Entah sudah berapa kali aku menoleh ke arah belakang. Tepatnya ke sosok laki-laki jangkung, berpakaian kemeja berdasi, dan berkaca mata coklat. Laki-laki itu sudah se jam yang lalu mengikutiku. Bukannya aku ke-Pdan, tapi memang itulah faktanya dan itu sangat terlihat olehku.
Mulanya aku melihatnya di Supermaket, lalu dia mengikutiku sampai ke Stasiun Jambir. Dia terus mengikutiku bahkan ketika aku menuju Toilet Wanita. Aku cukup terkejut, karena aku menemukannya di depan pintu Toilet. Siapakah orang ini? Kecemasanku muncul saat tiba-tiba aku berfikiran, “jangan-jangan dia pencopet, atau tukang hipnotis yang lagi nge-trend-trendnya di Ibukota”. Aku berusaha untuk tidak terlalu berfikiran buruk apalagi menuduhnya yang bukan-bukan. Yang perlu aku lakukan adalah tetap waspada. Aku menguatkan pegangan pada tasku, dan menutupi tubuhku dengan jaket yang berukuran besar. Maklum sekarang lagi rawan-rawannya pelecehan seksual. Manusia sekarang sepertinya sudah tidak punya malu lagi sehingga berani melakukan kejahatan itu di tempat-tempat umum.
“Pemberitahuan bahwa Kereta Argo dengan jurusan Jakarta-Semarang akan segera diberangkatkan. Di mohon bagi para penumpang untuk segera bersiap-siap. Terimakasih.” Terdengar suara pemberitahuan dari pihak Stasiun. Hftt akhirnya aku bisa bernafas lega. Sudah sejam lebih aku menunggu dan entah mengapa aku yakin laki-laki misterius itu tidak akan mengikutiku lagi. Aku melangkahkan kaki dengan tenang memasuki Gerbong Kereta. Aku langsung mencari tempat duduk, syukur-syukur bisa mendapatkan kursi di dekat jendela karena aku suka sekali melihat pemandangan. Itu lebih mengasyikan dibanding tidur.
Sembari mencari tempat duduk, iseng aku melihat ke luar jendela. Tepatnya di tempat laki-laki tadi berdiri. Dan lagi-lagi aku bernafas lega, karena aku melihat laki-laki itu sudah tidak ada.
Akhirnya aku menemukan sebuah kursi kosong, disebelah jendela pula. Langsung tanpa berfikir panjang, aku segera menaruh pantatku di kursi itu. Lalu tidak ada 5 detik, datanglah seseorang dan langsung duduk di kursi sampingku. Pada saat itu aku tidak langsung memerhatikannya, karena aku sudah memusatkan perhatianku pada sebuah buku yang baru kemarin aku beli. The Escaped (Misteri Kuburan Adolf Hittler di Surabaya).
Tiba-tiba saat kereta itu akan berjalan ada sebuah sentakan yang cukup mengkagetkanku. Karena belum terbiasa naik Kereta, tanpa sadar ( karena kaget) aku jadi menjatuhkan buku itu.
“Astagfirulloh..” Aku ber-istigfar dengan tujuan untuk menenangkan hatiku. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menyodorkan sesuatu kepadaku.
“Ini bukunya.” Ucap orang yang duduk disampingku sembari menyodorkan bukuku yang tadi jatuh. Dialah yang mengambil bukuku dan aku langsung mengucapkan terimakasih padanya.
“Ma..” Ucapanku tiba-tiba terhenti. Masih dengan mulut yang terbuka, lagi-lagi aku mengalami keterkejutan, kali ini lebih parah. Detak jantungku sampai bergemuruh dan berdetak lebih kencang. Orang yang duduk disampingku ini, yang tadi mengambil bukuku yang jatuh dan yang menyodorkan buku itu kepadaku, orang baik ini adalah LAKI-LAKI MISTERIUS ITU!.
Aku menelan ludah. Lalu sikapku langsung berubah, aku menarik bukuku itu dengan sedikit kasar. “Makasih.” Ucapku menyelesaikan kalimatku yang terputus tadi.
