Selasa, 28 Februari 2012

You Are My Star

di 07.07

Angin yang berhembus membawa kabar duka yang mendalam.Langit menutupi kesedihan itu, dan matahari tak menampakkan senyumnya tuk menghiasi dunia.Suara menyakitkan itu terus saja berbisik.Setiap suara itu mengalir bagai seribu tusukan pisau menghantam.Begitu menyakitkan, hingga tak kuat tuk dibendung lagi.
Kakakku..tiap aku melihat bintang diatas sana,wajah kakak akan hadir di depan mataku.Dan tiap kali bintang itu hilang tertupi awan hitam, aku akan menangis....mengapa kakak selalu meninggalkanku??
Esoknya aku lihat bintang itu lagi, oh...betapa senangnya aku, menatap bintang yang begitu indah seperti wajah kakak.Namun aku sadar, keindahan itu bukan milik aku.Bintang disana bersinar menyinari seluruh langit, dan semua orang dapat melihatnya.Begitu pula kakak...bintang yang dilihat semua orang.Bintang terindah dari seluruh bintang.
Kakak meski aku begitu merindukanmu, tapi aku tak berharap engkau akan datang saat fajar menyingsing.Meski aku tak bisa melihat wajahmu, bertemu denganmu, mendengar kabarmu yang baik saja sudahlah cukup bagiku!
Kakak...hanya satu pesanku.Tetaplah jadi kakak yang selama ini aku kenal, seperti bintang diatas sana yang tak pernah berubah.Meski raga ini jauh darimu...aku tetap bisa melihatmu.Dalam lantunan doaku, Tuhan selalu menghadirkan dirimu di depanku...
Jangan pernah bersedih, jadilah yang terbaik.Karena kakak adalah bintangku...bintang terindah yang selalu kusimpan di dalam hatiku
Aku melipat kertas itu, setelah membacanya dalam sebuah kebisuan.Pagi ini surat itu datang, menghadirkan tulisan yang begitu amat kurindu.Seolah jawaban atas doaku selama ini, aku begitu bahagia.
Namun surat ini datang tidak sendirian.Ada yang menemaninya,membawa sebuah kabar yang tak pernah kusangka sebelumnya.Aku berdiri mematung saat Ayahku datang sembari memberikan surat ini.Perasaan yang amat tidak enak menyerbuku, cemas dan takut menyerangku, hingga akhirnya kenyataan menghantamku.Membuatku jatuh tersungkur tanpa bisa berdiri lagi.
                Dengan linangan air mata Ayahku berkata padaku, tepat didepan wajahku...
                “Nisa telah pergi nak, tepat saat fajar menyingsing...”
                                                                                                ***
                “PLAK!!”Sebuah tamparan dariku tepat mengenai pipinya.Saat itu juga bekas tanganku mengecap meninggalkan warna merah dan kuyakin rasa sakit yang amat sangat karena cukup keras tenaga yang aku keluarkan tadi.Tapi aku tidak peduli.Bukankah ini yang dia mau??
                “Tampar aku lagi...”Tanpa setetespun air mata, dia mencoba menahan kesakitannya.Tak ada rasa takut sama sekali, dia begitu kuat.
                “PLAK!” Tamparan yang kedua langsung aku berikan. Aku begitu marah melihat pertahanannya. Mengapa ia tidak kesakitan? Padahal kesakitan itu yang aku mau..!
                “Tamparlah aku sepuas kakak..”Tanpa sepatahpun ucapan mengeluh dan usaha melawanku, dia masih berani menghadapiku. Tatapannya begitu tajam, menatap tepat pada mataku. Lagi-lagi, aku tak bisa membaca rasa kesakitan di dalam matanya.
                Hh..aku pun menyerah! Percuma saja, dia tidak akan menangis. Hanya membuang tenaga..dia tidak akan kesakitan, bahkan sampai aku membunuhnya.Tak kuhiraukan lagi dia, akupun memutuskan untuk pergi saja, karena jika terlalu lama aku melihat wajahnya aku bisa muntah! Tapi sebagai gantinya, sebelum aku pergi, aku mendorongnya dengan sekuat tenaga. Diapun jatuh membentur tembok .Sedikit aku tersenyum puas karena suara benturan tembok itu begitu keras. Akhirnya dia jatuh tanpa ada pertahanan lagi.
***
                Apa yang aku lakukan, semata karena aku membencinya. Sangat membencinya seakan telah menancap menjadi daging di dalam tubuhku. Dia adalah adik tiriku. Anak hasil perkawinan ayahku dengan istri keduanya.
                Aku begitu menentang perkawinan itu, ayahku...begitu kejam terhadap ibuku. Pasalnya belum ada 40 hari kematian Ibuku, ayah dengan teganya menikah lagi! Dimana akal pikirannya, dimana hati nuraninya, tak sadarkah ia tentang perasaan ibu, perasaanku? Begitu perih luka itu.
