Selasa, 04 Juni 2013

Lover Chocholate Caffe Part 1

di 01.42

"CUKUP!!" Seseorang berteriak dengan kencangnya. Tanpa peduli sedang dimanakah 
dia atau orang-orang yang terkejut karena teriakannya, dan dia masih saja tidak peduli meskipun sekarang orang-orang itu sedang menatapnya dengan tajam.
"HEI!! Aku berada disini tidak untuk bertemu dengan anda. Dimana Dema? Aku yakin dia pasti merencanakan sesuatu yang buruk untukku! Iya kan?" Masih dengan intonasi yang tinggi, orang itu terlihat sekali sedang kesal. Wajahnya yang putih bersih tanpa blush on, kini terlihat merona merah.Lawan bicaranya malah tertawa melihat ekspresi orang yang sedang marah ini.
"Hei! Ini bukan sesuatu yang patut untuk di tertawakan! Aku kesini hanya untuk 
bertemu dengan Dema dan aku hanya buat janji dengan Dema bukan dengan orang aneh sepertimu!"
"Tidak! Tidak! " Orang yang dibilang "aneh" itu menggeleng tidak setuju. "Kau membuat janji denganku. Tempat Lover Chocholate Caffe, pukul 10 pagi, kau memakai sweeter coklat dan aku memakai kemeja hitam." Lanjut orang itu dengan penuh kepercayaan diri.Orang yang tidak lain adalah seorang gadis itu tersentak tidak percaya. Matanya membulat saking terkejutnya. "Jadi Dema...memberitahukan pesanku padamu?" 
Dia sangat terkejut mendengar orang itu berkata persis sekali dengan pesan yang dia 
kirim ke Dema kemarin malam.
Orang itu tersenyum misterius, dia menyeruput coklat panasnya sebelum dia menjawab pertanyaan gadis ini. "Tidak. Kita memang membuat janji untuk bertemu dan aku ingin sekali berbincang-bincang denganmu, bolehkah?" Orang itu meminta dengan wajah penuh harap.
"TIDAK! " gadis itu langsung menolak mentah-mentah. Wajahnya semakin memerah. "Ini benar-benar..." Kemarahannya sudah di atas ubun-ubun, "OH MY GOD!” Dema sudah benar-benar keterlaluan! Beraninya dia mengkerjaiku!" gadis itu berdiri hendak pergi.
"Kau mau kemana?" Tanya orang itu dengan heran.
"Aku mau pergi menemui Dema." Kata gadis itu dengan singkat. Dan dia sudah hampir berlalu, namun orang itu langsung berteriak. "Dema tidak ada disini." Ada jeda beberapa detik sebelum akhirnya dia melanjutkan lagi ucapannya dengan nada yang tiba-tiba melemah, "Dia masih ada di Amerika."
Gadis itu menghentikan langkahnya. Tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar, dia merasa ini adalah bad day untuknya. Gadis itu memutar bola matanya dan tanpa pikir panjang ia langsung menjawab, "akan aku suruh dia pulang sekarang juga" Setelah mengatakan itu, gadis itu langsung pergi dan berlalu tanpa ada lagi keinginan untuk kembali ke tempat ini lagi. Lover Chocholate Caffe tidak membuat suasana bahagia seperti biasanya.
***
Deffinda Adis Arista sedang berjalan dengan terburu-buru. Sepertinya ia sedang mengejar waktu dan itu bukanlah hal yang mudah karena ia harus sampai di bandara setidaknya untuk 15 menit lagi. Karena menurut informasi yang ia dapat dari temannya pesawat yang datang dari Amerika sudah take-off sekitar 5 menit yang lalu. Maksimal butuh waktu 15 menit jika dia ingin menjemput seseorang yang tidak meminta untuk di jemput sebelumnya. Jika dia terlambat sedikitpun sudah dipastikan targetnya sudah berhasil lolos dan dia sama sekali tidak mendapatkan apa-apa.