Laki-laki itu terlihat sedikit kaget dengan perubahan sikapku itu. Dia memerhatikanku dan aku semakin salah tingkah. Aku mencoba bersikap biasa, meski harus kuakui tanganku mulai basah karena aku sedikit ketakutan.
Kereta mulai berjalan. Tadinya ku pikir perjalanan yang menghabiskan waktu 6 jam ini menyenangkan. Tapi rupanya tidak!. Aku sama sekali tidak menikmatinya, bahkan aku merasa ingin membatalkan perjalanan ini. Namun sayang, kereta sudah berjalan, tidak mungkin aku memberhentikannya. Akhirnya yang kulakukan adalah berdoa. Ya! Berdoa meminta perlindungan kepada Yang Maha Kuasa semoga tidak terjadi hal buruk menimpaku.
Saat aku sedang sibuk berdzikir, tiba-tiba ada seorang anak kecil menangis. Jeritannya sungguh menganggu. Jujur aku tidak terlalu suka anak kecil, kelakuannya itu membuat repot, apalagi tangisannya rasanya kepalaku akan pecah!.
“Ade kecil..kenapa nangis? Cup...cup..cup..Ciluk Baaaa!!” Laki-laki yang disampingku sedang mencoba menenangkan dan menghibur anak kecil itu. Kebetulan anak kecil itu duduk di depan kursinya. Aku tak habis pikir, kenapa laki-laki ini melakukan hal gak penting seperti itu, lagian kan ada ibunya. Dasar kurang kerjaan!. Tanpa sadar aku jadi membenci laki-laki itu.
Tapi aneh bin ajaib!. Anak kecil itu langsung berhenti menangis malah ia sekarang cekikikan dan tertawa senang. Rupanya laki-laki itu berhasil menenangkan dan menghiburnya.
“Cilukkk Baaaaaa.”
“Kekkekekkekk.” Anak itu tertawa sangat lepas. Sampai seluruh penumpang juga ikut-ikutan tertawa. Aku sampai terheran-heran. Lalu tanpa sadar aku memerhatikan tingkah laku mereka berdua. Anak kecil itu dan laki-laki misterius itu. Ada sedikit tarikan senyum di pipiku. Ternyata lucu juga..
Suatu yang mengherankan terjadi. Pikiranku tiba-tiba bermain nakal. Aku tanpa sadar memindahkan perhatianku ke wajah laki-laki itu yang rupanya sudah melepas kacamatanya. Dan langsung saat itu juga aku tertegun. Ada hembusan angin pelan menerpa wajahku.
Aku baru mengetahui rupanya laki-laki itu sangat tampan!. Belum pernah aku melihat Laki-laki setampan ini. Wajahnya putih bersih tanpa sedikitpun noda hitam apalagi jerawat. Alisnya tebal menaungi mata bulatnya. Hidungnya mancung tanpa bengkok, bibirnya...Argtt! Stopp!.
“Astagfirulloh..Astagfirulloh..Astagfirulloh..” Aku langsung memberhentikan pikiran nakalku itu. Mataku segera aku alihkan ke tempat lain. Mulutku tak henti-hentinya mengucapkan istigfar.
“Mbak..kenapa?” Tanya laki-laki itu saat melihat tingkah anehku. Wajahku memanas, dan aku semakin mengeraskan ucapan istigfarku.
“Mbak..kaya orang abis liyat setan aja.” Kata Laki-laki itu sembari tersenyum. Alloh..aku tak berdaya melihat senyumnya!.
“Iya! Setan ganteng!.” Upss..aku keceplosan!. Mati aku! Aku memukul mulutku karena telah mengucapkan kalimat memalukan itu. Sudahlah aku yakin wajahku pasti sudah penuh dengan rona merah. Aku malu sekali.
“Hah? Setan ganteng? Dimana..?” Laki-laki itu semakin melebarkan senyumnya. Mungkin bagi dia ucapanku tadi sangat lucu. Tapi bagi aku, itu ucapan paling buruk yang pernah aku ucapkan.
Aku tidak menjawab pertanyaannya. Aku malah membuang mukaku. Sepertinya dia menahan tawanya, entah mengapa aku mempunyai feeling itu. Shitt! Dia pasti menertawakanku. Semoga dia tidak tahu maksud ucapanku tadi.
