis baru melangkah sejauh 3 langkahan kakinya, Joo langsung berkata dengan suara yang cukup keras, "2 Minggu yang lalu, kamu ulang tahun dan pada hari itu kamu mendapatkan sebuah kado istimewa dari Ayahmu berupa kalung berlian, 3 hari kemudian temanmu yang bernama Anjas menembakmu, pada saat itu kamu meminta saran dariku dan aku menjawab 'coba tanyakan pada hatimu sendiri, karena hanya kamu yang mengetahui perasaan kamu yang sebenarnya', lalu ada kejadian seorang temanmu yang menghiyanatimu, kalau enggak salah namanya Tara, hal itu membuatmu sangat marah bahkan kamu melampiaskan kemarahanmu dengan cara mengatakan hal-hal kasar padaku seolah aku adalah Tara, seminggu yang lalu kamu sakit, apakah sekarang sudah sembuh? Ada banyak hal yang kamu ceritakan padaku, saat kau menangis karena terkena bola yang sedang di tendang anak kecil, kamu yang nyasar saat belanja ke pasar, kamu yang penasaran dengan sate kelinci, kamu yang jalan-jalan ke Mall, kamu yang selalu marah jika pesanmu tidak di balas maksimal setelah 3 jam, jika itu terjadi maka kau akan mengirimkan pesan yang berbunyi : 'MENYEBALKAN! MENYEBALKAN! MENYEBALKAN!' " Joo mengatakan itu reflek dari pikirannya, dia mencoba mengeluarkan semua yang dia ingat untuk dijadikan sebagai bukti bahwa ia tidak berbohong.Mendengar cerita Joo barusan, Adis langsung mematung di tempatnya. Dia terpaku sehingga rasanya dia berubah menjadi patung. Adis tidak dapat berkata apa-apa lagi, bahkan dia seperti tidak punya pilihan sekarang. Apa yang Joo ucapkan adalah sebuah kejujuran. Lalu kenapa harus seperti itu? Dimana Dema?"Apa kau pikir, aku langsung percaya begitu saja? Bagaimana jika kau sudah membaca semua pesan-pesan itu? Atau kau mencuri pesan Dema tanpa Dema tahu?""Apa?!" Gantian Joo yang terkejut."Selama aku tidak bisa menerima alasanmu, aku tidak akan pernah percaya." Ujar Adis lagi."Maka dari itu dengarlah cerita dariku, maka kau akan menemukan semua alasanku." Balas Joo dengan nada yang menunjukkan bahwa ia sedang gemas sekarang. Dia sudah tahu Adis bukanlah seorang gadis yang mudah dihadapi, setahu dia yang mampu bertahan menghadapi keras kepala seorang Adis hanyalah Dema."Baik! Mulailah bercerita..dimulai dari pertanyaan kenapa kau bisa tahu semua isi pesanku?" Tanya Adis lagi yang masih berusaha mempertahankan dirinya agar tidak percaya, kini dia sudah kembali duduk di kursinya. Dia tidak akan bisa pulang sebelum menyelesaikan urusannya dengan laki-laki ini.Joo tampak berusaha menahan kekesalannya, dia menarik rambutnya demi menahan kemarahannya dan tetap bersabar. "Sudah aku katakan Adis! Aku lah yang mengirim dan membalas pesanmu!" Ujar Joo yang menahan nada suaranya agar tidak berteriak meskipun rasanya dia ingin sekali berteriak."Oke! Lalu kenapa kamu yang mengirim dan membalas pesanku? Kemana Dema? Kenapa dia tidak mau membalas pesanku?" Suara Adis sedikit meninggi, suasana yang sudah panas semakin panas. Adis tampak berapi-api, tidak ada tekadnya untuk mengalah sedikitpun."Karena Dema sakit!!" Jawab Joo dengan berteriak. Ya! Akhirnya Joo tidak bisa menahan kesabarannya. Tanpa sadar dia sudah menumpahkan semua perasaannya, dan Adis yang belum siap menerimanya terlihat sekali bahwa ia sangat shock mendengarnya. Melihat wajah pias Adis yang tiba-tiba terlihat seperti orang bodoh, Joo tampak menyesal telah mengucapkannya dengan berteriak."Adis.. Dema sakit di Amerika" Joo mencoba mengulangi kata-kata itu lagi kali ini dengan suara yang lembut namun terdengar sangat menyesakkan.***
1 komentar on "Lover Chocholate Caffe Part 2"
Seru sakura, kren deh gmn kelanjitan dai dema? Apakah dema sembuh or masih sakit. Gimn jg akhir ceritanya . Bikin penasaran nih ma para pembaca??? :-D
Posting Komentar