                Namun kekesalanku tak dipedulikan oleh ayahku sama sekali. Dia tetap menikahi perempuan itu dan akhirnya mempunyai anak lagi, tepat setahun kematian ibuku!
                Begitu bencinya aku kepada adik tiriku ini. Jika tidak ingat dosa, sudah kubunuh dia sebelum lahir. Namun fikiran jahatku itu terganti dengan fikiran yang lebih jahat lagi. Tentunya aku tak akan membunuhnya, namun tak akan aku biarkan hidupnya bahagia. Tak akan!!Setitikpun aku tak akan membiarkan dia merasakan apa kebahagian itu, agar dia juga bisa merasakan apa yang selama ini kurasakan!.
                                                                                                ***
                Tiap waktu yang berjalan di roda kehidupanku aku hanya ingin menghabiskannya dengan membuat lubang penderitaan sebesar-besarnya untuk Nisa, adik Tiriku. Tiap ada kesempatan aku selalu menyiksanya tentu saja tanpa sepengetahuan Ibu Tiriku. Nisa tak pernah bercerita apa-apa, dia terus menutupi kejahatanku hampir selama 10 tahun. Aku tidak pernah menyuruhnya untuk melakukan hal itu karena jikalau Ibu Tiriku tahu itu tidak akan membawa pengaruh apa-apa bagiku. Ayahku juga tidak akan bisa menghukumiku karena aku adalah Elang! Laki-laki yang hidup bebas sesuka hatiku.
                Semua bentuk penyiksaan sudah ku lakukan terhadapnya. Dari penyiksaan fisik seperti memukul, menampar, menendang sampai menghantam. Juga penyiksaan batin seperti menghina, melecehkan, sampai mengatainya Anak sampah, Anak Najis, Anak Menjijikkan! Tapi satu hal, aku tidak mengatainya Anak Setan karena jika aku mengatainya seperti itu sama saja aku mengatai diriku sendiri juga Anak Setan karena bagaimanapun juga kita di lahirkan dari satu ayah.
                Namun satu yang membuatku heran bukan main adalah sikap Nisa yang tak pernah membenci, mengadu, apalagi membalasku. Dia seolah di lahirkan untuk menerima semua perlakuanku. Makanya kadang jika aku mengalami suatu masalah aku akan melampiaskan kekesalanku kepadanya. Akan aku siksa dia sampai aku puas dan rasa kekesalanku hilang.
                “Elang!” Seseorang memanggilku, membawa ingatanku kembali dari masa laluku. Aku menolehnya dan aku dapati rupanya Manajerku yang memanggilku.
                “Hari ini ada jumpa fans, kau harus siap-siap.” Ucap Manajerku mengingatkanku. Meski berat, aku berusaha untuk bangkit. Setelah kabar itu jujur saja rasanya aku tak punya selera apa-apa bahkan aku kehilangan semangat hidupku. Tapi saat itu juga ucapan Nisa akan terngiang-ngiang kembali di telingaku, seolah dia berkata di depanku. “Jadilah Bintang yang bersinar Kak. Meskipun kau akan berada jauh disana tapi kau akan tetap terlihat olehku seperti Bintang yang bersinar di tengah pekatnya malam.” Itulah ucapan terakhir Nisa saat aku akan pergi meninggalkan kampung tercintaku merantau jauh dan mulai menapak tanah Ibukota memadu nasib seperti yang dilakukan banyak artis yang lainnya. Dan syukurnya aku merupakan salah satu diantara mereka.
                “Apakah kau akan tetap melihatku meski kau telah berada jauh di atas sana?” Ucap hatiku pedih, seperti teriris oleh ribuan pisau dan disayat oleh ribuan silet. Andai saja aku dapat mengulang waktu, berharap kembali, aku akan mencium, memeluk, dan mengucapkan kata yang slama ini ingin sekali aku ucapkan , bahwa aku sangat mencintai Nisa.
                Aku sangat mengutuk diriku sendiri karena aku belum mengatakan padanya bahwa dia adalah adik terbaik yang aku punya di dunia ini dan aku sangat mencintainya. Aku terlambat untuk mengatakannya, Nisa telah pergi sebelum aku mengucapkan kata maaf dan terimakasih atas kebaikannya. Bagaimanapun juga dia ada di dalam tatanan hidupku yang sekarang.
                                                                                                ***