“Mbak..boleh kenalan gak?” Ujar laki-laki itu lagi. Sepertinya dia tidak mengerti bahwa wajahnya mengangguku. Aku menoleh sebentar sambil berujar..
“Gak!.” Dan aku membuang mukaku lagi. Dia tertawa pelan. Ya Alloh..tawanya aja sangat merdu.
“Mbak..suka baca buku begituan yah?” Dia sepertinya tidak tersinggung dengan ucapanku. Seolah tidak peduli, dia terus mengajukan pertanyaan.
“Buku apa?”
“Tadi buku yang mbak baca itu tentang NAZI kan? Bahwa sebenarnya Adolf Hittler gak mati bunuh diri melainkan berhasil kabur dengan dibantu oleh komando pasukan rahasianya bernama Brandenburgers. Mbak percaya tentang itu?”
“Gak tahu.” Aku menjawabnya dengan judes.
“Sepertinya mbak gak terlalu suka dengan aku. Oh..mungkin karena aku mengikuti mbak terus yah? Jujur mbak, waktu aku lihat muka mbak di Supermaket itu aku langsung teringat oleh seseorang. Aku kira mbak adalah seseorang yang slama ini aku cari. Tapi rupanya mbak sama sekali tidak mengenaliku. Maaf ya mbak, aku sama sekali gak bermaksud jahat kok. Dan jangan menuduhku sebagai penjahat loh!.” Ucap laki-laki itu yang aku rasa seperti menyindirku. Aku sedikit terhenyak. Rupanya aku salah sangka! Laki-laki ini tidak jahat! Dia bukan ingin mencopetku dan juga menghipnotisku. Tapi dia sedang memastikan apakah aku adalah orang yang slama ini dia cari, namun rupanya aku tidak mengenalnya. Aku berfikir pasti laki-laki itu sedih melihat tingkahku.
“Jangan panggil aku mbak, kecuali kalau kamu punya kakak laki-laki yang menikah dengan aku atau kalau ibu kamu nikah dengan ayahku atau kalau ayahku nikah dengan ibu kamu. Tapi itu gak mungkin dan gak penting karena orang tua aku udah meninggal dan aku gak mau nikah sama kakak laki-laki kamu. Intinya aku bukan kakak atau saudara kakak perempuan kamu jadi jangan panggil aku mbak..lagian sepertinya kamu lebih tua di banding aku.” Ucapku yang tanpa sadar sangat lebar dan panjang. Dia sampai terbengong-bengong dan sedikit membutuh waktu untuk mencerna semua ucapanku tadi.
“Hehehe. Maaf mbak..eh, lagian aku bingung mau panggil kamu apa? Aku juga gak tahu nama kamu..?” Ujar laki-laki itu dengan tenang. Tubuhnya dia hadapkan di depanku. Dan kami saling berhadap-hadapan.
“Adis.” Ucapku memberi tahu namaku.
“Ok Adis!. Nama aku Angga!.” Dia mengenalkan dirinya tanpa aku minta dan dia menjulurkan tangannya. Aku menolaknya bersalaman, karena aku tahu itu tidak boleh. Dia tersenyum lagi melihat tingkahku.
Dan seiring berjalannya waktu kami saling berbicara. Tanpa terasa kami mengobrol dengan asyik. Apa saja kami jadikan bahan pembicaraan. Dari mulai asal-usul, sekolah, tujuan perjalanan masing-masing, referensi buku, flm, teknologi masa kini, sampai cita-cita dan impian masa depan. Upss.. disisipi dengan pertanyaan status hubungan, dan entah mengapa aku berbinar-binar bahagia saat dia mengucapkan bahwa dia belum menikah.
Aneh. Lama-lama aku mulai suka dengan kepribadiannya. Cara pikirnya, cara bicaranya, sampai sikap tubuhnya saat berbicara dengan seseorang. Semua itu terlihat sangat teratur, mengalir apa adanya, enak di lihat, dan punya adab serta sopan. Dia juga berwawasan luas, dia tahu apa saja dari masalah agama, politik, teknologi,kebudayaan, sampai sejarah bangsa-bangsa dulu.