Setelah sampai di Bandara dia langsung memakirkan mobilnya dengan asalan. Dia tidak peduli jika nanti dia akan kena semprot kemarahan dari petugas parkir atau petugas keamanan. Diapun segera berlari dengan kencang memasuki Bandara sembari mengedarkan pandangannya mencari target yang dicarinya. Dia juga memegang HPnya sambil terus menghubungi nomor targetnya.
NIHIL. Semuanya Nihil, dia tidak menemukan targetnya di Bandara dan dia juga tidak dapat terhubung lewat telepon karena selalu yang menjawab adalah operator yang mengatakan nomor tersebut sudah tidak aktif lagi. Akhirnya dia menyerah, takdir mengatakan dia tidak menemukan manusia itu dan dia harus kembali dengan tangan kosong.
Saat pikiran sedang kacau balau seperti ini, suasana hatinya benar-benar bad mood yang terlintas di benaknya adalah Lover Chocholate Caffe. Secangkir coklat panasnya itu akan mencairkan suasana hatinya yang sedang keras ini.
Tanpa pikir panjang ia membelokkan arah tujuannya ke tempat bernama Lover Chocholate Caffe.. dia menarik ucapannya tadi, Oh..tidak!! dia tidak bisa hidup tanpa secangkir coklat panas buatan Lover Chocholate Caffe...benar-benar tidak bisa..
***
"Sudah ku duga kau akan kembali lagi kesini". Seseorang berkata tepat di belakang Adis, membuat gadis itu tersentak dan menoleh ke belakang.
"Kamu?!!" Mata Adis membulat karena ia terkejut mendapati laki-laki menyebalkan itu masih ada disini, di Lover Chocholate Caffe...
"Kenapa kamu masih ada disini?" Tanya Adis tidak percaya, "Apa kau membuntutiku?" Adis setengah melotot.
Laki-laki itu tertawa sambil menarik kursi untuk duduk di depan Adis tapi Adis buru-buru memasang wajah tidak suka jika laki-laki itu melakukan niatnya.Laki-laki itu tidak peduli dengan wajah cemberut Adis, dia tetap melakukan niatnya. "Aku tidak membuntuti dirimu. Aku tahu kau pasti akan kembali kesini karena sudah menjadi kebiasaanmu jika kau sedang suntuk, sedih, galau, marah kau akan pergi ke Caffe ini dan memesan secangkir coklat panas agar otakmu kembali tenang dan suasana hatimu kembali membaik." Ujar laki-laki itu seolah dia sudah mengenal Adis lama.
"Wah..hebat sekali dirimu semua ucapanmu benar" Ujar Adis yang sama sekali tidak merasa tersanjung ataupun menunjukkan wajah takjub.
"Itu belum seberapa.." Laki-laki itu tersenyum bangga, "Bahkan aku tahu asal-muasalnya kau menyukai tempat ini"
***
Lima tahun yang lalu..
laki-laki itu masih tidak mau beranjak dari tempatnya. Sudah lama ia meringkuk di tangga itu. Sesekali terdengar suara isakan tangisannya yang sungguh menyayat hati. Dirinya sedang diliputi duka dan kesedihan yang amat dalam. Rasanya dia tidak sanggup untuk berdiri lagi. Jika ia bisa untuk meminta, maka matilah yang ia inginkan kalau bisa sekarang juga.
Dia tidak mau lagi menatap dunia dan indahnya mentari. Tuhan sudah mengambil semua keindahan dunia juga hangatnya mentari untuk dirinya. Hidupnya kini seperti awan kelabu...
Tiba-tiba laki-laki itu berdiri, ada helaan nafas yang amat panjang yang keluar dari hatinya yang sedang ditindih beban yang sangat berat. Ingin rasanya ia akhiri sekarang, kesakitan dan penderitaan ini cukup sampai disini saja..
"STOP!" Ada seseorang berteriak di belakangnya membuat laki-laki itu terkejut bukan main. Tahu bahwa dia sudah ketahuan akan bunuh diri, laki-laki itu langsung bertindak dengan cepat, dia tidak ingin di halangi oleh siapapun.