                Aku sangat suka menyanyi bahkan aku bercita-cita ingin menjadi seorang penyanyi. Namun cita-cita ini bagiku tak lebih dari khayalan tingkat tinggi. Aku tak berniat sama sekali untuk mewujudkan cita-citaku, buat apa?! Itu hanya sebuah kemustahilan yang nyata.
                Namun rupanya pikiranku tak sama oleh Nisa. Dia mengetahuinya karena dia adalah manusia terdekat denganku. Slama ini aku selalu menutupi diriku dan tidak mau bergabung dengan anak-anak yang sepantara denganku. Aku lebih memilih berdua dengan Nisa sambil menyiksanya.
                Suatu hari tanpa sepengetahuanku  Nisa merekam suaraku saat aku sedang bernyanyi dengan gitarku. Aku tak tahu dari mana dia mendapatkan alat rekaman itu, yang jelas setelah dia merekam suaraku dia segera mengirimkannya ke sebuah Produser Musik yang rupanya sedang mencari seorang Penyanyi baru. Mungkin karena doa Nisa yang ku lihat sangat sungguh-sungguh dan sholat Tahajudnya yang tak pernah tertinggal, keajaiban itu datang!.
                Produser itu mengirimkan balasan yang intinya dia memintaku untuk datang ke Jakarta. Entah bagaimana lagi aku bisa melukiskan semua perasaanku saat itu. Nisa pun tak henti-hentinya menangis, ku lihat dia sangat bahagia. Aku yakin Nisa ingin memelukku  tapi dia ragu karena melihatku yang begitu cuek dan bersikap biasa aja. Andai Nisa tahu saat itu aku juga ingin berteriak dan menangis sekeras-kerasnya. Aku bahagia sekali dan perasaan itu tumpah ruah di dalam hatiku.
                Tapi aku kembali menjadi Elang yang jahat. Aku tak mungkin menerima kebaikan musuhku. Lalu suatu hal yang sangat kejam ku lakukan, aku merobek surat itu!. Tepan di depan mata Nisa meski hati kecilku sangat berat untuk melakukan ini. Ya! Tak akan sudi aku menerima kebaikan Nisa, kebencian itu tak akan mudah terkikis.
                Tuhan...saat itu aku melihat sebuah kesedihan dan sakit hati yang jelas dari mata Nisa. Slama ini setiap aku memukulnya, meludahinya, menyiksanya dia tak pernah terlihat sakit. Tapi saat itu..aku melihat Nisa begitu terpukul, begitu terluka, bahkan sampai membuatnya jatuh pingsan!.
                Seharusnya aku senang dan puas karena inilah yang ku mau. Apalagi saat dokter berkata bahwa Nisa mengidap penyakit Tumor Otak. Mungkin inilah doa serta harapanku yang slama ini aku inginkan. Aku tertawa, aku puas, dan aku senang. Tapi hatiku tak bisa di bohongi bahwa jauh di dasar hatiku...aku begitu sedih!
                                                                                                ***
                Itulah sepenggal kisahku yang begitu menyakitkan. Mungkin aku memang pantas disebut manusia terjahat. Aku pun begitu membenci diriku atas semua kejahatanku kepada seorang anak perempuan berhati malaikat seperti Nisa. Mungkin aku tak akan pernah memaafkan diriku, selamanya.
                Tapi aku yakin Nisa telah memaafkanku. Dia sudah tenang di atas sana. Aku tak boleh terus terpuruk pada kejadian ini. Aku harus bangkit dan...menjadi bintang yang bersinar. Bukankah itu yang diinginkan Nisa?. Dengan begitu Nisa akan terus melihatku, seperti apa yang slama ini dia ucapkan.
                Aku berharap itu.
                                                                                                ***




                                                                                                                                                Tegal, 1 Mei 2011                                                                                                                                                                             17:25     WIB


Baca Yang Ini Juga Yah?:

2 komentar on "You Are My Star"

Mega Chan on 9 Maret 2012 pukul 23.07 mengatakan...

wou....,
Keren ...,
Membuat pembaca terbawa suasana .


(' < ')
( U )

Sakura Kenzy on 15 Maret 2012 pukul 02.39 mengatakan...

Admin :
Makassiih...Makasiih.. ^^

Posting Komentar

Baca Juga Postingan Terbaru

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Catatan Sakura Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ways To Make Money Online | Surviving Infidelity by Blogger Templates