Namun sayangnya ada sedikit yang kusesali dari dirinya. Dia tidak kuliah atau tepatnya menghentikan kuliahnya. Padahal aku yakin dia adalah manusia cerdas dan pasti dapat bermanfaat bagi banyak orang.
“Aku memutuskan untuk mencari seseorang. Seseorang yang lebih penting dari semua yang kumiliki dalam hidupku. Aku bersyukur mendapatkannya bahkan aku berani menukar apa saja untuk tetap memilikinya.” Ujar Angga dengan lembut. Ada sedikit genangan air dimataku saat mendengar ucapannya itu. Tanpa perlu aku bertanya lagi, aku sudah tahu pasti seseorang yang dicarinya itu adalah Kekasihnya. Kekasih yang amat dicintainya. Ada sedikit perasaan sakit dihatiku. Angga memang belum menikah, tapi dia sudah memiliki seseorang yang menempati ruang di hatinya. Entah mengapa aku merasa sedih mendengarnya tapi aku juga senang, karena Angga benar-benar laki-laki yang baik. Aku bersyukur mempunyai kenalan dan teman baru seperti dia.
Rupanya Angga juga anak Yatim Piatu yang pernah tinggal di Panti Asuhan yang terletak di Kota Tegal. Dia berniat akan mengunjunginya. Pantas saja dia begitu suka dan sayang dengan anak kecil, rupanya di Panti Asuhan itu dia adalah Kakak Tertua dan mempunyai adik sebanyak 30. Wow..aku tidak bisa membayangkannya. Bagaimana mungkin dengan anak kecil sebanyak itu dia bisa tinggal dengan tenang? Dan Angga mengatakan dia enjoy-enjoy aja? Rupanya inilah kehebatan Angga.
Tak terasa telah 4 jam kita menghabiskan waktu bersama, dengan saling bertukar pikiran, ilmu, pengalaman, dan apa saja yang bagiku semuanya sangat menarik.
Kereta telah sampai di Stasiun Tegal. Saatnya Angga untuk turun. Aku merasa aneh pada diriku sendiri, entah mengapa aku seperti telah mengenal banyak tentang sosok Angga. Aku tidak ingin melupakannya dan aku ingin menjalin hubungan yang lebih akrab dengannya.
Namun sayangnya sampai bayangannya hilang dari mataku, tak ada satupun diantara kita yang saling bertukar alamat atau nomor Hp. Dan entah mengapa aku juga tidak ingin menanyakannya. Apakah aku terlalu kecewa? Karena rupanya tidak ada kesempatan untuk diriku bisa masuk ke dalam hatinya? Tak bisakah aku mengenal sosoknya lebih dalam?.
Aneh. Aku tak tahu perasaan yang sedang ku alami ini. Aku hanya menghela nafas. Sulit untuk ku cerna dan tak mungkin untuk ku tebak.
Tapi tiba-tiba mataku menangkap sesuatu. Sesuatu yang terletak di dekat kakiku. Aku yakin ini bukan punyaku. Aku mengambilnya. Ini adalah sebuah foto.
Aku bersama Bungaku..
Aku membaca barisan huruf itu. Sedikit bingung karena aku tidak mengerti maksudnya. Lalu aku membaliknya dan terlihatlah sebuah gambar foto 2 manusia.
DEG! Mataku terbelalak. Jantungku serasa mau copot. Mulutku menganga, aku sangat terkejut. Bahkan rasanya aku tak bernafas. Terlalu besar reaksi yang kumunculkan hanya dengan melihat foto ini.
Foto sepasang kekasih yang sedang bahagia di tengah sebuah taman yang indah. Si Laki-laki tentunya aku sangat tahu karena dia adalah Angga! Angga tersenyum manis, manis sekali. Beribu-ribu kali lebih manis dari senyumannya yang pertama kali kulihat.
Dan...disampingnya?. Tiba-tiba tanganku bergetar. Bukan tanpa alasan aku seperti ini. Ini karena aku sangat mengenal wajah gadis ini! Sangat hafal persis..lekukan wajahnya, matanya, senyumnya, tatapannya!.
“Ini aku!!!.” Pekikku akhirnya. Sejuta tanda tanya memenuhi otakku. Kok bisa?
***
0 komentar on "Aku dan Laki-Laki Misterius"
Posting Komentar