Namun tiba-tiba "PLETAK!" sebuah benda mendarat tepat di belakang kepalanya, dan tanpa menunggu waktu yang lama laki-laki itupun terjatuh. Bukan di atas tanah yang ia harapkan melainkan di dekat kaki seseorang yang tadi melemparkan sepatu ke arahnya dengan sangat tepat.
***
" Akhirnya kau pun menyelamatkan laki-laki itu dan berhasil menyadarkannya bahwa tindakan yang ingin dia lakukan itu adalah tindakan yang sangat salah. Sebagai ucapan terimakasih laki-laki itu padamu, ia mengajakmu ke tempat ini. Dan saat itu juga kamu pun langsung menyukai tempat ini dan jatuh cinta pada coklat panasnya" Ujar laki-laki itu mengakhiri ceritanya dengan senyum kepuasan yang sangat lebar.
Kali ini Adis merasa takjub tapi bukan karena cerita laki-laki itu melainkan karena..
"Hebat! Dema benar-benar telah bercerita banyak padamu, benarkan?" Ujar Adis diselingi dengan sebuah aplous yang ditunjukkan untuk Dema.
Laki-laki itu menatap Adis dengan lembut, "Dia telah menceritakan semuanya tentangmu Adis kecuali satu hal"
Adis menaikkan sebelah alisnya, tiba-tiba dia tergeletik untuk mengetahui apa saja yang Dema ceritakan tentangnya pada laki-laki ini dan siapakah sebenarnya laki-laki ini?
Seperti mengetahui apa yang sedang ia pikirkan, laki-laki inipun mengulurkan tangannya seperti yang dilakukan orang-orang pada umumnya ketika berkenalan, "Kenalkan nama aku Joo, aku adalah sahabat Dema di Amerika."
***
"Lalu apa lagi yang Dema ceritakan padamu?" Tanya Adis yang entah mengapa tiba-tiba penasaran, "Tapi tunggu..!" Tiba-tiba Adis teringat sesuatu dan itu membuat wajah penasarannya berubah menjadi wajah cemas. "Dia tidak menceritakan padamu tentang julukanku waktu aku SMA dulu kan?" Adis berharap sekali Dema tidak menceritakan hal itu pada siapapun karena dia merasa itu adalah sebuah aib.
"Dedemit!" Joo langsung menjawab dengan cepat. Adis menghela nafas, harapannya sirna sudah. Adis menyenderkan tubuhnya di kursi dengan lemas. Adis mengepalkan tangannya, ada janji yang ia buat pada dirinya sendiri.
"Awas kau Dema! Bersiaplah untuk jurus 1000 pukulan!" Desis Adis dengan suara pelan yang menyeramkan.
"Ngomong-ngomong.." Adis menatap Joo dengan ekspresi heran, keningnya berkerut 3 lapis, "Kenapa Dema harus menceritakan hal-hal seperti itu padamu sih?"
Joo tidak langsung menjawab, dia sepertinya sedang mempertimbangkan sesuatu. Adis semakin mengerutkan keningnya, entah mengapa perasaannya tidak enak. Ada sesuatu yang tidak dia diketahui, dan tentang laki-laki bernama Joo ini yang sebelumnya tidak pernah ia kenal ataupun Dema kenalkan padanya datang tiba-tiba dan mengetahui banyak tentangnya, itu membuat ia sangat bingung.
"Aku adalah sahabat Dema di Amerika."
"Iya, tapi kenapa Dema harus bercerita tentangku kepadamu?" Tanya Adis tidak mengerti. Joo terkejut mendegar pertanyaan Adis, ada ungkapan rasa kecewa tersirat di wajahnya.
"Kau tidak tahu?" Alis Joo terangkat sebelah. Berharap Adis segera menyadari hal penting ini. Namun Adis justru semakin tidak mengerti, dengan wajah bingungnya dia menggeleng.
"Itu karena Dema menyukaimu! Sangat menyukaimu!!"


Baca Yang Ini Juga Yah?:

0 komentar on "Lover Chocholate Caffe Part 1"

Posting Komentar

Baca Juga Postingan Terbaru

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Catatan Sakura Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ways To Make Money Online | Surviving Infidelity by Blogger Templates